intropeksi

288 58 12
                                    

seperti biasa,
warning: harsh words, typo, and mention of panick attack

***

"Gue marah karena Kiran deket banget sama Sabda," aku Hazmi lemas.

"Tolol,"Raihan menyahut judes.

Hazmi melirik Raihan yang hanya memberi tatapan datar. Cowok itu menghela nafas lalu melanjutkan, "Gue sebel soalnya Sabda ternyata juga diajak Kiran ke Pantinya yang mana Kiran bilang yang diajak kesana orang tertentu yang dia nilai baik dan deket sama dia."

"Goblok." Hazmi kembali melirik Raihan yang dibalas cowok itu dengan alis naik, "apa?" tanya Raihan polos, Hazmi kembali menggeleng.

"Gue tambah panas liat Kiran pulang sama Sabda."

"Wah bego." Raihan masih menyambar ucapan Hazmi. Sedangkan, Hazmi ia pasrah menerima seluruh caci maki Raihan dan tetap melanjutkan curhatannya.

"Gue terus marah ke Nopal yang selalu bahas soal Sabda dan Kiran, manas-manasin gue soal Kiran. Yah karena gue lagi bete liat Kiran sama Sabda, gue meledak."

"Oh betapa bodohnya."

Hazmi menatap tajam Raihan disebelah kanannya. Sosok yang ditatap hanya mengangkat alis dengan polosnya. Hazmi menghela nafas lalu mengangguk.

"Ya gue bodoh, tolol, bego, goblok, stupid, pabo apa deh segala jenis umpatan dari seluruh dunia sangat menggambarkan kelakuan brengsek gue tadi pagi." ucap Hazmi dengan nada lemas.

Raihan menganggguk, "setuju. Udah tolol, bego, brengsek, egois, posesif, emosian pula. Gue enggak pernah liat lo selepas kontrol ini." ungkap Raihan dengan jujur. Hazmi hanya bisa menarik nafas panjang, tidak bisa melawan tudingan Raihan pada dirinya.

Raihan menatap Hazmi serius, "gue yakin lo ada perasaan suka sama Kiran, lo punya rasa berdebar kayak ergh sebenernya gue geli tapi....kayak ada apa sih mules lemes gemes gitu tiap liat Kiran? Gitu deh ah anjrit susah banget deskripsiinnya."

Hazmi membayangkan dirinya yang tersenyum saat melihat foto Kiran yang ia cetak di kamar. Serta perasaan berdebar yang muncul ketika ia melihat senyum Kiran. Afeksi yang terbit ketika ia bersentuhan dengan Kiran. Semua euforia penuh kebahagiaan itu muncul dengan jelas mengisi hati dan otaknya.

"Oke enggak usah dijawab ekspresi muka lo udah menunjukkan betapa bucinnya diri lo sama Kiran." ucap Raihan dengan ekspresi geli. Hazmi hanya terkekeh dengan telinga yang memanas.

"Terus kenapa lo tolak Kiran waktu dia confess ke lo?" tanya Raihan penasaran. Hazmi mengangkat bahunya.

"Pas itu gue ngerasa hubungan gue sama Kiran sebatas temen. Ya ada sih kayak deg-deg kan terus excited ketemu dia tapi ya gue pikir itu cuma perasaan temen biasa dan yah yang kedua ini Kirana Ayu, sangat enggak mungkin dia suka sama orang biasa kayak gue kan?"

Raihan mengangguk mendengar perkataan Hazmi, "bener. Gue aja kaget pas lo cerita dia confess ke lo." Raihan lalu menatap Hazmi serius, "yakin cuma dua? Feeling gue bilang ada lagi ya?"

Hazmi menatap Raihan kaget, "anjrit kok lo suka feeling-feeling gitu gimana sih caranya?!"

Raihan berdecak, "jawab dulu, jangan mengalihkan pembicaraan."

Hazmi terkekeh sejenak sebelum berdeham dan menunduk, "iya ada. Lo tau kan gue enggak suka jadi pusat perhatian?" Raihan mengangguk, "nah salah satu alasan kenapa gue nyembunyiin pertemuan gue sama Kiran karena gue enggak mau jadi pusat perhatian."

Raihan mengangguk paham. Hazmi dan pusat perhatian adalah dua hal yang tidak bisa disatukan. Tentu saja Raihan tidak akan lupa gara-gara aksi penyelamatannya yang viral, Hazmi harus berjuang menghadapi perasaan khawatir berlebih karena menjadi perhatian banyak orang.

FlippedWhere stories live. Discover now