31. •Pergi•

75.9K 6.7K 178
                                    

Tepat saat jam tujuh malam, Aleo berpura-pura untuk berkutik dengan pekerjaan yang diberikan Bara untuknya. Ia menunggu kehadiran Jasmine yang akan bersiap-siap untuk keluar dari kamar agar ia bisa menguntit perempuan itu.

Ceklek.

Pintu itu terbuka, Jasmine keluar dengan jilbab panjang menutup dada serta gamis coklat dan tas gandeng kecil yang ia kalungkan di lehernya.

"Aleo, aku mau pergi dulu sebentar, nggak jauh kok dari sini. Aku pergi ya, Assalamualaikum." Salamnya lalu mengecup punggung tangan laki-laki itu.

"Hemm, Waallaikumussalam." Balasnya balik. Aleo berpura-pura sibuk sampai Jasmine sudah pergi menaiki ojeknya, barulah ia buru-buru mengikutinya dari belakang, tak lupa sebelum itu ia mengunci gerbang rumahnya terlebih dahulu.

Tak jauh dari rumahnya, Jasmine sampai di taman, tempat ia dan Vero janjian. Vero yang sedang menyender di motor ninja hitamnya langsung berdiri tegak saat melihat Jasmine berjalan ke arahnya.

"Assalamualaikum." Salamnya dengan hangat.

"Waallaikumussalam. Akhirnya lo datang juga."

"Hadiahnya udah ada?" Tanyanya to the point.

"Udah nih, gue jamin lo suka. Gue belinya pakai hati soalnya." Jasmine menanggapinya dengan senyuman membuat Aleo hanya diam dengan wajah datarnya.

"Terima kasih banyak ya kak." Vero mengangguk senang.

"Jas, sebelum lo pergi, gue boleh bilang sesuatu?" Tanya Vero hati-hati takut perkataannya salah.

"Iya, ngomong aja."

"Gue suka sama lo."

Deg.

Aleo yang mendengarnya jelas marah, jadi untuk ini Jasmine bertemu dengan Vero? Laki-laki berjaket denim hitam itu menggeleng sembari tersenyum pahit, lalu dengan perasaan marah, Aleo pergi dari tempat itu.

Wajahnya datar, rahangnya mengeras menahan marah. Dia tahu Jasmine tak mengatakan apapun, tapi dengan menerima hadiah dari Vero, Aleo sudah mengeklaim kalau Jasmine juga menyukai Vero.

Dan sekarang apa? Jasmine akan pergi darinya? Begitu?! Cih!

××××××

Hingga beberapa jam sudah berlalu, Aleo yang duduk di sofa masih setia menunggu kepulangan Jasmine. Namun lama ia menunggu, tidak ada tanda-tanda jika cewek itu akan pulang.

Tok...tok...tok

Aleo menoleh. Jika itu Jasmine, pasti perempuan berjilbab itu akan segera masuk. Namun semakin lama ketukannya tidak berhenti, menandakan jika itu bukan Jasmine.

Aleo berjalan dengan perasaan kesal dan marah ke arah pintu depan. Laki-laki itu membuka pintu, namun nihil, tidak ada seseorang pun didepan rumahnya, hal itu membuatnya jadi semakin geram dan kesal sendiri.

Saat akan berbalik, ia berhenti dan tak sengaja menatap sebuah surat yang tergeletak tepat di lantai depan pintu. Aleo menatap sekelilingnya lagi berharap bisa menemukan seseorang disana, namun tetap saja tidak ada, ia teringat jika tadi dirinya tidak mengunci pintu gerbang, takut Jasmine tidak bisa masuk. Alhasil ada seseorang yang menyelinap masuk kedalam rumahnya.

Aleo memilih mengambil surat itu dan berjalan masuk. Dengan malas ia akan menaruh surat itu di meja, namun saat ia melihat nama pengirimannya, Aleo membeku ditempat.

Tertera nama Jasmine disana, dengan cepat ia langsung membuka surat itu dan segera membaca seluruh isinya.

Dear Aleo,

Jasmine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang