30 - Rencana bertemu setelah subuh

350 71 17
                                    

BRUK BRUK BRUK

Asahi, Ryujin, Yoshi, Soojin dan Jaehyuk menghentikan langkah kaki mereka saat mendengar suara dobrakan pintu. Asahi memegang erat-erat pisau dapur, Jaehyuk memegang alat kejut listrik dan Yoshi memegang palu cakar.

Tidak ada yang berani bergerak sedikitpun. Mereka memilih diam dan saling pandang satu sama lain. Sampai terdengar samar-samar suara seorang laki-laki dari luar rumah. Suara tersebut tidak begitu jelas.

"Yoshi, Asahi!" teriak laki-laki itu.

"Itu suara om Woozi bukan sih?" tanya Ryujin pelan.

"Biar gue cek ke sana."

"Jangan! Gue aja, As," sela Yoshi sembari menahan Asahi.

Yoshi berjalan perlahan dari arah dapur sampai menuju depan pintu utama. Ia tegang, begitupula yang lainnya. Apapun yang terjadi, mereka pasrahkan semuanya pada Tuhan.

TOK TOK TOK

Kini yang terdengar bukan pintu yang digedor keras namun hanya ketukan saja. Nama Yoshi dan Asahi pun terus disebutkannya. Yoshi tak langsung membuka pintu. Ia memberanikan diri mengintip dari cela gorden jendela. Tangannya gemetar saat berusaha meraih gorden.

"Kak Woozi!" pekik Yoshi saat melihat Woozi lah laki-laki yang ada di depan pintu rumah.

Dengan cepat Yoshi merogoh saku celananya dan mengeluarkan kunci pintu. Setelahnya ia segera membuka pintu lalu menarik tangan Woozi masuk ke dalam rumah.

GREP – Woozi langsung memeluk Yoshi dengan erat, pelukan itu tentu dibalas. Asahi dan lainnya langsung menghampiri Woozi dan Yoshi.

"Apa ada yang terluka, Yoshi?" tanya Woozi sembari melepas pelukannya lalu mengecek tubuh Yoshi.

"Aku ga papa, kak. Aku takut, kak. Kita semua ketakutan."

"Syukurlah kalau kamu baik-baik saja. Asahi, Ryujin."

Setelah memeluk Yoshi, Woozi segera memeluk Asahi dan Ryujin bergantian. Kini Soojin berdiri dibantu oleh Jaehyuk.

"Om, aku takut," ucap Ryujin lirih.

"Sudah-sudah, ada om di sini."

Setelah melepas pelukannya, Woozi terkejut melihat kaki Soojin yang terluka cukup parah. Ia menanyakan apa yang terjadi. Asahi dan lainnya menjelaskan semua yang telah terjadi.

"Situasinya sangat kacau saat ini. Warga dihimbau untuk tetap tinggal di rumah."

"Kalau cuma diam di rumah tanpa mencari perlindungan, bukannya lebih bahaya, om?" tanya Asahi.

"Iya, om. Tadi siang ada yang gedor pintu sama jendela juga," tambah Ryujin.

"Biar kami dari pihak kepolisian yang bertindak. Sudah tugas kami melindungi warga. Setelah situasi lebih mereda, kami akan segera mengungsikan warga."

"Lalu apa yang sebenarnya terjadi, kak?"

"Kasus ini belum terpecahkan, Yoshi. Tapi yang jelas, kasus ini hampir sama seperti kasus kerusuhan yang pernah abang tangani di desa paling pelosok itu. Sayangnya, kali ini lebih parah. Beberapa Jalan dan sarana prasarana desa dihancurkan. Ada juga beberapa rumah warga yang hangus terbakar."

"Apa sebelumnya pernah terjadi hal kayak gini, om?"

"Belum pernah, Ryu. selama om tugas di sini, desa ini aman. Dari hasil penemuan barang-barang pelaku yang tersimpan di beberapa lokasi kejadian, cukup membuat tanda tanya. Pelaku seperti sengaja meninggalkan barang bukti. Terutama pada rumah pak kepala desa."

"Maksudnya, om?"

"Begini Jaehyuk. Semenjak om menerima laporan pengeroyokan, om langsung mengunjungi TKP. Salah satu korban yang selamat, mereka menyebutkan pak kepala desa berulang-ulang kali. Bertepatan dengan itu, kami juga dapat laporan, rumah pak kepala desa sempat dikepung oleh beberapa orang."

My Dearest Twin - Asahi RyujinWhere stories live. Discover now