51 - Tugas selesai

236 35 30
                                    

Malam harinya, Asahi dan Ryujin menikmati momen bersama dengan berjalan kaki di tepi pantai. Mereka berjalan tanpa alas kaki. Sebelumnya mereka sama-sama sempat bermain air.

"Bulannya bagus banget," ucap Ryujin kagum sembari melihat ke arah langit.

Asahi menganggukkan kepalanya tanda setuju. Sedari kecil, pantai adalah tempat yang wajib mereka kunjungi. Apalagi dikunjungi ketika sore dan malam hari.

Malam ini suasana pantai tidak begitu ramai. Banyak dari pengunjung yang datang lebih memilih nongkrong di cafe dekat pantai, bukan berjalan kaki seperti Asahi dan Ryujin.

"Duduk di sana, yu."

Ryujin menunjuk ke salah satu arah dan Asahi menyetujuinya. Kini Asahi dan Ryujin duduk berdampingan, mereka duduk di atas pasir tanpa alas apapun.

Sekitar lima menit, baik Asahi maupun Ryujin hanya fokus pada pikiran mereka masing-masing. Sampai akhirnya Ryujin membuka pembicaraan yang membuat Asahi tidak suka mendengarnya.

"Sa."

"Hm."

"Kalau salah satu diantara kita ada yang pergi duluan, gimana?"

"Apa? Pergi gimana maksudnya?"

"Ya..., meninggal."

"Ryujin!"

Suara Asahi terdengar lebih tinggi dari sebelumnya. Ya, Asahi tidak suka membicarakan kematian. Walau dia sadar, setiap manusia pasti akan berpulang. Tetapi ia tetap tidak ingin membicarakannya.

"Gue gak suka kita ngebahas itu."

"Ini cuma seandainya, Sa. Gue juga gak suka bahas ini. Tapi..."

"Mau seandainya atau terserah apa, pokoknya gue gak suka bahas ini!"

Ryujin menghembuskan nafas panjang sembari melihat ke arah Asahi yang kini sedang memalingkan pandangannya. Setelahnya, ia melihat lurus ke depan.

"Maaf, gue gak bermaksud bikin lo kesel," tidak ada tanggapan.

"Um, setelah gue nikah nanti. Gue mau, lo harus sering dateng berkunjung. Gue juga janji bakalan jenguk lo terus, Sa. Gue sama Felix udah sepakat bakalan tinggal di Indo setelah kontrak pekerjaan dia selesai."

"Kalian bakalan nikah beda agama?"

Ryujin menggelengkan kepalanya. "Enggak, kok. Felix udah muslim. Katanya dia udah belajar agama kita semenjak kuliah. Tau kan ayah sambung dia muslim juga."

"Ryu."

"Iya."

"Gue sayang sama lo. Gue gak mau lo kenapa-kenapa. Jaga diri lo di sana. Lo harus ngabarin gue kalau terjadi apa-apa. Walau gue gak kenal Felix selama yang lo kenal, gue percaya dia bisa jagain lo."

Ryujin menatap Asahi dari samping. Kedua bola matanya mulai berkaca-kaca, ia juga tersenyum memandangi kakaknya. Serumit hubungannya dengan Asahi dan sekecewa apapun yang pernah ia rasakan, Ryujin juga benar-benar menyayangi kakaknya.

"Makasih lo udah percaya sama Felix, Sa. Gue pernah benci lo tapi rasa sayang gue lebih besar. Lo tetep kakak gue yang paling gue sayang, Sa."

Setelah berkata begitu, Ryujin memalingkan pandangannya. Air matanya jatuh, ia tidak ingin Asahi menyadari itu.

"Boleh pinjem bahu lo?" Pinta Asahi sembari menyandarkan kepalanya pada bahu kiri Ryujin.

Tidak ada yang berbicara setelahnya. Hanya terdengar suara deburan ombak yang memecah keheningan malam.

"Sa, lo nangis?"

"Enggak," balas Asahi cepat sembari menggelengkan kepalanya dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

My Dearest Twin - Asahi RyujinWhere stories live. Discover now