25. •Sisi lain Aleo•

66.2K 7.5K 239
                                    

Jasmine menggeliat saat tidurnya tidak nyaman. Dia pisah kamar lagi dengan Aleo, bukan apa-apa, dia hanya ingin sendirian dulu, kematian ayahnya yang tiba-tiba membuatnya trauma. Mata sembabnya tersamarkan oleh gelap, Jasmine sesenggukan kecil mengingat kenangannya dulu sebelum Bella dan Zera hadir dalam hidupnya.

Jika ia bertemu dengan ayahnya, ia akan mengungkapkan banyak kejadian-kejadian yang sudah ia alami, dengan begitu ayahnya tidak perlu terkena serangan jantung karena dirinya.

Tiba-tiba perutnya lapar, ia menginginkan sesuatu tapi tak bisa ia utarakan pada Aleo. Dia tidak ingin mengganggu laki-laki itu dulu.  Jika berdekatan dengan Aleo, rasa mual mulai menggebu dalam dirinya, belum lagi sifat sensitifnya saat Aleo berada didekatnya.

Karena kejadian tadi, tubuhnya juga ikut remuk menahan sakit. Dia ingat, kalau ia sedang hamil apalagi masih sangat muda.

Perempuan itu pun berjalan keluar ke arah dapur dengan perasaan takut-takut karena gelap, namun demi anak yang ia kandung, Jasmine memberanikan diri untuk berjalan ke kulkas.

Jasmine berjalan pelan ke arah dapur dan mencari saklar lampu yang berada tak jauh dari tempatnya. Setelah menghidupkannya, ia merasa lega, dengan cepat ia membuka kulkas dan melihat segala isi yang ada di sana.

Tidak banyak, namun ia tertarik saat melihat dua kotak es krim disana. Kesedihan yang ada di dalam dirinya seketika berkurang dan sedikit lebih baik. Dengan gerakan cepat ia mengambil dua kotak yang berisi es krim itu.

Masa bodoh dengan Aleo yang akan marah nanti, yang penting hasratnya untuk memakan makanan manis bisa tersalurkan.

“Jasmine?” Panggil seorang laki-laki dengan suara seraknya. Jasmine yang kenal dengan suara itu lantas menyembunyikan es krimnya.

Padahal setahu Jasmine, makanan manis tidak bermasalah untuk ibu hamil, lagipula dia tidak memakan banyak, hanya dua kotak besar es krim.

“I-iya?” Gugup Jasmine seraya merapatkan tangannya dibelakang punggung. Nada suaranya masih terdengar sesenggukan, matanya pun tak bisa berbohong bahwa Jasmine habis menangis.

“Lo ngapain sih malem-malem? Tidur.” Perintahnya.

“Iya entaran, masih ngambil minum. Haus.” Alibinya membuat Aleo mencurigai tangan yang ada dibalik tubuh perempuan itu.

Tak ingin berpikir negatif, ia lantas mendekati Jasmine. Di sudut bibirnya   terdapat es krim yang sedikit belepotan, dan itu membuat Aleo menghela nafas.

Dengan cepat tangan Aleo mengambil kotak es krim yang Jasmine sembunyikan.

“Udah gue peringatin berapa kali sih!? Jangan makan-makanan manis kebanyakan.”

“Apanya yang kebanyakan itu cuman sedikit kok.” Bantahnya tak berani menatap mata tajam milik laki-laki didepannya ini.

“Dikit? Lo hampir habisin satu kotak Jasmine, itu masih lo bilang dikit?” Jasmine bungkam sendiri mendengarnya.

“Lo mau keluar?” Tanya Aleo tiba-tiba membuat keningnya berkerut.

“Hah? Keluar? Ini udah jam sebelas, mau ngapain keluar?” Tanyanya bingung.

“Lo laper kan?” Jasmine mengangguk pelan.

“Tapi ini udah malem, mana ada orang yang jualan jam segini.”

“Lo tinggal di jaman apa sih? Jakarta kota malam, mau sampai jam 3 subuh pun lo bakalan ketemu sama pedagang makanan.”

“Yaudah aku siap-siap dulu.” Aleo mengangguk singkat.

Jasmine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang