menjadi dekat

364 73 30
                                    

selamat pagi. seperti biasa,
warning: harsh words, typos

***

"Hazmi? Mi?"

Panggilan disertai colekan di bahu, membuat Hazmi yang tadinya asyik melamun menatap Ibu kucing dan keluarganya tersentak kaget. Ia langsung menoleh cepat pada Kiran dengan wajah linglung, membuat Kiran terkekeh pelan.

"Hahaha kenapa bengong deh? Mikirin apa coba?" tanya Kiran disela tawanya.

Mikirin lo

Tentu saja itu cuma di dalam benak Hazmi. Kenyataannya, cowok itu hanya menggeleng sambil mengusap lehernya canggung. "Enggak, cuma penasaran aja si Ibu kucing pas ngelahirin sendirian."

Kiran mengangguk paham, "sebenernya enggak sendirian banget sih. Gue liat si ibu udah meringkuk kemarin, makanya gue buru-buru nyariin kardus terus gue masukin sini. Cuma semept gue tinggal pas PM dan mampir pas istirahat lagi proses lahir anak kedua gue tungguin sampe istirahat beres. Terus gue tinggal PM lagi, pas gue balik eh udah tiga aja," Kiran menjawab panjang lebar. Tangannya kemudia terukur mengelus pelan kepala Ibu Kucing lalu menengok ke arah Hazmi, "sini lo elus juga."

Hazmi menggeleng, membuat Kiran menatap Hazmi bingung. "Gue alergi," jawab cowok itu pendek.

"Loh bukannya lo suka ngasih makan kucing ya?" Pertanyaan Kiran membuat Hazmi menatap gadis itu kaget namun berubah jadi seringai jahil.

"Kok lo tau? Suka merhatiin gue ya?" goda Hazmi. Tidak ada jawaban langsung dari. Senyuman di wajahnya juga lenyap, membuat Hazmi menipiskan bibirnya canggung.

"E-euh sorry gue ber-"

"Emang sering liat kok. Kalo ke perpustakaan kan pasti lewat sini supaya cepet hehe." Jawaban Kiran mengembalikan senyum Hazmi, ia mengangguk menyetujui.

"Iya juga sih hehe. Btw gue ngasih makan aja tapi enggak nyentuh. Gue seneng liatin mereka makan, lucu lahap banget." Kiran mengangguk mendengar jawaban Hazmi.

Kemudian keadaan kembali hening. Padahal jam istirahat sebentar lagi habis tapi keduanya sama sekali tidak beranjak dari sana. Hazmi diam-diam kembali melirik gadis itu. Namun, matanya sedikit terhenyak ketika menangkap semburat merah tipis di wajah gadis itu.

"kayaknya Kiran suka deh sama lo."

Tiba-tiba ucapan Naufal kembali berputar di kepala Hazmi.

*

"Oh jadi lo tuh punya 3 kucing ya?" tanya Hazmi bersemangat. Kiran mengangguk lalu mengeluarkan handphonenya.

"Nih gue ada fotonya. Gue punya 1 persia dikasih sama sepupu namnya tutu, terus 1 kampung yang paling lama tinggal sama gue namanya robo terus satu lagi yang mix hasil nikahnya tutu sama robo namanya roti."

Kiran menjelaskan sambil menunjukkan 3 kucing yang ada di ponselnya. Hazmi tersenyum lebar, "lucu banget."

Kiran mengangguk menyetujui, "bener, mereka lucu banget."

Ini sudah hari ketujuh sejak mereka bertemu di belakang gedung kelas dengan agenda menengok ibu kucing. Saat ini sekolah sepi karena memang sudah jam pulang. Kebetulan, jemputan Kiran belum sampai jadi Hazmi menemani Kiran menunggu Pak Urip di gazebo sekolah.

Serius kalau Kiran disuruh menggambarkan grafik progres pertemanannya dengan Hazmi, kayaknya tren tiga hari ini terus naik dan positif. Mereka bener-bener ngobrol tentang beragam hal.

Tentang ternyata Hazmi dan Kiran sama-sama suka Sinchan. Tentang Hazmi yang cinta banget sama bola dan masuk futsal karena enggak ada eakul bola. Tentang Kiran yang jadi model karena enggak sengaja diajak teman mamanya. Bahkan sampai bagaimana cara mereka makan bubur -Kiran lebih suka apa adanya sedangkan Hazmi suka diaduk- hingga menjadi perdebatan sengit. Mereka benar-benar berbagi tentang diri masing-masing.

FlippedWhere stories live. Discover now