Cup

Lagi. Zevan mencuri ciuman dibibir manis istrinya.

"Ini mau berangkat atau mau mod-"

Cup

"Bye, aku berangkat dulu. Love you!" Potong Zevan secepat kilat.

Zarin menggeram pelan. Menyebalkan sekali suaminya itu. Pipinya kan jadi panas kalo gini caranya. Sepersekian detik seulas senyum terbit dibibirnya. Memandang dimana suaminya menghilang bersamaan dengan pintu lift yang tertutup.

"Love you too, Ayas."

Tidak menunggu lagi, Zarin menutup pintu apartemen lalu kembali berjalan menuju kamar. Sejujurnya dirinya masih merasa pusing. Namun,ia berusaha terlihat baik-baik saja didepan Zevan karena tidak ingin suaminya itu khawatir.

Zarin kembali membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Menarik selimut dan meringkuk didalamnya. Kepalanya terasa semakin pening, entah mengapa. Zarin memijat pelan kepalanya yang semakin terasa berat.

"Ini tumbenan sakit banget," Zarin memejamkan matanya merasakan pening dikepalanya.

Matanya terbuka perlahan saat mendengar dering ponsel. Zarin meraba nakas yang berada disamping tempat tidurnya. Tanpa melihat siapa yang menelpon ia pun mengangkat telepon itu, mendekatkannya pada telinganya.

"Zariiiinn?!!"

Zarin menjauhkan handphonenya saat mendengar teriakan yang membuat telinganya sakit.

"Halo? Rin?"

Zarin kembali mendekatkan handphonenya pada telinga saat mendengar suara yang kembali memanggilnya. Ia baru sadar jika Elea-lah yang menelpon.

"Iya halo, El."

"Ihh lo pulang dari honeymoon kenapa gak kabarin gue?" Elea terdengat mengomel dari sana.

Zarin terkekeh pelan masih dengan memijat kepalanya pelan. "Kenapa lo? Kangen sama gue?"

"Heh emang nya lo gak kangen apa?"

"Engga, buat apa kangen sama lo?!"

"Jahat banget lo! Eh iya gimana honeymoon lo disana?" Tanya Elea, tingkat kepo wanita itu ternyata masih melekat sampai sekarang.

"Lo masih kepo aja ternyata!" Zarin mengubah posisinya menjadi duduk bersandar dikepala ranjang.

"Ck! gue itu gak kepo, tapi lagi menambah wawasan aja." Ujar Elea beralasan. "Jadi gimana? lancar kan bikin Ayara disana?" Tanyanya.

"Lo pikir buat apa honeymoon kalo bukan Ayara yang jadi tujuan utama!"

Terdengar tawa diseberang sana. "Bener juga lo! btw, lo masih hidup kan diserang sama Zevan?"

Zarin memutar bola matanya malas, "Kalo gue mati, berarti sekarang lo telepon sama arwah gue gitu?!"

"Hish jangan jadi arwah dulu lah, Ayara belom jadi. Gue kan pengen jadi aunty!"

"Serah lo dah!" Zarin mengernyit merasakan sakit dikepalanya kembali menyerang.

Elea terkekeh, "Eh iya, gue telepon lo pengen ngundang lo diacara peresmian cabang ke 4 cafe gue,"

"Serius lo udah cabang ke 4?" Tanya Zarin tak percaya.

"Kalo gak serius gue gak mungkin ngundang lo!" Gerutu Elea.

Zarin terkekeh pelan, "Congrats, El. Lo hebat sumpah! Gue do'ain semoga bisnis cafe lo semakin lancar!"

"Amiinn, Thanks Rin. Lo jangan lupa datang oke? Ajak Zevan juga."

LEORA ZARIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang