interogasi kuartet

421 82 29
                                    

hai, makasih banyak banget buat votes nya gais. seperti biasa,
warning: harsh words, typo

***

"Wedeh wedeh yang abis jalan sama primadona sekolah hening aja enggak ada cerita-cerita."

Naufal yang baru sampai di kamar Hazmi, langsung menyapa pemilik kamar yang asyik bermain game di komputernya. Hazmi hanya melirik Naufal yang segera duduk di kasurnya. Melihat itu, Hazmi yang tafinya syik dengan gamenya buru-buru keluar dan menghampiri sahabatnya itu lalu mendorong Naufal turun dari kasurnya.

"Jangan langsung ke atas kasur anjrit kalo dari luar. Mana berisik banget pula dsteng-dateng, bikin ribut di rumah orang."

Omelan Hazmi hanya direspon kekehan Naufal yang saat ini sedang menyalakan tv di kamar Hazmi. Naufal tetap beringsut ke atas kasur meski sudah didorong Hazmi, membuat cowok itu menghela nafas pasrah.

"Mana mana yang abis jalan sama cecan sekolah mana orangnya?"

Gantian Janu yang membuat kehebohan saat masuk kamar Hazmi, diikuti Raihan yang sedang terkekeh dibelakangnya. Hazmi menghela nafas sambil menengadahkan kepalanya, lelah dengan teman-temannya yang kelewat heboh.

"Hadeeh bisa enggak sih lo pada kalo masuk kamar orang tuh pake salam aja? Jangan teriak-teriak heboh gitu anjrit. Malu kedengeran tetangga astagaa."

Ucapan Hazmi bukannya diiyakan, justru mengahasilkan senyum menggoda di wajah ketiga temannya.

"Halah sok-sok an malu tentangga, bilang aja lo malu kalo adek-adek lo denger terus lo digodain sama mereka," cerca Raihan tanpa ampun.

"Ahahaha iya anjir itu pasti alasan utamanya. Takut digodain adeknya ahahaha," Janu menyetujui ucapan Raihan sambil tertawa. Sedangkan Naufal, ia sudah tertawa sampai terlentang di kasur Hazmi.

Hazmi yang merasa dirinya dikukuti hanya bisa terdiam sambil memjamkan mata. Mereka berempat ini memang sudah seperti buku terbuka bagi masing-masing. Istilahnya, saling paham deh isi kepala diantara mereka. Jadi apapun yang dilakukan, mereka pasti paham maksud dan tujuannya.

Kayak sekarang, padahal Hazmi enggak mau ngaku kalau dirinya takut dijadikan bulan-bulanan para adiknya karena jalan-jalan dengan Kiran hari minggu lalu. Teman-temannya malah langsung bisa menebak dari gelagat Hazmi. Resiko pertemanan bertahun-tahun ya begini, tidak ada rahasian diantara mereka.

"Mending lo cerita deh apa yang terjadi di hari minggu kemaren," ucap Janu membuka pembicaraan.

"Enggak ada terjadi apa-apa." Hazmi menjawab cepat.

"inggik idi tirjidi ipi-ipi," Naufal mencibir dengan gerakan lebay, "hoax banget. Malem kan lu pulangnya? gue inget banget soalnya gue liat mobil lo baru nyampe lewat maghrib."

Raihan mengangguk, "iya lo baru pulang malem njir. Gue ke rumah lo sore nganter kue dari nyokap, kata si Ais lo belom sampe rumah. Kemana aja deh padahal katanya cuma makan?"

Hazmi berdecak menyadari dirinya tidak bisa berkilah lagi. Teman-temannya ini terlalu lihai saat menginvestigasi-dirinya juga sih- jadi percuma kalau Hazmi memutar pembicaraan, ujungnya bakal tetap ditanya juga.

"Ck iye iye. Ya makan sih eh enggak jadi deh makan siangnya-"

"Lah terus ngapain?" potong Naufal.

Hazmi menghela nafas lelah, "sabar, baru mau gue jelasin," Hazmi lalu menatap ketiga temannya yang sedang penasaran, "ya udah mau pesen makan sebenernya di Kafe Dream eh si Kiran dapet telpon dari panti dia volunteer eh bukan volunteer, ortunya malah pemiliknya-"

"Gileee kaya bener bisa punya panti." ganti Janu yang memotong pembicaraan Hazmi.

"Emang njir. Bokapnya petinggi gitu deh di perusahaan BUMN, nyokapnya kerja arsitek gitu deh seinget gue." Raihan turut menambahkan. Informasi tersebut menghasilkan decakan kagum dari Naufal dan Juna.

FlippedWhere stories live. Discover now