62

10K 290 23
                                    

Follow sebelum membaca!!!

Apresiasikan dengan cara vote cerita ini!
Gak rugi, asli!

Baca jam berapa?

Tolong pelan-pelan aja bacanya‼️

Enjoooyyy

"Kamu beneran gapapa aku tinggal?" Zevan berjalan menuju pintu apartemen

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

"Kamu beneran gapapa aku tinggal?" Zevan berjalan menuju pintu apartemen. Dirinya sudah rapi dengan setelan jas kantor yang membuat nya terlihat lebih gagah.

"Iya gapapa, Ayas. Kamu gak usah khawatir." Zarin tersenyum tipis, mengikuti Zevan menghentikan langkahnya saat sudah berada diambang pintu.

Zevan menilisik wajah istrinya yang kini terlihat pucat. Sejak pulang dari rumah orangtuanya kemarin, Zarin terserang demam. Zevan sempat panik karena ini pertama kalinya setelah menikah Zarin jatuh sakit. Jika saja hari ini tidak ada rapat penting dengan para pemegang saham, Zevan pasti akan lebih memilih dirumah saja merawat istrinya.

"Muka kamu masih pucet banget, Raa." Zevan menatap mata sayu yang kini menatapnya.

"Pucet doang, tapi aku udah gak demam, gak pusing juga." Ucap Zarin berusaha meyakinkan suaminya. Ia tidak mau jika Zevan kembali absen hari ini. Mau bagaimana pun Zevan adalah pemimpin perusahaan. Ia harua bisa bersikap profesional.

Sekali lagi Zevan menyentuh dahi istrinya dengan punggung tangan. Memang benar suhu badan Zarin sudah menurun dibandingkan dengan kemarin.

"Maaf banget gak bisa nemenin kamu hari ini," Lirih Zevan dengan mimik sedih.

Zarin tersenyum, "Gapapa kok, siangan juga aku sembuh."

Zevan mengecup kening istrinya, "Iya, kamu jangan dulu cape-cape. Banyakin istirahat dan jangan lupa minum obat nya ya."

"Iya bawel banget, kamu udah ngomong kayak gitu dari bangun tidur." Gerutu Zarin.

Zevan terkekeh, mencubit gemas hidung sang istri. "Aku bawel karena aku khawatir, sayang."

"Iya, iya." Zarin membawa tangan Zevan menuju bibirnya dan menciumnya lembut. "Kamu hati-hati dijalan, jangan khawatirin aku terus."

Zevan mengangguk, "Kalo ada apa-apa langsung hubungin aku, oke?"

"Iya, Ayas."

"Bye," Zevan mencium bibir pucat istrinya singkat. "Amunisi pagi," Ucapnya disusul oleh kekehan.

Zarin memutar bola matanya, "Modus!"

"Udah sana berangkat nanti kamu telat,"

"Iya cantiknya aku,"

LEORA ZARIN [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora