47 - Jangan pergi

273 48 15
                                    

Selesai bekerja di kantor, Asahi langsung pulang ke rumah. Sesampainya di lantai atas rumahnya, ia menghentikan langkah kakinya. Ia menengok ke sebelah kanan melihat ke arah kamar Ryujin.

Entah mendapatkan dorongan darimana, Asahi melangkahkan kakinya berjalan menuju kamar Ryujin. Kini ia sudah berdiri di depan pintu.

DEG – tiba-tiba ingatan dua setengah tahun silam terulang kembali. Ingatan saat terakhir kalinya Asahi masuk ke dalam kamar Ryujin. Kejadian dimana Asahi yang mengira bahwa Ryujin masih ada di rumah.

"Waktunya makan malam, Ryu."

"Loh kok kamar lo gelap sih, Ryu? Lo kan gak suka gelap kayak gini."

"Lo di kamar mandi ngapain aja sih?"

"Lo dimana sih, Ryu? Ryu ayo makan ma..."

"Ryu lo dimana? Kenapa lo ninggalin gue juga? Gue gak mau sendirian."

"Arrgh," rintih Asahi sembari memegangi gagang pintu kamar.

Mungkin karena Asahi bertemu dengan Ryujin, ia kembali mengingat kenangan itu? Entahlah. Yang Asahi rasakan saat ini tiba-tiba perasaannya menjadi kacau. Dadanya sesak, ia kesulitan bernafas.

"Arrgh!"

Asahi kembali merintih kesakitan sembari memegangi dadanya. Bahkan ia tidak bisa mengatur keseimbangan tubuhnya, hingga ia harus bersandar pada dinding.

Rasa sesak di dadanya terasa lebih sakit dari sebelumnya. Asahi berusaha mengeluarkan obat penenang yang biasa ia bawa kemanapun ia pergi. Ia menyimpan obat tersebut di dalam tasnya.

"Arrghh!"

Asahi kesulitan mengambil obat tersebut karena tubuhnya yang kini terasa lemas. Hingga akhirnya Asahi harus duduk di lantai sembari berusaha mengatur deru nafasnya sambil mencari obat di dalam tas.

Setelah berhasil mengambil obat, Asahi segera membuka tutup botol obat tersebut lalu segera memakannya tanpa minum. Perasaannya tidak langsung membaik. Sampai akhirnya tiba-tiba Asahi menangis begitu saja.

"Enggak, gue gak mau sendiri. Jangan tinggalin gue. Gue mohon kembali. Gue gak mau sendirian," monolog Asahi sembari memegangi kepalanya.

Tak lama, terdengar suara dering ponsel berbunyi. Satu panggilan tak terjawab. Kemudian, ponsel Asahi kembali berbunyi.

Hingga pada panggilan ke lima, barulah Asahi berhasil mengangkat panggilan telepon tersebut. Namun, Asahi tidak berbicara apapun.

"Aku otw sekarang," ucap penelepon di seberang sana.

Beberapa menit kemudian, Sakura sampai di rumah Asahi. Setelah memarkirkan mobilnya, ia segera lari memasuki rumah. Ia mencari Asahi langsung ke lantai atas. Benar saja, ia dapat menemukan Asahi tengah tergeletak di lantai.

"Asahi."

Sakura segera duduk di lantai dan mencoba membangunkan Asahi. Kekasihnya itu terbaring di lantai dengan menangis.

"ini aku Sakura," ucap Sakura sembari memangku kepala Asahi dalam dekapannya.

Asahi yang menyadari ada Sakura di hadapannya, Ia segera memeluk Sakura. Mereka berdua berpelukan dengan duduk di lantai. Melihat kondisi Asahi yang seperti itu, Sakura mengusap punggung Asahi untuk menenangkan.

"Aku takut."

"Aku di sini, sayang. Semua akan baik-baik aja. Kamu udah minum obatnya?" Asahi menganggukkan kepalanya.

"Bagus. Sekarang kita mulai atur nafas, ya," Asahi kembali menganggukkan kepalanya.

Sakura melepaskan pelukan Asahi perlahan. Lalu ia memegangi dada bidang Asahi sembari membantu Asahi mengatur deru nafasnya.

My Dearest Twin - Asahi RyujinМесто, где живут истории. Откройте их для себя