56 - Hikmah mengikhlaskan dan bersyukur

242 31 24
                                    

Tiga tahun kemudian

Seorang perempuan menggunakan dress di bawah lulut berjalan memasuki area pemakaman. Dari parkiran sampai tempat yang akan di tuju cukup jauh. Area pemakaman itu cukup luas. Pada dekapan tangannya, perempuan itu membawa dua buah buket bunga.

Selama perjalanan, sesekali perempuan itu menghentikan langkahnya lalu menatap langit. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena ia ingin segera sampai. Tak lama ia sampai di tujuannya. Di hadapannya kini berjajar dua makam orang yang ia sayang.

"Hai, pah, kak. Ryujin pulang."

Ya, perempuan itu adalah Ryujin. Setelah berkata, Ryujin menyimpan buket bunga yang ia bawa di atas dua makam. Satu untuk makam Yoongi dan satu untuk makam Asahi.

"Um..."

Tiba-tiba Ryujin tidak bisa berkata-kata. Ryujin kira ia bisa tegar. Namun, dengan melihat langsung makam ayah dan kakaknya tetap membuat hatinya sedih.

Untuk menenangkan perasaannya, Ryujin mengeluarkan sebuah botol kecil dari dalam tasnya. Kemudian, ia membuka tutup botol tersebut lalu menghirupnya. Minyak esensial aromaterapi menjadi produk yang digunakan oleh Ryujin untuk menenangkan pikiran maupun perasannya setiap kali ia merasa gelisah atau sedih.

Setelah lebih membaik, Ryujin memasukkan kembali botol minyak esensial tersebut ke dalam tasnya. Lalu, ia duduk di atas rumput di tengah-tengah makam Yoongi dan Asahi.

"Maafin, Ryu, pah, kak. Maaf harus butuh waktu lama aku bisa mengingat semuanya lagi dan menjenguk papah sama kak Asa."

Ryujin menghembuskan nafas panjang, lalu melanjutkan. "Aku udah sembuh, walau masih rutin perawatan. Aku sempat malu sama kondisiku sendiri, pah, kak. Tapi, dari Felix aku belajar banyak hal. Termasuk berlapang dada menerima takdir. Sampai saat ini suamiku selalu ada di sampingku. Mengapa selama ini aku kurang bersyukur?"

"Kehilangan kalian membuat aku terpuruk. Aku mengalami masa terberat dalam hidupku, pah. Aku merasa hidupku hancur dan gak ada siapa-siapa lagi yang bisa menemaniku. Padahal..., padahal Felix dan lainnya ada untukku. Aku lupa bersyukur, pah."

Sembari berbicara, sesekali Ryujin mengusap nisan makam Yoongi maupun Asahi bergantian. Kini teringat kembali kenangan kebersamaan mereka. Ryujin benar-benar merindukan Yoongi dan Asahi.

"Aku menyesal sempat hilang kendali, pah. Bunuh diri bukan pilihan yang benar, aku menyadarinya sekarang. Coba kalau Tuhan gak sayang aku waktu itu? Aku gak bisa bayangin gimana perasaan suamiku dan keluargaku yang harus kehilangan aku juga."

Satu tahun lalu, Ryujin dinyatakan sembuh. Walau begitu ia tetap menjalani perawatan rutin. Ia masih sering bulak-balik rumah sakit. Setelah sembuh, Felix mengajak Ryujin untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan.

Walau di Australia muslim masih minoritas, Felix selalu mengajak Ryujin pergi kajian ke tempat ibadah. Bahkan mengundang ustadz ke apartemen mereka. Felix meyakini dengan iman yang kuat, Ryujin pasti akan cepat pulih. Benar saja, mental dan batin Ryujin semakin membaik.

"Berserah diri dan mencoba menerima keadaan. Itu yang selalu aku usahkan, pah, kak. Aku bersyukur karena Tuhan masih sayang aku. Tuhan memberi kesempatan buat aku untuk memperbaiki diri dan menyembuhkan batinku juga."

"Sekarang, aku baik-baik aja kok, pah, kak. Aku ikhlas. Aku hanya berharap semoga suatu saat nanti kita bisa berkumpul kembali."

Ryujin tersenyum sembari kembali mengusap nisan Yoongi. Kemudian, beralih pada Asahi.

"Oh iya, kak Asa. Dua hari yang lalu gue datang ke rumah kak Sakura. Sebentar lagi Ellie lulus SD, sekarang dia tambah cantik dan tinggi. Kabar kak Sakura baik-baik aja. Kak Sakura cerita, dia gak bisa ngelupain lo, kak. Tapi kita sama-sama mencoba menerima keadaan. Kak Sakura gak sama siapa-siapa, dia memilih untuk sendiri."

My Dearest Twin - Asahi RyujinWhere stories live. Discover now