Mata Mila melebar, bukan karena terkejut, tapi lebih seperti respon antusias atas hadirnya minuman berwarna kecoklatan itu.

"Hanya satu gelas. Nggak lebih." Adifa memeringatkan.

"Three?" Mila mencoba menawar.

Adifa menuangkan minuman itu ke gelas, lalu mengarahkan ke hadapan Mila tanpa melepasnya. "Satu gelas atau nggak sama sekali."

Bibir Mila mencebik, lalu dengan berat hati berkata, "Iya ...."

Adifa membiarkan Mila mengambil alih gelas itu, sedangkan ia sendiri mengambil tempat duduk di sebelah Mila, ikut menuangkan sedikit minuman ke gelas miliknya sambil melirik ke arah Mila. Matanya melebar saat melihat Mila menghabiskan minumannya dalam sekali teguk. Entah memang begitu cara Mila menikmati minumannya atau justru sebaliknya, gadis itu tak tahu cara menikmati brandy!

"Hmmm ...," gumam Mila yang tengah menangkup kedua pipinya sambil memejamkan mata.

Selang beberapa menit, Mila mulai menyangga dagu karena kepalanya terantuk beberapa kali. Adifa menggeleng-gelengkan kepala sambil menyesap sedikit minumannya.

Adifa mendengar Mila bergumam tak jelas, masih dengan tangan menopang dagu, dan mata yang terlihat sayu.

"Gue bener-bener ngerasa hidup."

Lagi-lagi kalimat depresif itu keluar dari bibir gadis itu. Adifa menyesap kembali minumannya, lalu memiringkan tubuh ke arah Mila. "Lo kan emang masih hidup."

Mila menoleh. Dengan mata setengah terbuka, gadis itu terkekeh. "Pasti enak ya punya kehidupan sendiri, pegang kendali atas hidup lo sendiri, tanpa perlu berbagi sama orang lain."

Adifa mengangkat alis tak mengerti.

"Padahal gue cuma pengen ngerasain clubing, minum alkohol, godain om-om, eh!" Mila memicingkan pandangan untuk menilisik wajah Adifa. "Lo kan om-om, ya?"

Sialan! Adifa kembali meneguk minumannya. Tak memedulikan semua ucapan gadis yang tengah mabuk itu.

"Cakep juga," lanjut Mila. "Gue baru tahu, Mila punya kenalan secakep lo."

"Lo nyebut Mila seolah lo bukan Mila," sahut Adifa tanpa minat.

"Gue emang bukan Mila." Gadis itu mengulurkan tangannya ke arah Adifa. "Gue Sherly."

Sherly? Adifa mengangkat sebelah alis. Sepertinya, bermain peran sebagai orang lain adalah kebiasaan gadis itu kalau sedang mabuk.

"Calon pacarnya Theo." Gadis itu kini terkikik malu-malu atas pengakuan yang baru diungkapkannya. "Lo emang cakep, tapi Theo jauuuh lebih cakep."

Adifa hanya merotasi mata malas. Ia tak peduli, dan tak mau ambil peduli. Ia hanya sedikit tak menyangka jika Mila juga bisa se-bucin itu. "Lo udah mabuk, mending tidur, deh."

Ekspresi gadis itu kini berubah. Mukanya masam dengan bibir cemberut. "Gimana gue bisa tidur kalau sekarang gue nggak tahu lagi di mana?"

Adifa menghela napas, mencoba sabar menghadapi gadis mabuk itu. "Kamar tempat lo keluar tadi bisa lo pake, Mil. Itu kamar lo."

"Sherly!"

Adifa menarik napas dalam-dalam. "Iya, Sherly. Lo bisa pakai kamar itu untuk malam ini, Sherly."

Sherly turun dari kursinya dengan tubuh yang sedikit oleng. Telunjuknya lantas terarah ke depan wajah Adifa. "Jangan coba macem-macem! Gue bakal aduin lo ke Theo!"

Adifa hanya memasang senyum datar mendengar peringatan gadis itu. Ia tak mau tahu soal Theo-Theo itu, ia hanya tak mau berlama-lama menghadapi Mila yang sedang mode mabuk. "Sleep tight, Sherly."

...

Mila membuka mata dan langsung didera rasa pusing yang tak terkira. Kepalanya terasa berat, tenggorokannya terasa sakit, perutnya pun terasa tak nyaman.

Ia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Setelah keluar dari club, Adifa langsung membawanya pulang dan mengguyurnya dengan air dingin. Haruskah ia bersyukur karena lelaki itu tak memanfaatkan kondisinya, meski dirinya sempat menyerangnya?

Tunggu!

Mata Mila yang menatap langit-langit kontan membola. Sekelebat ingatan jika dirinya sempat mencium Adifa, tiba-tiba mencuat dalam otak.

Oh, shit! Meski ingat jika dirinya tak melakukan hal yang lebih dari sebuah kecupan singkat di pipi, fakta jika dirinya menyerang Adifa sudah cukup memalukan. Apa itu artinya dirinya telah melakukan tindakan pelecehan?

Mila meremas rambut, menyumpah-serapahi dirinya sendiri dengan berbagai macam umpatan. Dirinya pasti sudah gila!

"Aakh ...," lenguh Mila saat rasa tak nyaman pada perutnya semakin menjadi. Ia lantas bangkit dari posisi berbaringnya, bersamaan dengan suara pintu diketuk dari luar. "Masuk aja."

Daun pintu terbuka, Adifa melenggang masuk lalu duduk di tepian tempat tidur dengan bersilang kaki. Tangannya lantas terulur memberikan sekaleng minuman eletrolit pada Mila.

"Thanks," ucap Mila seraya menarik tuas pembuka di bagian atas kaleng, lalu mulai meminum isinya. Baru beberapa teguk, lambungnya seolah menolak kehadiran minuman itu. Ia pun langsung berlari menuju toilet dan memuntahkan isi perutnya ke kloset.

"Makanya kalau nggak bisa minum, nggak usah sok-sokan minum segala." Adifa mengekor di belakangnya, kemudian berjongkok di sebelahnya.

Mila tak menggubris, masih sibuk mengeluarkan sisa-sisa dalam perutnya.

Adifa memijat tengkuk wanita itu. "Lo minum brandy kayak minum air putih. Main ditelen-telen aja. Posisi lo juga belum makan. Wajar kalau sekarang lo kacau kayak gini."

Mila tak terlalu mendengarkan ceramah Adifa, yang ia tangkap hanya kata 'brandy' yang merupakan salah satu jenis alkohol. "Siapa juga yang minum brandy?"

"Terus yang ngabisin segelas brandy dalam satu teguk tadi subuh siapa?" tanya Adifa retoris. "Sherly?"

Mendengar nama itu, Mila kontan memejamkan mata sambil memijat keningnya. Ia mulai memahami situasi sekarang. Hal terakhir yang ia ingat adalah dirinya sedang berendam di dalam bathub. Sepertinya, saat itulah Sherly muncul dan mengambil alih kesadarannya.

Beruntung Adifa mengira Sherly hanyalah karakter palsu yang ia buat karena efek mabuk yang dialaminya. Bersyukur pula ia masih bisa fronting karena sepertinya Zita masih memilih menyembunyikan diri dari ketakutannya.

"Gue nggak melakukan hal aneh, kan?" Mila mendudukkan diri di lantai toilet sambil menoleh pada Adifa. Berharap tidak ada hal memalukan yang Sherly lakukan dengan menggunakan image-nya.

"Hal aneh apa? Soal lo yang mau godain om-om atau soal lo yang mengakui kalau Theo itu calon pacar lo?"

Mila mengumpat dalam hati. Sherly sialan dan kebucinan tololnya!

...

TBC

...

Yang bucin siapa, yang malu siapa...

Yang bucin siapa, yang malu siapa

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

050623

My True Me (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora