17

39.7K 3.8K 41
                                    

"hallo,"

"Dimana? Ibu dan ayah sudah dirumah. Cepat pulang" suruh Jeffery, Alice mendengus sebal.

"Ya, sabarlah sedikit. Aku sedang menunggu Aldric,"

"Cepat, ibu dan ayah sudah menunggu berjam-jam disini. Mereka sudah kelaparan karena menunggumu pulang," Alice menyerit, ia melirik jam. Baru pukul 11.55 pm, bukankah ibu dan ayah mertuanya akan datang jam 1 siang nanti?

"Ya ya, lima menit lagi Aldric keluar. Bersabarlah," setelah mengucapkan itu Jeffery memutuskan sambungan telepon secara sepihak,

Bertepatan dengan itu, Aldric datang dan langsung masuk kedalam mobil. "ibu, lihatlah!" Ucapnya bersemangat sembari memperlihatkan sebuah piagam,

"Wah! Kamu benar-benar mendapatkannya Aldric! Kamu hebat sekali!" Puji Alice ikut senang, Aldric kemarin ditunjuk untuk mengikuti olimpiade MIPA tingkat nasional. Meskipun 'hanya' mendapat juara 2 tingkat nasional hal itu termasuk pencapaian yang sangat bagus. Alice merasa bangga dengan anaknya itu, tidak sia-sia ia membantu Aldric belajar hingga terkantuk-kantuk.

"Kakak hebat!" Puji Jackson sembari bertepuk disusul oleh Jaycob yang ikut bertepuk tangan,

"Benar, kakak sangat hebat! Jika sudah besar nanti aku ingin menjadi seperti kakak!" Kata Jaycob ikut memuji Aldric, Aldric yang terus dipuji itu kemudian menyugar rambutnya kebelakang.

"Siapa dulu dong?" Jawabnya sombong. Mereka semua kemudian tertawa kecil, Alice langsung melajukan mobilnya karena tidak ingin Jeffery mengomelinya karena tidak sampai-sampai dimansion.

"Lalu bagaimana dengan Jason? Apa dia mendapat juara juga?" Tanya Alice tanpa menoleh kearah Aldric karena masih fokus menyetir.

"Tentu saja Bu! Dia sangat pintar, dia mengikuti dua olimpiade sekaligus dan dia mendapatkan juara dikedua mata pelajaran itu,"

"Benarkah? Dia sangat pintar ya,"

"Benar, ah aku tidak bisa mengalahkannya. Dia benar-benar pintar dan tidak bisa aku kalahkan," ucap Aldric menunduk. Ia sudah lelah mendengar ayahnya yang selalu saja mengomel dan menghukumnya ketika ia tidak mendapatkan juara 1, Aldric berusaha mati-matian untuk 'lebih' dari Jason tetapi ia benar-benar tidak bisa mengalahkannya. Tentu saja lebih disini tertuju pada nilai, bukan hal lain.

Meskipun nilai mereka tidak jauh berbeda, tetapi tetap saja ayahnya tidak pernah puas dengan nilai Aldric yang termasuk sangat tinggi disekolahnya. Alice tahu tentang masalah ini, ia menepuk pelan pundak Aldric.

"Tidak apa-apa, kamu sudah berusaha keras. Jangan berkecil hati, kamu sangat hebat karena bisa mendapatkan juara umum. Meskipun peringkat dua, itu sangat menakjubkan!" Puji Alice sembari tersenyum manis untuk menyemangati sang anak, Aldric sedikit terhibur dengan dukungan sang ibu. Tetapi ketika ia mengingat respon ayahnya satu tahun lalu ia malah kembali menundukkan kepalanya.

Alice menepikan mobilnya ketika melihat Aldric yang masih bersedih. "Kenapa hm?" Tanya gadis itu lembut sembari menggenggam jemari Aldric, di kembar berdiri dan menumpu dagu mereka dikursi yang Aldric dan Alice duduki.

"Ayah.." lirih Aldric, Alice menatap Aldric kasihan. Ia pernah membaca ketika Aldric yang mendapatkan ranking 2 dan bukan rangking satu, saat itu Jeffery yang pada dasarnya memang sedikit membenci Aldric menjadi sangat keras kepada anak itu. Jeffery menghukum Aldric diruang baca miliknya dan menyuruh anak itu untuk belajar siang dan malam, 3 hari pertama Aldric bahkan tidak diberikan makanan. Tetapi hari berikutnya Aldric menjadi sangat lemas dan jatuh sakit, jadilah ia memberi anak itu makan tetapi tetap harus belajar dengan serius hingga anak itu benar benar pintar.

Tetapi tetap saja, Aldric tidak bisa meraih posisi pertama karena ada yang lebih pintar darinya. Jika mendapatkan libur, Aldric akan disuruh belajar terus menerus oleh Jeffery. Berbeda dengan sekarang, Jeffery bahkan tidak pernah menyuruhnya belajar sepanjang hari. Entahlah.

My Husband's Family Are Obsessed With Me. Where stories live. Discover now