Prolog

28.3K 711 14
                                    

Gadis remaja itu terus berlari tanpa menghiraukan sekitar. Tidak peduli berapa kali ia menubruk orang dikoridor. Pasalnya ini sedang jam istirahat koridor penuh oleh murid murid yang sedang ada disana. Langkahnya terhenti saat ia sudah masuki area lapangan. Senyumnya terbit kala melihat sosok yang membuatnya berlari sepanjang koridor tadi. Atensi nya tidak teralihkan dari seorang pria remaja yang sedang duduk di pinggir lapangan dengan menggunakan kaos basket kebanggaannya.

"Ayas?!" Panggil gadis itu dengan nafas yang tak beraturan. Berlari disepanjang koridor membuat dada gadis itu naik turun. Sedangkan pria yang dipanggil gadis itu hanya menatapnya sinis.

"Ini minum dulu, kamu pasti cape kan abis latihan?" Tanya gadis itu masih berusaha menetralkan pernafasannya.

"Ga perlu." Ucap pria yang di panggil 'Ayas' oleh gadis itu. Pria itu hendak meninggalkan gadis yang masih mematung karna penolakannya. Langkah nya terhenti lalu berbalik menatap tajam gadis di hadapan nya.

"Dan satu lagi, gak usah panggil gue Ayas!" Ucap nya penuh penekanan. Tatapannya begitu dingin, tidak ada setitik pun kelembutan dalam pandangannya pada gadis dihadapannya.

"Karna dia...udah mati." Lalu ia berlalu meninggalkan gadis itu sendirian. Menyisakan goresan luka yang begitu dalam.

Leora Azarin Gintara. Gadis yang kerap dipanggil Zarin tersebut menatap punggung tegap seorang pria yang  1 tahun terakhir ini mengisi hari hari nya. Namun sudah 2 minggu ini pria itu berubah menjadi dingin dan kasar kepadanya.

"Karna dia...udah mati."

Kalimat itu terus tengiang ngiang dikepala Zarin. Entah mengapa seperti ada jarum yang menusuk nusuk hatinya. Sakit.

Ayashaka Zevano William. Nama itu berhasil memenuhi hati dan pikiran Zarin. 1 Tahun lalu, dibawah gemuruhnya kembang api Zevan menyatakan cintanya kepada Zarin. Namun, Zarin tak menyangka Zevan bisa bersikap seperti ini kepadanya. Bahkan Zevan mengakhiri hubungan dengan Zarin dengan alasan kesalahan yang tak pernah Zarin lakukan sama sekali.

"Kamu gak pernah mati Ayas, kamu tetap dihatiku. Hidup. Dan akan slalu seperti itu."  Monolog Zarin mengeratkan tangannya pada tumbrl yang tadi ia bawa. Tanpa diperintah cairan bening menghiasi pipinya. Semakin lama semakin deras, Zarin tak mau begini.

Tubuh Zarin merosot kebawah, Zarin terduduk sambil memukul mukul dadanya semakin lama semakin sesak. Penglihatan nya buram karna air mata, sesaat kepalanya menjadi pusing. Semuanya seperti berputar dikepala Zarin. Lalu semuanya berubah gelap. Kegelapan yang sangat Zarin takuti.




Welcome to myfirst story!!!!

Panggil aku BIBAH:)

Bener-bener pertama kali aku bikin cerita.
Awalnya cuma readers, tiba-tiba muncul satu ide dalam otak, pengen langsung nulis aja hehe...
Maaf kalo cara penulisannya masih salah yaa
Harap maklum author amatir ini 🙇‍♀️

Semoga kalian suka yaa.....

Jangan lupa dipencet bintangnyaaaaa
Lovyu badag 💋

LEORA ZARIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang