pertemuan pertama

476 85 5
                                    

sesuai tulisan note tadi pagi, double update. seperti biasa:
warning: harsh words, typo

***

Flashback kelas 10

Kiran tidak bisa merasa lebih sial lagi.

Ini hari pertama mos SMA Kiran. Layaknya mos pada umumnya, Kiran punya banyak sekali bawaan berkaitan dengan penugasan dari sekolah. Dari berbagai jenis makanan dengan nama khusus, nametag berbentuk segilima, papan nama berbentuk limas segilima hingga topi berbentuk toga. Beneran deh, Kiran bahkan tidak pernah merasa se-rempong ini akibat bawaan mos.

Seakan belom puas menambah rasa sial bagi Kiran, ia datang mepet dengan jam masuk sekolah. Ia baru saja sampai tadi malam dari mudik ke rumah neneknya, mengakibatkan dirinya bangun telat pagi ini. Memang salahnya sih menunda hingga last minute karena merasa barang-barang mos nya sudah komplit. Padahal nyatanya ia lupa barang paling penting, rafia ungu.

Semua orang sedang tergesa masuk ke area sekolah. Kanan kirinya sedang sibuk memasang atribut sebagai tanda siswa baru SMA NEO Cultural. Sedangkan Kiran, ia hanya terduduk lesu di halte samping sekolah dengan seluruh atribut mos nya yang berceceran. Serius, kalau kayak gini rasanya Kiran pengen lari aja kabur dari sekolah. Benaknya sudah membayangkan hukuman yang ia dapatkan karena atribut yang tidak terpasang dengan benar. Males dihukum, mending pulang aja enggak sih kalau begini? Itu pikiran Kiran.

"Atribut lo kenapa?"

Kiran yang tadinya sibuk memandangi tanah, langsung mengangkat wajahnya ketika mendengar sebuah suara. Di hadapannya berdiri seorang siswa dengan seragam putih biru tanpa atribut. Posturnya tinggi menjulang-apalagi posisi Kiran yang duduk sedangkan cowok ini berdiri- rambutnya hitam sedikit ikal, kulitnya berwarna karamel, hidungnya mungil tapi tetap mancung dengan mata yang menatap Kiran datar.

"Lo ngomong sama gue?" tanya Kiran polos. Laki-laki itu berdecak lalu duduk disebelah Kiran, "iya sama lo," jawabnya pendek.

Kiran mengangguk. Cowok itu lalu menatap Kiran, "kenapa kok enggak dipake?" ulang cowok itu lagi. Kiran menghela nafas lalu menunjuk nametag dan toganya yang polos, "enggak ada talinya. Gue lupa beli rafia ungu jadi belom kepasang."

Mata cowok itu sedikit terbelalak, ia menatap Kiran kilat antusias, "lo PK 1 juga kah?" Kiran mengangguk. Cowok itu kemudian membuka tasnya dan mengambil sesuatu disana. Ia kemudian menyerahkan seikat rafia ungu pada Kiran, "gue ada lebih, pake nih."

Kiran menatap cowok itu bingung, "punya lo?" Cowok itu mengangguk.

"Iya punya gue, sengaja bawa lebih tadinya temen gue yang minta eh ternyata dia udah dapet talinya. Emang takdirnya buat lo tuh, buruan pasang seadanya dulu yang penting bisa masuk. Ada gunting sama lemnya kan?"

Kiran mengangguk dan segera mengeluarkan lem serta gunting. Tangan Kiran dengan cepat memasang rafia ungu pada name tag dan toganya. Cowok itu terus menatap Kiran dan turut tersenyum setelah seluruh atribut Kiran telah terpasang baik.

"Thank you. Kalo lo enggak bantuin, enggak tau deh nasib gue gimana. Balik sih kayaknya, enggak bakal ikut mos," ucap Kiran sambil tersenyum.

Cowok itu balas tersenyum dan mengangguk, "sana cepetan masuk." perintah cowok itu. Kiran mengangguk lalu segera berjalan menuju gerbang sekolah.

Baru 5 langkah, ia membalikkan badannya, "Nama lo siap- lah udah ilang aja," gumam Kiran kaget. Ia langsung mengusap lengannya, "eh ini enggak mungkin setan kan?"

Kiran menggeleng kuat-kuat, "enggak, enggak mungkin. Itu cowok mungkin lagi ke parkiran atau kemana. Yakin 100 persen gue. Ini lagi rame terus masih pagi, bukan setan pasti." Kiran berusaha menguatkan diri. Mulutnya komat kamit berusaha meyakinkan diri bahwa cowok itu bukan hantu tapi, kakinya melangkah secepat kilat kabur menjauhi area halte sekolah.

Padahal, jika melihat lebih teliti cowok itu masih disana cuma posisinya sedang berbalik karena berbicara dengan teman lelakinya yang baru datang. Cowok itu malah baru saja memakai atribut mosnya dan bersiap masuk sekolah.

Kiran tadinya berharap akan menemukan cowok itu di kelas yang sama, tapi ternyata tidak. Ia malah tidak melihat bayangan lelaki itu dimanapun sepanjang kegiatan mos di kelas. Sejujurnya Kiran mulai merinding lagi sih, benaknya mulai membayangkan hal yang tidak-tidak terkait cowok itu serta kemungkinan dia adalah makhluk halus.

Tapi segala asumsi itu musnah ketika akhirnya Kiran melihat sosok lelaki itu di barisan PK 10 waktu kelas itu maju untuk menyanyikan yel-yel. Cowok itu berdiri di deretan belakang, mukanya datar dan sesekali menutupi wajahnya dengan tangan untuk menghalangi sinar matahari.

"Lah anak PK 10 toh, katanya PK 1," gumam Kiran, "nanti deh di kantin kalo ketemu mau gue traktir buat makasih."

Nyatanya, sampai 3 hari berikutnya Kiran beneran enggak ketemu sama cowok itu. Waktunya habis karena sibuk mengejar tanda tangan kakak osis ditambah Gisel yang akhirnya bisa mengikuti mos hari kedua setelah sehat-Gisel memang sakit dan dirawat makanya ia baru hadir di hari kedua mos-, membuat Kiran melupakan seutuhnya soal cowok pemberi rafia.

***

"Eh gue inget ini lo pernah ceritain kan ya? Tapi lo enggak pernah kasih tau siapa orangnya, jadi itu si Hazmi?" tanya Sierra antusias dan Kiran mengangguk.

"Euuum dan waktu itu kayaknya gue belom tau juga sih kalo itu tuh Hazmi," kata Kiran menambahkan yang direspon anggukan kedua sahabatnya.

"Terus dari situ lo udah jatuh cinta sama dia?" tanya Gisel penasaran.

Kiran menggeleng, "belum, lebih tertarik sama penasaran tapi cuma sebentar. Soalnya abis itu enggak pernah liat lagi. Kan lo tau pas mos kita sibuk nyari tanda tangan osis terus lanjut sibuk orientasi eskul sama belajar normal jadi lupa deh," jelas Kiran.

"Lah terus lo jatuh cintanya kenapa?"tanya Sierra bingung.

Kiran mengulum senyum, "karena dia orang baik dan tulus, makanya gue suka."

Gisal dan Sierra saling bertukar pandang. Beneran shock melihat Kiran dalam mode kasmaran.

"Lah itu mah emang kewajiban manusia enggak sih? Lagian kan kata Sierra aja si Hazmi emang baik anaknya ke semua orang."

Perkataan Gisel membuat senyum malu-malu Kiran lenyap, berganti ekspresi merengut. Sierra yang sadar Kiran kembali sedih, menyenggol pinggang Gisel.

"Lo jangan judes-judes anjrit. Enggak apa-apa lah kalo Kiran suka karena dia baik, enggak banyak cowok baik tau sekarang. Lagian guebsetuju Hazmi emang kelewat baik orangnya," Sierra lalu menatap Kiran sambil tersenyum lebar,

"lanjut dong Ran, terus akhirnya lo falling in love kan pas palesma, itu gimana ceritanya?" Sierra bertanya penasaran.

Senyum malu-malu kemudian muncul di wajah Kiran, "iyaa tapi sebelum palesma, gue sempet ngeliat dia sekali. Dari situ gue mulai kagum dan mikir kayak wah ini orang baik banget sih."

Gisel menatap Kiran penasaran, "pas kapan tuh?"

-bersambung

catatan kaki:

PK: Pra-Kelas. Waktu Mos, siswa baru di SMA NEO Cultural belom dikasih tau jurusan dan kelasnya. Jadi selama MOS, kelasnya disebut Prakelas+urutan kelas. Contoh: PK 1 berarti Prakelas 1, PK 2 itu Prakelas 2, dan seterusnya. Nanti pas mosnya selesai baru diumumin mereka kelas berapa dan jurusan apa begituuu (kalo bingung tanya aja ya wkwk).
Palesma: Pelantikan Eskul Bersama

hehe double update dulu sebelum kita rehat sejenak. habis ini Kiran sama Hazmi mau istirahat dulu enggak update serutin sekarang ini soalnya yang satu nyiapin encore, yang satu mau konser di jakarta(lah) hehe becanda. aslinya aku lagi ngebuuuut drafting supaya enak tiap upload sat set wush pokoknya tungguin aja ya hehe see you next chapter, bai bai

FlippedWhere stories live. Discover now