15. •Nasehat•

68.7K 7.1K 150
                                    

Jasmine menutup seluruh tubuhnya dari ujung kaki hingga kepalanya menggunakan selimut. Tubuhnya sudah berkeringat dingin, walau suasananya dingin seperti ini.

Ketakutannya kembali muncul ketika Aleo meninggalkannya sendirian di kamar. Jasmine tidak tahu lagi, bagaimana caranya agar rasa takut dalam dirinya berkurang. Padahal sudah berbagai doa ia baca namun tetap saja, petir yang menyambar dan temarang lampu yang minim membuatnya kembali takut.

Padahal ia bisa menyalakan lampu, namun jiwa penakutnya terlalu tinggi, belum lagi kamar yang begitu luas, saklar lampu tidur yang ada di atas nakasnya berada di bawah tempat tidur. Ia takut jika tiba-tiba ada sebuah tangan yang menariknya ke bawah kasur.

Jasmine menggeleng, ia terlalu banyak menonton film horor sepertinya.

Duar!

Petir terus menyambar, bahkan gorden berterbangan karena tertiup angin yang cukup kencang, Jasmine lupa, bahwa besi dari jendela kamarnya rusak, alhasil jendela terbuka dan angin masuk kedalam kamarnya. Jasmine bangun, lalu dengan cekatan ia pergi ke kamar disampingnya, kamar Aleo.

Brak!

Jasmine membuka pintu kamar Aleo sedikit keras lalu dengan cepat ia naik ke atas kasur dan memeluk tubuh Aleo erat dari belakang.

"Kok lo disini sih Jas!?" Tanya Aleo tidak suka melihat tingkah Jasmine yang memeluk tubuhnya erat dari belakang.

"Maaf Aleo. Aku takut tidur sendiri, bolehkan hari ini aku tidur disini dulu?" Tanyanya sembari memepetkan tubuhnya ke tubuh Aleo untuk mengurangi rasa takutnya disana.

"Nggak! Balik nggak!?" Suruh Aleo namun digelengi oleh Jasmine.

"Ak-aku takut Aleo." Aleo melepaskan pelukan Jasmine, ia lantas beranjak dan berdiri di samping kasur.

"A-Aleo mau ngapain?" Tanya Jasmine bingung.

"Balik ke kamar lo." Laki-laki itu lantas menggendong tubuh mungil Jasmine untuk dibawa kembali ke kamarnya.

Perempuan itu mengeratkan rangkulan tangannya di leher Aleo. Dia benar-benar takut sekali dengan suara petir diluar yang menggelegar keras.

Jasmine hanya bungkam, padahal ia takut tapi Aleo tidak mengerti itu. Hingga Aleo menempatkan tubuh Jasmine di atas kasur miliknya.

"Sekarang tutup mata lo dan tidur, jangan ganggu gue lagi." Tegasnya membuat Jasmine diam. Jasmine menatap kepergian Aleo hingga laki-laki itu hilang dari ambang pintu.

Cewek itu tiba-tiba saja menangis, dia takut sendirian. "Bunda, Jasmine takut." Lirihnya masih menutup dirinya dengan selimut. Dia cengeng, iya, bahkan setiap malam ia merindukan kehangatan pelukan bundanya. Sampai wanita itu meninggal dan ketakutan terbesarnya adalah tidur sendirian, belum lagi ia hanya tinggal berdua dengan Aleo.

Dulu memang ia memiliki kamar sendiri, tapi setidaknya, rumahnya dulu tidak sebesar rumahnya sekarang. Bahkan di rumah Aleo pun, kamar Jasmine berdekatan dengan kamar pelayan yang tinggal disana.

Jasmine mendengar suara pintu terbuka, ia berpikir itu adalah Aleo, tapi tidak mungkin kan laki-laki itu kembali untuknya?

Jasmine menangis dalam diam. Ia merasakan seseorang tidur disampingnya, membuatnya semakin gemetaran hebat.

Tangan orang itu memeluknya. Hangat. Itu yang Jasmine rasakan saat orang itu mendekapnya, membuatnya nyaman.

"Tidur, gue udah disini, nggak usah takut." Jasmine membuka selimut yang menutup matanya. Ia menoleh ke samping kanannya.

Aleo sudah berada di sampingnya. Tolong, jantung Jasmine ingin copot. Jasmine memiringkan tubuhnya dan balas memeluk tubuh Aleo, kepalanya ia tenggelamkan di dada bidang laki-laki itu. Nyaman, itu yang ia rasakan sekarang.

Jasmine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang