3. •Rumah tanpa oksigen•

70K 8.5K 163
                                    

Mereka sampai dirumah yang megah itu. Mobil berjejer di garasi, pelayan bertebaran dimana-mana, serta bangunan-bangunan mewah yang berada di taman. Jasmine tertunduk kaku.

“Keluar atau gue kunci?” Ancam Aleo kesal ketika gadis itu tak kunjung keluar dari mobilnya.

Jasmine menurut dan keluar dari mobil hitam yang mereka tumpangi. Ia berjalan kecil mengekori Aleo yang sudah berjalan duluan didepan sana.

Saat sampai, seluruh pelayan berkumpul memberikan jalan kepada kedua orang itu, para pelayan berseragam senada itu menunduk saat Aleo dan Jasmine berjalan melawati mereka satu persatu.

Pelayan itu hampir ada puluhan. Ya bagaimana tidak, rumah Aleo sangat megah, tiga tingkat dan sangat besar.

“Dengerin,” perintah Aleo membuat para pelayan itu berbaris dihadapan Aleo yang sudah berdiri tegak dengan satu tangan yang masih setia di kantung celananya.

“Saya akan pecat beberapa pelayan disini,” tuturnya membuat pelayan itu seketika berbisik-bisik. Jasmine menggeleng tidak percaya, Aleo benar-benar....wujud manusia yang tidak berperasaan.

“Sebagian dari kalian akan saya pecat, dan sebagian lagi akan tetap bekerja. Kenapa saya pecat kalian? Karena sebagian dari kalian sudah ada yang menggantikan.” Lanjutnya berbicara.

Pelayan itu masih mendengarkan penuturan yang keluar dari mulut Aleo. “Dia adalah penggantinya. Dia yang akan mengurus rumah ini, dari mulai menyapu, masak, dan lain-lainnya. Mengerti kan?” Jasmine hanya meneguk ludah kasar. Dia yang harus mengurus rumah sebesar ini? Sendirian?

Aleo tiba-tiba memiringkan kepalanya. “Jadi, lo keberatan?” Tanya Aleo sembari menatap Jasmine dengan mata elang milik lelaki itu.

Gadis itu hanya menggeleng, ia tidak ingin membantah Aleo. “Bubar.” Perintahnya membubarkan para pelayan itu.

Jasmine dapat melihat kesedihan sebagian pelayan itu, Aleo benar-benar tega, pada dirinya juga pada pelayan itu. Jaman sekarang mencari pekerjaan itu tidaklah mudah, tapi kenapa dia berperilaku seperti ini.

“Kenapa lo diem? Keberatan sama keputusan gue?” Tanya Aleo mengagetkan lamunannya.

“Nggak, aku nggak keberatan.” Jawab Jasmine meski pekerjaan yang Aleo berikan cukup membebani dirinya.

“Bagus. Sekarang mulai bersih-bersih, dan jangan pernah lo minta bantuan pelayan disini.”

×××××

Jasmine menghela nafas panjang saat pekerjaannya sudah selesai. Ia banyak-banyak berucap Alhamdulillah, rumah ini sungguh besar sampai membuatnya mati rasa.

“Siapa yang nyuruh lo duduk?” Suara itu kembali terdengar lagi di indera pendengarannya. Gadis itu berdiri dengan perlahan.

“Tapi aku udah selesai,”

“Lo belum masak. Nggak liat meja makan kosong? Bodoh.” Sarkas Aleo, perkataannya sungguh tidak bisa dikontrol, dan sangat nyelekit.

“Aku bakalan masak, tapi aku mandi dulu bo-boleh?”

“Nggak. Masak sekarang.” Jasmine memejamkan matanya lama. Selain berdarah dingin, cowok itu juga benar-benar tidak bisa dibantah.

Jasmine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang