13. •Menikah•

71.2K 7.5K 54
                                    

Dua hari telah berlalu, Jasmine menggigit kuku jarinya sendiri dengan cemas. Beberapa menit lagi Ijab Kabul akan segera dilaksanakan. Wajah Jasmine sudah didandani secantik mungkin, namun raut wajah cemasnya tak bisa dipungkiri.

Jasmine menelpon nomor ayahnya. Ia sedih, pria paruh baya itu tak hadir dalam pernikahannya. Jasmine tahu, Roni sangat marah padanya, tapi bolehkah Jasmine memohon, bahwa Roni akan datang untuk menjadi walinya?

Tak terasa air matanya menetes. Se-berusaha mungkin ia tidak menangis, dia seperti hidup sendiri, tidak ada teman yang menemaninya, tidak ayah yang menjadi walinya.

Jasmine juga tidak tahu, apakah kondisi ayahnya baik-baik saja sekarang, mengingat kemarin penyakit jantungnya kambuh lagi. Dan sepertinya, itu adalah yang paling parah. Bukannya dia tidak ingin menjenguk atau tidak peduli lagi dengan Roni, Jasmine hanya takut, jika ia bertemu dengan Roni, pria itu akan sakit lagi setelah melihatnya.

"Jasmine!" Seru seseorang membuat Jasmine menoleh, mendapati Viona yang memanggil namanya dari ambang pintu.

Jasmine jelas terkejut, bagaimana gadis itu bisa berada di sini?

"Vi-Viona? Kamu kenapa bisa disini?"

"Lo kenapa enggak pernah cerita sama gue sih!? Gue nggak akan tinggalin lo, mau seberapa buruk pun keadaan lo Jasmine!" Bentak Viona marah dengan mata yang berkaca-kaca. Ia lantas memeluk Jasmine dengan erat.

Kalau Lio tidak datang menjemputnya tadi, mungkin Viona tidak akan ada disamping Jasmine sekarang.

"Kok kamu bisa tahu aku mau-"

"Kak Lio yang kasih tau gue. Seharusnya lo jujur dari awal kalau lo kayak gini. Pokoknya abis acara selesai ceritain semuanya sama gue! Selengkap-lengkapnya." Tegasnya membuat Jasmine ingin menangis.

"Neng, acaranya udah mau dimulai, cepetan siap-siapnya ya,"

Mereka berdua menoleh saat Mbok Mirna muncul di ambang pintu. Saat itulah jantung Jasmine berdebar kencang, tangannya gemetaran, serta kakinya menjadi lemas seketika.

Apakah ini mimpi? Ia baru menginjak umur tujuh belas tahun hari ini! Bayangkan saja, diumur itu ia harus mengahadapi kerasnya dunia. Menikah? Itu sama sekali tidak ada dipikirannya, bahkan untuk membayangkan bagaimana calon suaminya saja tidak ada, barang sedikit pun.

Memang hari ini bertepatan dengan hari kelahiran, Jasmine. Namun sekarang, siapa yang peduli dengan hal itu?

"Ayo, Jas. Gue anter,”

×××××

"Saya terima nikahnya Jasmine Almaira binti Roni Setiawan, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Ucap Aleo dengan wajah datar dan suara tegasnya. Seluruh tamu undangan yang terdiri dari ayah Aleo, Viona dan Lio serta beberapa kolega bisnis Bara yang hadir saat itu menatap kedua pengantin dengan hikmat.

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sah!" Seru para tamu serempak. Hati Jasmine berdebar sangat kencang. Seluruh tamu undangan cukup banyak, sekitar puluhan orang.

Tak bisa dipungkiri bahwa ayah Aleo cukup terkenal di dunia bisnis. Namun Jasmine benar-benar sedih, ayahnya sendiri tak datang untuknya, padahal sedari pagi, berulang kali Jasmine menelpon Roni, tapi pria itu tak kunjung mengangkatnya.

Beruntung anak dari pamannya, yakni adik Roni yang memiliki anak laki-laki mau membantunya untuk menjadi wali. Anak pamannya yang bernama Yono merupakan yatim piatu, kedua orang tuanya sudah meninggal dunia, dan kini laki-laki berusia sekitar dua puluhan itu hidup sebatang kara. Dulu, waktu kecil, Jasmine sering bermain bersama pria itu, Yono sudah seperti kakak baginya.

Jasmine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang