17. •Marah•

69.4K 6.9K 127
                                    

"Jasmine! Apa yang lo lakuin!?" Teriak Aleo saat melihat Jasmine menceburkan dirinya ke dalam kolam.

Dengan cepat Aleo melepas jaket dan seragamnya, menyisakan kaos singlet hitam polos yang membentuk lekuk tubuhnya. Kerutan marah sangat jelas tergambar di wajah laki-laki itu. Ia tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Jasmine.

Aleo berenang ke dalam dan mencari tubuh Jasmine. Matanya terbuka lebar ketika melihat Jasmine yang tenggelam dan pingsan disana. Dengan segera ia menarik tubuh perempuan itu, memeluknya, dan membawanya ke atas.

Laki-laki itu membaringkan tubuh Jasmine di atas lantai samping kolam. Aleo menekan dada Jasmine, berharap perempuan itu bisa mengeluarkan air yang tak sengaja ia telan. Namun tak membawakan hasil sama sekali, perempuan yang masih berseragam sekolah itu masih saja tetap pingsan.

Apakah ia harus memberinya nafas buatan?

Aleo memejamkan matanya, dan dengan terpaksa laki-laki itu menempelkan bibirnya di bibir Jasmine, memberikan oksigen melalui mulutnya. Aleo ragu, namun tak ada pilihan lain.

Cara ini akhirnya membawakan hasil, perempuan itu terbatuk-batuk sembari memegang dadanya yang sedikit sesak. Ia lantas menatap Aleo yang tak jauh darinya.

Sedangkan Aleo memalingkan wajahnya kesal. "Ma-maaf." Ucap Jasmine lalu dengan gesit beranjak untuk duduk. Disitu Aleo menatap Jasmine tajam.

"Maaf lo bilang? Bodoh." Sarkasnya membuat Jasmine menunduk takut.

"Apa yang lo lakuin tadi hah!?" Bentak Aleo marah pada Jasmine.

"A-aku..." Jasmine tergugu takut.

"Lo mau bunuh diri? Iya? Lakuin lagi, biar sekalian anak yang lo kandung juga mati." Bentak Aleo menusuk, dan itu membuat Jasmine sedikit menyesal sekaligus takut.

"Lo bodoh. Bisa-bisanya mikir kesana, nggak akan ada yang berubah saat lo meninggal Jasmine. Lo paham agama kan? Mikir nggak sih, anak yang nggak dosa apa-apa, tapi lo malah mau ngebunuh dia?" Marah Aleo semakin membuat Jasmine berkaca-kaca.

Apa yang telah ia lakukan?

Jasmine menyesal, dia terisak di hadapan Aleo. Laki-laki itu tidak salah, bahkan disini ia yang salah. Paling salah. Coba saja Aleo tidak datang tepat waktu mungkin ia dan anaknya tidak akan selamat.

"Bangun. Nggak usah cengeng. Ini untuk pertama dan terakhir kalinya lo ngelakuin ini." Tegasnya yang diangguki Jasmine. Laki-laki itu bangkit dan pergi begitu saja meninggalkan Jasmine sendirian dengan segala penyesalannya.

Kenapa laki-laki itu masih mau menolongnya, padahal jika ia mati, maka Aleo pasti akan sangat diuntungkan bukan?

×××××

Entah kenapa dengan Jasmine hari ini. Dia lebih banyak melamun dan tidak fokus sama sekali. Bahkan hari ini ia dengan terang-terangan tidak menggunakan hijabnya di depan Aleo.

Jasmine memang sudah menjadi istri seorang Aleo, namun dia belum bisa untuk menampakkan sehelai rambutnya pada laki-laki itu. Walau sudah tidur bersama juga, Jasmine masih enggan untuk membuka hijabnya didepan Aleo.

Tapi hari ini, karena tidak fokus, Jasmine keluar dari kamarnya menggunakan daster panjang dengan panjang lengan hingga dibawah siku, tanpa hijab yang menutupi bagian kepalanya.

Perempuan itu berjalan perlahan menuju ke dapur dengan tatapan kosong dan tidak fokus pada sekitarnya.

Aleo yang melihat itu tak pernah melepas pandangannya dari Jasmine. Bagaimana tidak, perempuan itu cantik sekali dengan rambut panjang kecoklatan yang menjuntai sepinggang. Meski pernah melihatnya, Aleo tidak munafik, Jasmine sekarang terlihat cantik dengan balutan daster itu.

Jasmine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang