14

42.3K 4.1K 60
                                    

kok orang" vote di ceritanya pada banyak banyak deh?
Kok di aku dikit sih?😢😥
INGET DI VOTE SEBELUM DIBACA!
Males jadinya deh.

>>>>

Alice dan Aldric masuk kedalam mobil, sedangkan Jason menunggu dipos tunggu sambil menatap kedua orang tersebut.

"Gimana ya rasanya punya ibu?" Gumam Jason,

Tin

Jason menoleh ketika mendengar suara motor yang familiar ditelinganya, anak itu tersenyum melihat ayahnya yang datang lebih awal dari biasanya. Sang ayah berlari kecil dengan jas hujan dan satu jas hujan lagi ditangannya,

"Sudah lama ya?" Tanya sang ayah, Jason menggeleng sembari tersenyum manis yang membuat lesung pipinya terlihat jelas. Sang ayah yang kerap dipanggil Mateo itu memberikan jas hujan yang ia beli saat hendak menjemput anak semata wayangnya,

"Maaf ya ayah tidak bisa membelikan jas hujan yang lebih mahal dan lebih bagus untuk kau pakai," Jason membuka bungkus jas hujan tersebut kemudian memakainya, tak lupa ia juga melepas sepatunya agar tidak basah dan memasukannya kedalam plastik.

"Tidak apa-apa ayah, yang penting sudah bisa melindungi tubuhku dari air hujan." Jawab Jason disela-sela melepas sepatunya,  Mateo mengusap kepala anaknya yang begitu pengertian.

"Ayo kita pulang sebelum hujannya semakin deras," ajak Mateo, Jason mengangguk kemudian berjalan dibelakang ayahnya. Setelah Jason menaiki sepeda motor, Mateo langsung menjalankannya menuju rumah mereka.

17 menit perjalanan..

Mereka akhirnya sampai dirumah, Mateo memarkirkan kendaraannya dibelakang rumah. Jason menunggu ayahnya agar mereka masuk ke dalam rumah bersamaan, keduanya kemudian masuk dan Jason segera mengganti pakaiannya sedangkan Mateo ke dapur untuk memasakan anaknya makanan.

"Ayah, ini sisa uang tadi pagi" Jason memberikan uang bekalnya kepada sang ayah,

"Loh, kamu tidak membeli makanan saat istirahat? Kenapa uangnya tidak berkurang sama sekali?" Tanya Mateo bingung, Jason menggeleng

"Ibu Aldric menitipkan bekal makan siang untukku, jadi aku tidak berbelanja lagi ayah." Jelas Jason,

"Sudahkah kau berterima kasih?" Jason mengangguk,

"Sebaiknya kau simpan saja uang mu Jason, untuk jaga-jaga jikalau membutuhkan uang dimasa depan."

"Baik ayah," Jason kemudian berlari kekamarnya yang berada disamping dapur untuk menyimpan uangnya,

Makanan sudah siap, Mateo menata makanan diatas meja. Jason yang melihat ayahnya sedang membawa makanan kemeja pun membantunya untuk membawa beberapa lauk dan piring, sepasang anak dan ayah itupun langsung makan dengan tenang. Jason menceritakan tentang kegiatannya disekolah dan Mateo mendengarkan cerita anaknya dengan sesekali tertawa ketika ada sesuatu yang lucu.

Mereka selesai memakan makanannya, Jason segera berdiri dan menyuruh ayahnya untuk duduk dan beristirahat sejenak. Anak itu membawa semua piring kotor ke dapur untuk dicuci, Mateo menatap punggung kecil anaknya itu. Ia tersenyum tipis, 'dia benar-benar mirip denganmu Audie.' Batin Mateo.

Mateo berjalan dan duduk dikursi kayu yang beberapa Minggu lalu ia buat untuk dirinya dan Jason bersantai, ia meraih foto disamping televisi. Ditatapnya lama foto tersebut, ia tak sadar telah meneteskan air matanya.

"Ayah kenapa kau menangis?" Tanya Jason khawatir, Mateo segera mengusap air matanya kemudian tersenyum tipis.

"Tidak apa-apa, ayah hanya sedikit teringat dengan ibumu." Mendengar kata ibu Jason segera bergegas dan duduk dikursi disamping ayahnya.

"Ayah, bisakah kau menceritakan sedikit tentang kau dan ibu?" Tanya Jason sembari menatap ayahnya penuh harap, Mateo menggaruk tengkuknya. Pria 39 tahun itu menghela nafasnya, ia tidak pernah menceritakan tentang istrinya kepada sang anak.

"Ibumu ya," Kembali terdengar helaan nafas dari pria tersebut, Jason setia menunggu hingga ayahnya mau bercerita.

"Sebenarnya ayah dan ibumu tidak direstui oleh orang tua ibu,"

"Kenapa begitu ayah?" Tanya Jason, Mateo tersenyum kecut.

"Ayah tidak memiliki perkerjaan apapun, bahkan kami menikah diusia yang masih sangat muda, yaitu 18 tahun. Ayah dibesarkan di keluarga yang kurang sehat, bahkan setelah berusia 13 tahun ayah tidak tahu nenekmu hilang kemana. Ayah tinggal bersama kakekmu yang sangat kasar, bahkan hampir setiap hari dia memukul ayah." Mateo menatap sekejap anaknya,

"Apa kau tidak lelah ayah?" Tanya Jason menatap ayahnya kasihan

"Tentu saja, saat berusia 17 tahun ayah melarikan diri dan pada saat itu ayah bertemu dengan ibumu yang menolong ayah. Waktu itu ibumu baru pulang dari sekolah, entah kenapa pada saat itu ayah menceritakan tentang kehidupan ayah yang sangat hancur dan tanpa arah. Ibumu merasa kasihan dan dengan suka rela membantu ayah untuk bertahan hidup, dia diam-diam memberikan banyak uang tanpa diketahui oleh orang tuanya, memberikan makan, membelikan pakaian, bahkan dia memberikan ayah tempat tinggal. Bukankah ayah terlihat sangat matre?" Ucapnya sembari terkekeh pelan

"Untuk pertama kalinya ayah pergi ke rumah nenek dan kakekmu dan meminta restu, tentu saja responnya tidak baik. Kami dilarang bertemu lagi, tetapi setelah satu bulan berlalu ayah dan ibu tidak kuat untuk berpisah. Ayah mendatangi ibu saat malam harinya dan mengajak ibumu kabur tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya, dengan bodohnya pada saat itu ayah memaksa ibumu untuk berhubungan demi mendapatkan restu kedua orangtuanya. Beberapa bulan berlalu, ibu menunjukkan sebuah testpack dan hasilnya tertera bahwa ibu positif hamil. Ayah kembali mendatangi kedua orangtuanya pada hari itu juga,"

"Bagaimana respon keduanya ayah?" Tanya Jason

"Yah lebih parah dari sebelumnya tentu saja, ayah memang bodoh. Ayah ditampar oleh kakekmu, bahkan beliau tidak bisa menatap wajah kami berdua saking kecewanya. Ibumu disuruh memilih menetap di rumah dan meninggalkan ayah beserta anak dalam kandungannya atau pergi bersama ayah dan keluar dari rumah itu saat itu juga. Ibumu memilih diusir dari rumah karena telah berani mempermalukan nama baik keluarga dan mengingkari janjinya, ibumu memang setia dan sangat pengertian. Ayah berjanji akan membahagiakan ibu, tapi ayah yakin Ibu tidak pernah bahagia bersama ayah." Mateo menatap lurus ke depan sembari tersenyum kecut, Jason terdiam menatap sang ayah. Mateo menoleh dan mengusap rambut Jason dengan lembut.

"Janganlah seperti ayah ya nak? Belajar dengan benar agar kamu bisa membahagiakan wanitamu kelak. Jangan sekalipun kamu meminum minuman keras dan berjudi, bertanggung jawablah untuk menafkahi keluargamu dimasa depan. Jangan seperti ayah" Jason hanya dapat mengangguk, anak itu berdiri kemudian memeluk ayahnya untuk menenangkan. Tapi hal itu membuat Mateo meneteskan air matanya dan menangis di pelukan Jason, sekitar 5 menitan Jason memeluk sang ayah. Ia kemudian melepaskan pelukannya dan menatap ayahnya sembari kembali mendudukkan dirinya dikursi.

"Ayah, kamu bilang ibu hamil diusia 17 tahun tetapi kenapa usiaku 13 tahun?" Tanya Jason bingung,

"Mendekatlah," Jason mendekatkan kursinya agar tepat berada disamping sang ayah,

"Sebenarnya kau memiliki seorang kakak,"

"Dimana dia sekarang ayah?"

"Ayah pun tidak tahu, saat ibu mengandung dirimu dia diculik oleh seseorang. Kami berusaha mencarinya tetapi tidak pernah mendapatkan informasi apapun, bahkan tak terhitung berapa kali kami mendatangi polisi untuk melapor. 3 bulan pencarian kami tidak mendapatkan titik terang, ayah dan ibu memutuskan untuk mengikhlaskannya dan berhenti mencari meskipun dihati kami tidak mungkin rela sepenuhnya. Keadaan ibu semakin memburuk setiap harinya, tubuh kurusnya menjadi lebih kurus lagi. Hingga tibalah pada saat ibu melahirkanmu, tubuhnya yang lemah tidak mampu bertahan lagi." Mateo kembali menghela nafas berat, sedangkan Jason masih setia menunggu ayahnya kembali bercerita lagi.

"Kau tahu? Jika aku tidak melihat wajahmu yang mirip sekali dengan ibu mungkin ayah sudah tidak bernafas lagi sejak lama." Kekeh Mateo,

"Siapa nama kakak, ayah?"

"Raymond Wallace."

<<<<>>>>

TBC

Sedikit cerita tentang Jason.

DON'T FORGET TO VOTE AND KOMEN!!!!!

My Husband's Family Are Obsessed With Me. Where stories live. Discover now