Dua Puluh Empat

118 8 0
                                    

"Apa mungkin masalah balapan itu, papi juga tau?" monolog Zyan dalam hati. Ia takut jika yang diketahui oleh Dirga adalah dimana Zyan membawa Berlin untuk dijadikan taruhan balapan yang Ia lakukan.

"Kenapa diam Zyan?" ucap Dirga tiba-tiba.

Jika kalian berfikir bahwa Papa Zyan akan marah, maka jawabannya adalah TIDAK.

"Zyan... Kalau kamu memang suka sama seseorang, jangan takut untuk bercerita sama papi. Papi gak bakal larang kamu buat pacaran, tapi satu pesan papi buat kamu, jangan pernah sakiti hati seorang perempuan." ucap Dirga tiba-tiba, Ia sadar jika anak laki-lakinya itu takut untuk bercerita, maka dari itu Dirga langsung memberikan pengertian pada Zyan.

Zyan yang mendengar ucapan papinya barusan, tiba-tiba langsung mengangkat kepalanya dan menghembuskan nafasnya dengan lega.

"Hehehe, Zyan gak suka sama cewek kok pih." balas Zyan dengan cengegesan, Ia merasa lega setelah mengetahui bahwa papinya tidak mengetahui kejadian sebenarnya.

"Apa?!"
Serentak Dirga dan Cintia bersamaan. Apa maksud Zyan tidak menyukai seorang cewek? Apa mungkin putra semata wayang mereka memiliki kelainan yang menyukai sesama jenis?

Sadar jika ucapannya salah, Zyan langsung membenarkan perkataannya.

"Maksud Zyan, Zyan itu lagi gak dekat sama seorang wanita pih, mih." jelas Zyan setelah melihat ekspresi kedua orang tuannya yang terkejut.

Mendengar penuturan sang anak, Dirga dan juga Visa langsung mengelus dada lega.

"Trus Berlin itu, siapa?" tanya Vina dengan tiba-tiba.

Mendengar nama Berlin disebut, seketika Zyan langsung mematung.

"Bukan siapa-siapa kok, mih." balas Zyan dengan cepat, entah mengapa menjawab pertanyaan sepele dari sang mami sangat sulit, padahal Ia dan Berlin memang tidak memiliki hubungan spesial.

"Yaudah kalau gak mau jujur sekarang juga gak papa. Intinya mami mau kamu bawa gadis yang kamu sukai itu kehadapan mami dulu, oke." ucap Vina cepat, Ia tidak mau membuat Zyan merasa tidak nyaman, maka dari itu Vina langsung merubah arah pembicaraan mereka kearah lain.

"Eh, papi hari ini ada kerja gak? Mami mau jalan-jalan." ucap Vina sembari menatap Dirga dengan senyuman yang membuat Dirga tertawa lucu.

"Yaudah, kita jalan-jalan!" ucap Dirga dengan cepat, Ia tahu istrinya akan merajuk jika tidak dituruti, maka dari itu Dirga langsung menyetujui ajakan sang istri untuk berjalan-jalan.

Berbeda dengan dua orang dewasa yang sedang berpelukan mesra, Zyan duduk dihadapan kedua orang tuanya itu bergelut dengan pemikirannya sendiri.

"Kenapa gua susah banget jawab kalau ditanyain soal Berlin ya?" monolog Zyan dalam hati, Ia bingung kenapa setiap ditanyai mengenai Berlin Ia langsung tidak tau apa jawabannya, entah mengapa jika Ia mengatakan tidak memiliki hubungan apa-apa dengan gadis itu, hati Zyan berkata lain. Apa mungkin sudah timbul rasa suka?

***
Pagi hari sudah tiba, tetapi gadis yang masih berbaring diatas kasur miliknya belum juga terjaga, hingga pada akhirnya mata indah milik gadis itu perlahan terbuka disebabkan oleh silau matahari yang menyelinap masuk mengenai indra penglihatannya.

Gadis itu mencoba untuk memperbaiki posisinya dari yang terlentang hingga terduduk.
Setelah mengumpulkan nyawanya gadis itu tersadar bahwa ternyata Ia tidak tidur di kasur melainkan disebuah sofa yang tak jauh dari ranjang miliknya.

"Jadi semalam gua benar-benar pingsan?" ujar Berlin heran, ya gadis itu adalah Berliana Putri.

Berlin mencoba mengingat-ngingat apa saja yang Ia lakukan kemarin, sehingga membuat dirinya tidak menyadari situasi apapun.

"Argh! Pusing banget lagi." Berlin sedikit mengingat kejadian kemarin, dimana Ia tidak sadarkan diri setelah melihat foto Kakek dan Neneknya.

"Kenapa selalu begini sih! Gua gak boleh lemah gini!" gerutu Berlin kesal, Ia tidak tau kenapa keadaannya selalu saja melemah jika mengingat kakek dan neneknya itu.

Dengan perasaan kesal, Berlin segera berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Baru saja melangkahkan kaki ke kamar mandi, tiba-tiba langkah Berlin terhenti ketika mendengar suara deringan handphone miliknya.

Berlin mengambil handphone miliknya, setelah melihat nama yang tertera pada layar handphone miliknya, tanpa pikir panjang Berlin langsung mengangkat telepon tersebut.

"Iya! Ntar malam gua kesana. Gak usah nelpon terus ih!" jawab Berlin dengan kesal, pasalnya orang yang baru saja meneleponnya jdi sudah beberapa kali meneleponnya dari dua hari yang lalu.

"Lu janji terus Ber, pokoknya gua gak mau tau, malam ini lu harus ada di sini, titik!" teriak seorang gadis dari seberang sana.

"Plis deh, Saskia Cantik. Jangan marah-marah." balas Berlin dengan nada suara yang dibuat semanja mungkin.

"Pokoknya gua gak mau tahu, lu harus datang!" ucap wanita yang bernama Saskia tersebut dengan cepat.

"Sa—" baru saja ingin membalas ucapan Saskia, tiba-tiba...

Tut...tut...tut...
Pangilan terputus tanpa sepengetahuan Berlin.

"Anjing!" umpat Berlin dengan kesal.

Dengan mood yang hancur Berlin langsung menuju kamar mandi Miliknya dengan cepat.

BERSAMBUNG

Halo gaes!
Masih setia kan sama aku? Plis jangan berpaling, soalnya aku udah capek di tinggal teruss😞

Maafin aku ya, lama banget upnya, soalnya dua minggu yang lalu aku disibukin sama tugas" dan persiapan buat ujian.
Jadi tolong dimaklumin ya🙏🙏😘
Pasti yang sekolah juga tau, gimana rasanya, jadi tolong maafin aku ya🙏

Aku Sayang Kalian Semua😘😘😘

Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya! 🙏🤗



Mengagumi Gangster SekolahWhere stories live. Discover now