Lima Puluh Tiga

6 1 0
                                    

Welcome April, semoga yang membaca ini slalu baik-baik saja, ya? dan bahagia selalu><

Chapter ini sama seperti sebelumnya.

Yaps, sangat panjang dan semoga tidak membosankan.

Happy Reading💗

****

Sejak tadi Naya mengerucutkan bibirnya. Bukan marah cuman kesal saja. Ia ingin sekali tau keadaan Mamanya. Malah disuruh disini duduk di sebelah Mamanya. Naya menggantikan baju milik Mamanya-Cassandra. Jangan lupakan bibirnya yang mengerucut. Cassandra yang melihat itu hanya tersenyum pucat. Sedangkan Iyan menahan gemas sedari tadi.

Cklekk

Kedua pria memasuki ruangan VIP dan langsung dilayangkan bermacam-macam pertanyaan oleh Naya.

"Satu-satu, Naya." akhirnya Iyan mengeluarkan suaranya dan di hadiahi jari tengah oleh Naya.

Naya menghampiri Kakaknya dan menarik keluar "Jadi, bagaimana, Kak? Keadaan Mama?"

Namun, pergerakkan mereka terhenti ketika Cadsandra berbicara menahan mereka untuk tidak pergi dari sini. "Mama mau ngomong sama kalian semua."

"Revan, Naya, kemari duduk sini," lanjut Cassandra.

"Mama mau ngomong apa?" tanya Naya.

"Kalian pasti sudah tau yang membunuh,Bunda kamu adalah Pasha bukan?" tanya nya Cassandra kepada Naya dan hanya dibalas anggukan kepala.

Cassandra menghela nafas panjangnya, " Sebenarnya itu bukan kemauan Pasha. Ta-pi-" jeda Cassandra sejenak untuk menahan sesak di dadanya.

"Tapi?" kali ini yang bersuara bukan Revan, Naya, Iyan maupun Lamuel tapi Farhan.

Semua menatapnya terkejut. Kapan dia berada disini? Sudah lupakan.

Belum berbicara air mata Cassandra sudah jatuh deras membuat semua yang berada di sana penasaran.

"TAPI APA, MA?!" tanya Naya seraya menggoyangkan lengan Mamanya.

"Tapi ... kemauan, Mama. hiks,"

Badan Naya seketika limbung. Tak kuasa mendengar penuturan sang Mama. Lamuel yang kebetulan tepat disamping Naya refleks menahan beban tubuhnya.

"Ternyata bener, hahahaha!" suara Farhan mendominasi dengan tertawa remeh.

"Lo udah tau, Han?" tanya Iyan dan Iyan melihat Farhan menggengam ponsel dan surat?

"Mama sangat berterima kasih sama, Naya. Karena Naya, Mama masih bisa membuka matanya hari ini. Mama ingin mempertanggung jawabkan semuanya. Itu kan yang kalian inginkan?" ujar Cassandra seraya melihat satu persatu orang yang berada disini.

Farhan mendekat kearah Iyan. Memberikan ponsel dan surat tersebut kepada Iyan. Ia benar-benar sudah muak mendengar penuturan wanita didepannya ini dan memilih untuk pergi dan mencari keadilan untuk sahabatnya, Pasha.

Sebelum benar-benar pergi Farhan bersuara yang sangat tegas, "Saya harap Pasha mendapatkan keadilan dengan seadil-adilnya!" setelah itu Farhan menghilang dari ruangan tersebut. Semua yang berada diruangan tidak paham mengenai perkataan Farhan. Terutama, Naya. Banyak sekali pertanyaan yang ingin ia lontarkan

Cassandra menghela nafas panjangnya, "Ma-ma, ketika belum sadarkan diri, Mama takut untuk membuka mata untuk melihat betapa kejamnya saat Mama hidup. Mama menyesali semuanya. Ta-pi ... hiks, ada suara yang membuat, Mama ingin membuka mata, bangun untuk memeluk erat tubuhnya. Suara itu, hiks, milik su-ara ka-mu, Naya." isak tangis Cassandra semakin menjadi-jadi mengingat betapa susah nya untuk menggerakkan tubuhnya bahkan membuka mata pun susah.

Flashback on

Pov Cassandra

Samar-samar Cassandra mendengar suara gadis yang memohon di iring i isakan tangis yang teramat sangat pilu. Hatinya menghangat mendengar suara itu. Suara itu? Mirip dengan suara anak nya dulu. Apa memang benar itu suara milik anaknya yang sejak bayi sudah ia tinggalkan. Ia ingin membuka matanya, Ia ingin bersuara, ia ingin menjawab pertanyaan tersebut. Tapi, tidak bisa. Tubuh nya seakan membeku di tempat, dan sulit untuk menggerakkan. Ini sangat menyiksa untuknya.

Lambat laun suara itu mulai menghilang. Meninggalkan Cassandra yang kosong sendirian. Ia terus berusaha menggerakkan tubuhnya dan membuka mata. Ia menjerit terus-menerus didalam hatinya. Menyesal perbuatan yang telah ia lakukan dahulu maupun sekarang. Tiba-tiba sekelebat bayangan masalalu terulang kembali. Bagaimana ia meninggalkan kedua anak kembarnya menangis meraung-raung. Meninggalkan kedua anaknya yang saat itu masih sangat membutuhkannya. Saat itu yang hanya dipikirkan oleh Cassandra hanya hidupnya hidupnya dan hidupnya.

Ia ingin sekali membuka mata satu sekali ini saja. Ia ingin meminta maaf apa yang sudah ia perbuat. Meminta maaf kepada sang pecipta juga. Meski akan berat untuk memaafkannya.

"Tuhan, sekali ini saja. Saya mohon. Saya ingin egois sekali, Tuhan. Biarkan hamba mu ini meminta maaf tuk sekali saja."

Tiba-tiba cahaya terang berwarna putih memenuhi penglihatan Cassandra. Semakin lama cahaya itu semakin terang, membuat Cassandra memekik keras dan Cassandra menggerakkan tubuhnya serta membuka matanya dengan paksa.

"Hah!" perlahan penglihatan Cassandra mulai terbuka.

tit tit tit

Suara monitor memekak telinganya. Ia membiasakan pencahayaan yang berada di depan matanya. Pertama kali yang ia lihat sosok gadis cantik dan juga sosok pria yang tampan. Cassandra memegang tangan kedua remaja tersebut.

Dengan penuh percaya dan tekad yang kuat Cassandra memegang tangan keduanya di masing-masing kedua tangannya, "Naya? Revan? Anak Mama?"

Pov Cassandra End

Flashback Off

****
TBC

Terimakasih sudah membaca cerita ini💗

01 April 2023
mirandaawulan

Nayara Story [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang