13 - Her Insecurity

537 100 26
                                    

Sebelum ke kota, Asahi bersama Ryujin dan Haechan singgah terlebih dahulu di wilayah kabupaten. Haechan mengajak Asahi dan Ryujin ke alun-alun. Kini ketiganya duduk di bangku taman.

"Di sini ada sinyal kok. Kalau ayah kamu udah bisa dihubungi, kita gak harus ke kota," jelas Haechan.

"Oke, gue coba dulu."

Ryujin mulai membuka ponselnya dan mengaktifkan data internet. Tak butuh waktu lama, baik pesan teks dan notifikasi media sosial langsung masuk.

"Aaa Soojin."

Banyak sekali pesan masuk yang dikirim oleh Soojin dan Ryujin merasa terharu. Mulai dari pesan teks, foto, video, bahkan voice note juga.

Setelah bahagia mendapatkan pesan dari Soojin, tiba-tiba ekspresi wajah Ryujin berubah. Pasalnya, tidak ada satupun pesan atau panggilan telepon dari Yoongi.

"Kok tumben, ya? Papah baik-baik aja kan, pah?"

"Kenapa, Ryujin?"

"Um gapapa, kak Haechan."

Bukan hanya Ryujin, Asahi pun begitu. Ia juga tidak menerima pesan maupun panggilaln telepon dari Yoongi. Sehingga Asahi memutuskan untuk menghubungi Yoongi. Namun sayang, tidak ada yang mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Ngehubungi siapa, Sa?" tanya Ryujin.

"Papah?" lanjut Ryujin dan Asahi menganggukkan kepalanya.

"Diangkat, gak?"

"Enggak, Ryu."

"Lo dihubungi papah, gak?" Asahi menggelengkan kepalanya.

Walau tak ada respon, Asahi tidak menyerah begitu saja. Ia menelepon Yoongi kembali. Sampai sudah lima atau enam panggilan telepon tak diangkat, Asahi menyerah.

"Lo ngerasa ada yang janggal gak sih, Sa? Lo inget kan pas papah pulang cepet subuh waktu itu?"

"Iya, aneh. Gak mungkin gak ngabarin sama sekali."

"Kok perasaan gue makin gak enak ya," ucap Ryujin sembari memegangi dadanya.

"Oh iya, nenek. Gue mau nelpon nenek," Ryujin menganggukkan kepalanya.

Asahi mengganti tujuan panggilannya. Setelah menemukan nomor kontak neneknya yaitu ibu Yoongi, Asahi langsung menghubunginya.

"Gimana?"

"Gak diangkat juga," balas Asahi sembari terus mencoba menghubungi neneknya.

Asahi menelepon neneknya sembari sesekali mengacak rambutnya, ia cemas. Sedangkan Ryujin kembali mengusap dadanya yang mulai terasa sesak.

"Maaf nih bukannya mau ganggu. Kok kalian keliatan gelisah, ada apa?"

"Bokap kita gak bisa dihubungi, kak. Biasanya gak gini, apalagi sekarang udah jam istirahat kantor juga," jawab Ryujin dengan suara pelan sedikit serak.

"Mungkin lagi sibuk banget, Ryu."

"Sesibuk apapun bokap, dia gak pernah lupa ngasih kabar," kini yang berucap adalah Asahi.

"Iya bener. Justru bokap yang lebih sering ngasih kabar dibanding kita berdua," tambah Ryujin.

"Oke aku ngerti tapi kalian jangan panik dulu. Gimana kalau kita ke kantor pak Woozi? Semoga aja ayah kalian menghubungi pak Woozi."

"Oh iya bener, om Woozi. Anter kita ke sana ya, kak Haechan."

"Siap, Ryujin."

Kini tujuan perjalanan selanjutnya bukan lagi menuju kota. Melainkan menuju kantor tempat Woozi bekerja yang lokasinya masih di wilayah kabupaten juga.

My Dearest Twin - Asahi RyujinWhere stories live. Discover now