kebetulan

345 75 18
                                    

seperti biasa,
warning: harsh words, typos

***

2 bulan kemudian

Hazmi pusing saat ini. Ulang tahun Ais tinggal 3 hari lagi dan ia belum memiliki kado. Boro-boro kado, Hazmi bahkan tidak mempunyai ide tentang kado yang akan ia belikan untuk Ais.

Masalahnya, Ais itu senang sekali merajuk. Sebagai anak perempuan satu-satunya, hampir semua keinginan Ais harus dipenuhi. Termasuk soal kado ulang tahun. Sudah sejak sebulan lalu Ais mengingatkan Hazmi tentang kado. Gadis itu tidak menyebutkan barang spesifik sih, ia hanya minta harus ada kado. Tapi masalahnya hal tersebut malah membuat Hazmi bingung mau memberikan apa untuk adik perempuannya itu.

Jadilah saat ini Hazmi sedang berada di tengah-tengah mall dekat rumahnya. Menatap setiap toko yang kemungkinan memiliki sesuatu yang bisa disukai adiknya.

"Kalo baju, nanti salah pilih dia marah. Kalo sepatu, ah sepatu yang dia pengen diatas budget gue skip skip."

Hazmi bergumam sambil matanya berkeliling, mencari inspirasi kado untuk adiknya. Serius deh, entah karena Hazmi laki-laki atau bagaimana tapi menebak keinginan anak usia 14 tahun tuh lebih susah daripada nebak siapa yang menang pertandingan bola. Apalagi ini soal Ais, tuan putri yang sulit banget ditebak apa mau dan keinginannya.

"Bun, itu si Ais lagi butuh apa Bunda tau enggak? Abang beneran enggak punya ide deh mau beli apa. Udah setengah jam muter-muter mall."

Menyerah, Hazmi akhirnya menelpon sang Bunda. Mungkin aja kan, Bunda tau apa yang di mau adiknya jadi Hazmi enggak harus terjebak di mall lebih lama lagi. Ia akhirnya duduk disalah satu meja coffeeshop di mall tersebut.

"Ih masa nanya bunda, tebak dong aku maunya apa."

Bukan suara Bunda yang menyahut, justru biang kepusingan Hazmi yang terdengar suaranya. Hazmi mendesah.

"Udah deh kamu mau apa buruan? Abang enggak bisa mainan tebak-tebakan gini."

Terdengar decakan dari seberang telpin. Hazmi memutar bola matanya sebal.

"Enggak ya Ais enggak mau kasih tau. Ais juga larang bunda kasih tau Abang. Pokoknya abang harus tebak aku maunya apa. Tiap tahun Abang cuma nanya Ais mau apa, enggak ada effort ngasih kejutan. Nah sekarang Ais mau liat, abang bisa tau enggak aku mau apa. Udah ya, Bunda lagi arisan, Ais lagi nonton. Ais tutup ya telponnya, dah abang semangat cari kadonya."

Tanpa mendengar balasan Hazmi, Ais langsung memutus telponnya. Membuat Hazmi mendesah keras-keras. Tangannya menggaruk kepalanya brutal.

"Anjrit mau beli apa inii? Gue gatau dia butuhnya apa aaargh-"

"Loh Hazmi ngapain disini."

Gerutuan Hazmi terhenti ketika matanya menangkap sosok anggun yang berdiri dihadapan mejanya. Kiran. Ini sudah dua bulan sejak terakhir mereka bertemu. Bahkan, terakhir mereka berbicara saat hari minggu yang waktu itu.

Sebut Hazmi aneh, tapi jujur ia memang merasa sedikit-sedikit ya!- kehilangan. Soalnya setelah itu, Kiran jadi super sibuk. Ia dipilih menjadi salah satu kontingen olimpiade kimia  dan mengakibatkan gadis itu lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan.

Gara-gara itu juga, Hazmi jadi agak minder dan makin sadar diri sih buat bergaul sama Kiran kayak heeei ini Kirana Ayu Prameswari-bahkan Hazmi hapal nama lengkapanya sekarang- yang jadi idola sekolah, andalan tim olim kimia, perwakilan Putri Kartini provinsi. Bisa-bisanya Hazmi pede banget ngajakin Kiran ikut kegiatan dia yang bahkan enggak 10 persen kerennya dari aktivitas Kiran? Yah pilihan ngebatalin ajakan itu jadi tepat sih menurut Hazmi.

FlippedWhere stories live. Discover now