18. •Sisi yang lain•

70.5K 7.7K 182
                                    

Aleo memutar bola matanya jengah kala Bella meliriknya dengan genit, dia memilih meneguk terus air berwana merah pekat itu. Bella memang cantik, namun satu kata yang harus ditekankan, Aleo tidak menyukai perempuan seperti Bella.

"Lo...nggak mau main sama gue kak?" Tanya Bella menyentuh dada Aleo dengan genit dan terus menggodanya.

"Dih, baru Aleo aja mau, sama gue nggak." Cibir Zaki kesal.

"Bacot." Sarkas Bella, lalu menatap Aleo lagi dengan wajah yang super duper genit. Aleo yang disentuh seperti itu langsung menempis tangan Bella kasar.

"Siapa yang mau sama cewek murahan kayak lo?" Ujar Aleo menusuk membuat Bella cemberut dan kesal. Bella memang hanya diam, tapi perkataan Aleo benar-benar sangat tajam seperti belati.

Pertanyaan Aleo membuat Zaki dan Viko yang mendengarnya langsung tertawa terbahak-bahak. Bella menatap mereka tajam, dan berhasil membuat keduanya bungkam seketika.

"Lo yakin nggak mau? Gue bisa buat lo betah sama gue kak. Ini penawaran pertama buat lo," balasnya tak juga menyerah.

"Lo harus tau satu hal, gue bisa menuhin hasrat gue, tapi bukan sama cewek kayak lo." Timpalnya lagi, membuat Bella semakin kesal. Cowok itu lantas meminum wine yang ada dihadapannya, tidak banyak, tapi untuk orang yang tidak kuatan seperti Aleo, beberapa tegukan saja sudah membuatnya sedikit pening.

Laki-laki itu lantas beranjak bangun dari tempat duduknya dan berjalan pergi, namun sebelum itu ia berhenti dan berbalik menatap Bella yang mukanya sudah memerah karena kesal.

"Dan satu lagi, gue udah punya cewek, dan nggak semua orang bisa dapetin dia dengan mudah. Kalau cuman lo, Zaki sama Viko juga bisa dapetin." Tuturnya membuat Bella bungkam. Dia jengah dengan perempuan seperti Bella, Aleo tidak suka dikejar dan diganggu, cukup Olivia saja yang dulu mengejarnya, tidak yang lain.

Laki-laki itu lalu pergi dari sana dengan keadaan yang sedikit sempoyongan dan mabuk.

"Cih, secantik apa sih ceweknya!? Sampai segitunya!" Kesalnya dengan bersedekap dada.

"Yang pasti dia nggak murahan kayak lo." Sahut Lio membuat kekesalannya menjadi berlipat-lipat.

××××××

Hujan kembali turun dengan deras. Beberapa Minggu ini hujan terus mengguyur bumi, angin kencang yang tiada henti setiap malam, dan gelapnya malam yang sedikit membuat Jasmine takut. Setelah mual dasyat menyerangnya tadi, Jasmine merasa agak sedikit pening, tapi untungnya sekarang dia sudah baik-baik saja.

Cewek itu seperti biasanya menyalakan TV dengan suara keras. Dia tidak takut jika ramai, namun kalau sepi, dia butuh Aleo untuk menemaninya.

Jasmine meringkuk dengan selimut yang membungkus dirinya. Rasa takut sering sekali menyerangnya setiap malam. Bahkan beberapa doa sudah ia rapalkan, namun terkadang suara-suara pintu atau jendela yang berdecit, seketika membuat nyalinya menciut kembali.

Seperti yang Aleo katakan, ia tidak perlu menggunakan jilbab saat bersama laki-laki itu. Lagi pula Aleo kan suaminya, jelas saja dia bebas, tidak bebas juga sih, laki-laki itu terlalu dingin, datar, dan terkadang suka kasar. Kan Jasmine jadi takut.

Ting tung!
Ting tung!
Ting tung!

Bel rumah berbunyi dengan tidak sabaran, membuat Jasmine mau tidak mau harus mematikan TVnya dan berjalan untuk membukakan pintu. Jasmine tidak takut, ia yakin pasti itu Aleo. Dengan rasa percaya diri dan keberaniannya, ia langsung membuka pintu ruang tamu.

Namun Jasmine langsung terkejut kala melihat wajah Aleo yang memerah, selain itu aroma alkohol sedikit menyeruak ke dalam hidungnya.

Tidak bau banget sih, tapi dari mulut laki-laki itu, Jasmine tahu Aleo minum. Perempuan itu dibuat terkejut kala Aleo tiba-tiba langsung memeluknya, menaruh kepalanya di ceruk leher Jasmine.

Jasmine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang