Suster Cantik

7 1 0
                                    

Seumur-umur aku belum pernah dirawat di rumah sakit, tapi kali ini terpaksa aku menjalani rawat inap karena kecelakaan motor yang membuat tulang kakiku patah, dada terasa sesak, dan luka robek di kepala.

Aku tidak suka rumah sakit, bau khas cairan desinfektan yang bercampur dengan bau obat-obatan membuatku mual, belum lagi suasananya yang sunyi sepi, membuatku tidak betah dan ingin segera pulang.

“Dok, kapan saya bisa pulang?” tanyaku pada seorang dokter muda yang bertugas memeriksaku dengan ditemani oleh seorang suster.

“Kita lihat perkembangannya dulu. Kepala harus diperiksa, paru-paru sudah oke, kaki tidak boleh bergerak dulu,” jawabnya sambil memeriksa jahitan di kepalaku.

“Dok, suster yang biasa merawat saya ke mana, ya?” tanyaku lagi sambil melirik suster di sampingnya yang bertampang ketus.

“Suster siapa?” Dokter balik bertanya.

“Kalau gak salah, namanya suster Irena. Dia suster paling cantik dan ramah yang pernah saya temui, Dok, gak seperti suster yang sama Dokter ini, jutek.”

Suster yang bertubuh tinggi besar itu pun langsung mendelik mendengar perkataanku.

“Muka suster Irena itu putih bercahaya, kalau saya godain, Dok, pipinya langsung merona merah. Terus Dok, kalau dia yang merawat saya setiap hari, saya bisa langsung sembuh. Tangannya itu … halus dan lembut, terasa penuh kasih sayang di setiap sentuhannya. Ke mana, ya, suster Irena hari ini?” tanyaku lagi.

Dokter terdiam. Ia mencatat sesuatu di lembar pemeriksaan, kemudian memberikannya pada suster, “Sus, nanti ganti perban di kepala.” Dan Dokter pun pergi tanpa menjawab pertanyaanku.

“Aaaw! Sakit! Saya mau dirawat sama suster cantik saja! Di mana suster Irena?” Aku berteriak dan menghalau tangan suster yang membuka perban di kepalaku.

“Tidak ada! Suster Irena-nya tidak ada!” bentak suster ketus itu padaku.

“Tidak ada? Maksudnya tidak ada suster yang bernama Irena? Maksudnya suster Irena itu hantu?”

Sudah banyak cerita yang beredar tentang hantu suster di rumah sakit ini. Tapi aku sangat yakin suster Irena itu manusia, kakinya yang jenjang masih menyentuh lantai, tidak melayang, dan dia berdiri, tidak ngesot.

“Kebanyakan nonton cerita horor, ya, Mas,” cibir suster. “Suster Irena-nya tidak ada karena lagi ijin sakit, morning sick.”

“Morning sick? Lagi hamil? Sudah menikah tenyata….” kataku dengan penuh rasa kecewa. Mungkin setelah ini, jantungku pun harus diperiksa.

“Iya, dengan dokter yang memeriksa Mas tadi. Dokter yang istrinya Mas godain.”
Suster langsung membuka dan menarik perban di kepalaku.

“Aaaaaaw!”
Aku menjerit bukan karena sakit di kepalaku tapi karena sakit di hatiku mengingat suster cantik itu.

***

The Shadows and others storiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang