Extra Part 1

5.6K 269 2
                                    

Hubungan yang dibangun atas cinta haruslah disempurnakan dengan cara yang suci. Ikatan itu jangan dirusak ataupun dinodai dengan sebuah hubungan tak berstatus yang malah sekarang sudah menjadi sebuah kebiasaan.

Percuma membangun hubungan tidak jelas selama bertahun-tahun, namun kalau takdir berkata lain, apa boleh dibuat.

Setelah sederet acara panjang ikatan suci pernikahan yang tidak mewah, Jasmine sudah sah, baik di mata hukum maupun agama menjadi istri seorang Aleo.

Dulu mereka masih menyembunyikan fakta besar. Perempuan yang dari kecil di didik dengan iman dan taqwa, hidupnya malah dihancurkan oleh pria tidak beradab.

Berkali-kali Jasmine menyalahkan dirinya sendiri atas tragedi itu, ia yang salah karena mau untuk menetap serumah dengan Aleo, ia yang salah karena terlalu menarik perhatian Aleo, dan ia yang salah saat harga dirinya harus diinjak-injak oleh lelaki itu.

Kalau ia lebih bisa mentaati semua perintah Tuhannya, mungkin dia tidak pernah melewati sederet kejadian ini. Berkali-kali ia menangis sendirian, meratapi apa yang telah ia lakukan dahulu. Jasmine beranggapan bahwa tidak mungkin Tuhan mau memaafkan kesalahannya di masa lalu, meski sudah beribu kali ia melakukan taubat. Ini sifatnya yang tifak baik, berprasangka buruk ada Tuhannya sendiri.

Ia takut, saat akan bertemu dengan orang lain. Karena perlahan semenjak ia kehilangan bayi yang berada di perutnya, logikanya perlahan mulai terganggu, dia hampir gila.

Termenung dengan tatapan yang kosong dan terkadang menangis tanpa sadar.

Dia sudah melakukan kesalahan yang fatal berulang kali. Hingga merasa Tuhan tidak akan memaafkanya. Maka dari itu ia menjauhi semua orang yang ia kenal, mencoba mengobati semua kegilaan yang hampir merenggut dirinya.

Salah satu sifat Tuhan adalah Maha Pemaaf, namun Jasmine selalu takut jika kesalahan yang lalu membuatnya tidak pernah bisa dimaafkan.

Semua manusia pasti melakukan sebuah kesalahan, bukan sekali melainkan beribu-ribu kali. Manusia tidak bisa dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain, namun Tuhan selalu bisa, asalkan mereka benar benar menyesal dan yakin.

Aleo, laki-laki itu sama. Menyesali semua perbuatannya walau dulu ia juga tidak pernah berniat menodai wanita itu. Aleo memang nakal, dia keras kepala, dan tidak mempunyai agama, karena tidak pernah menganggap Tuhan itu ada.

Ibunya selalu mengingatkan, untuk selalu berdoa, dan memohon hanya kepada yang diatas. Namun Tuhan itu sendirilah yang merenggut ibunya, wanita yang disaat terakhirnya masih menyebut nama Tuhan tapi tidak pernah mau menolongnya.

Hingga ajal menjemput.

Apakah Tuhan itu benar-benar ada? Begitu pikirannya.

Ia mencoba tetap menjalankan ibadah meski tidak pernah percaya akan Tuhan. Aleo ingin melihat, apakah Tuhan bisa bergerak untuk merubahnya seperti dulu.

Namun dia tetap sama. Itu terjadi karena dirinya tidak berniat mempercayai Tuhan. Suatu hal dilakukan melaluo niat terlebih dahulu, dan Aleo melakukan ibadah yang sia-sia jika dia sendiri tidak percaya Tuhan.

Walau begitu, Aleo tidak pernah bermain wanita. Ibunya juga wanita, melihat cara ayahnya yang memperlakukan ibunya seperti tidak ada, Aleo mencoba menghiburnya. Selalu menemaninya dengan setia dan penuh kasih sayang.

Maka dari itu, dia tidak pernah sesekali berurusan dengan wanita, karena mereka hanya akan membuat luka lama dalam dirinya perlahan terbuka.

Aleo berjalan keluar kamarnya, ini adalah hari setelah pernikahan yang mereka lakukan kemarin. Keputusan yang ia pikir matang-matang, menyempurnakan pernikahan yang dulu belum bisa ia sempurnakan. Baik di mata hukum ataupun di mata agama.

Aleo masih tidak percaya, bahwa Jasmine masih diijinkan Tuhan untuk menjadi miliknya untuk yang kedua kali. Dia berjanji akan selalu melindungi dan tak pernah melepaskan perempuan itu.

“Jasmine?” Aleo mengecek semua ruangan yang ada dirumah lama mereka. Hingga langkahnya berhenti di area dapur.

Matanya menatap ke arah sekeliling, piring kaca dan sendok berceceran dengan keadaan hancur di lantai. Jantung Aleo perlahan berdegup kencang. Matanya menatap tajam ke arah gadis yang duduk sembari menenggelamkan wajahnya di lantai.

“Jasmine,” Aleo mengelus kepala perempuan itu lembut.

Melihat siapa yang memanggil, Jasmine menoleh dan langsung memeluk pria itu.

“Jasmine. Kenapa?” Aleo bertanya dengan nada lembut.

“A-Aleo, aku minta maaf. Aku udah coba buat lupain kejadian itu, tapi aku enggak bisa. Aleo, aku mau menikah sama kamu karena aku tulus mencintai kamu. Ta-tapi aku tau, aku belum sanggup untuk bisa kasih kamu anak, karena a-aku nggak mau kejadian itu ke ulang lagi. Maafin aku,” Dengan terisak Jasmine memeluk erat tubuh Aleo. Bahunya bergetar hebat, entah bagaimana trauma Jasmine bisa kembali lagi.

Aleo menggendong tubuh Jasmine, membawanya duduk diatas sofa yang berhadaan dengan TV. Ia mengelus kepala Jasmine yang terbalut hijab berwarna navy. Ia mencium dahi wanita itu, turun ke pipinya yang memerah.

“Jas, waktu itu kita belum siap, kamu dan juga aku. Kamu enggak punya pilihan lain, selain pilihan yang ada. Aku enggak akan memaksa kamu buat ngelakuin apa yang nggak kamu pengen. Yang mengandung kamu, begitu juga yang ngerawat. Kalau kamu memang nggak mau punya anak, itu bukan masalah.” Aleo menatap mata coklat Jasmine dengan penuh perhatian.

“Aku bukan nggak mau punya keturunan, aku cuman belum siap. Kamu mau nunggu aku siap kan Aleo?”

Sure.” Jasmine tersenyum walau hatinya sedikit perih. Ia beruntung, Aleo yang sekarang mah merubah sifat dan perkatannya sedikit demi sedikit menjadi lembut.

“Setiap malam, aku selalu berdoa, supaya kamu cepet dateng buat aku. Tapi waktu ngeliat kamu, entah kenapa aku jadi terluka lagi. Aku takut, kamu marah karena perbuatan aku. Aku keguguran karena perbuatan aku sendiri. Aku nggak bisa jadi ibu yang baik, dan aku nggak mau kejadian itu keulang lagi.”

“Kita mulai semuanya dari awal lagi, Jas. Biarin apa yang jadi masa lalu, tetep jadi masa lalu. Nggak usah diungkit-ungkit lagi. Biarin hidup kita terus berjalan dengan jadiin masa lalu sebagai pelajaran. Kamu boleh noleh ke belakang sesekali, tapi bukan untuk jadi penghambat kamu di masa yang akan datang.” Aleo menasehatinya. Hatinya melunak dengan sentuhan dan perkataan Aleo yang manis.

Jasmine menggangguk. Dahi mereka bersentuhan.

“Aku nggak akan ninggalin kamu lagi Jas. Aku frustasi setiap hari karena nggak pernah dapet kabar dari kamu. Aku nggak bakal ngelepasin kamu lagi.” Tambahnya.

Jasmine tertawa kecil.

“Itu ujian, karena kamu berani banget ninggalin aku. Aku juga bisa ninggalin kamu, Aleo.”

“Nggak masalah, sekarang kamu bakalan tetep disini, disamping aku terus. I love you Jas. Until forever it,s just you.

•••••••

Sebagai penutup tahun karena sudah lama sekali tidak update.

Terima kasih banyak karena mau membaca cerita yang selalu aku ubah-ubah alurnya ini, biasalah ketidakpuasan aku dengan alur sebelumnya.

Thanku you guys.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jasmine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang