Dua Satu

120 7 2
                                    

"Perut Berlin sakit banget, hiks...," isak Berlin sembari menekan tangan Zyan pada perutnya.

Zyan yang merasa kasihanpun berinisiatif membantu Berlin mengurangi rasa sakit pada perut Berlin, Zyan memberikan sedikit elusan pada perut Berlin.

"Yaudah sini, biar gua elusin." ungkap Zyan sembari meminta Berlin agar semakin mendekat padanya.

Berlin yang memang membutuhkan itu, Ia hanya menganggukan kepalanya dengan air mata yang masih mengalir pada pelupuk matanya.

Sudah dua puluh menit lamanya Zyan mengelusi perut Berlin, dan itu membuat Berlin sedikit lebih mendingan, Berlin yang merasakan elusan pada perutnya tak terasa membuatnya menuju kedalam mimpi.

"Berlin?" ucap Zyan dengan tangan yang masih mengelusi perut Berlin dengan lembut.

Mendengar suara itu, Berlin perlahan-lahan membuka matanya untuk menatap Zyan yang memanggilnya dengan lembut.

"Lu mau pulang, atau mau lanjut sekolah?" ujar Zyan setelah melihat Berlin membuka matanya.

"Berlin gak bisa sekolah, kayaknya ini udah banyak banget." ungkap Berlin sembari memperbaiki posisinya agar lebih nyaman untuk berbicara pada Zyan.

"Yaudah kita pulang." ujar Zyan sembari melepaskan tangannya yang masih menempel pada perut Berlin. Zyan segera menyalakan mobil miliknya dan bersiap untuk meninggalkan pekarangan sekolah.

Melihat Zyan yang melepas tangannya, Berlin langsung bereaksi dengan menarik kembali tangan Zyan menuju perutnya, kali ini bukan hanya diluar pakaian tetapi tangan Zyan langsung bertemu dengan kulit Berlin yang lembut.

"Tangan Zyan jangan kemana-mana, perut Berlin sakit kalau gak dielusin gini." ungkap Berlin sembari menatap Zyan yang juga menatapnya dengan tatapan terkejutnya.

Zyan yang masih kagetpun hanya bisa menganggukan kepalanya untuk menjawab ucapan Berlin barusan.
Zyan segera meninggalkan pekarangan sekolah, Ia mengemudikan mobil dengan tangan kanannya dan tangan kiri Ia gunakan untuk mengelusi perut Berlin dengan pelan, bersentuhan langsung dengan kulit Berlin, membuat Zyan sedikit merasakan perasaan yang aneh, tetapi Zyan segera menepisnya, disini Ia hanya ingin membantu Berlin untuk tidak kesakitan lagi, bukan?

Setelah lebih kurang sepuluh menit lamanya diperjalanan, Zyan menepikan mobilnya di depan sebuah supermarket.

"Kata orang-orang, cewek yang lagi pms pasti banyak maunya, apa perlu gua tanyain apa maunya si, Berlin?" monolog Zyan dalam hati, Ia bingung bagaimana berbicara seperti itu pada Berlin.

"Lu mau dibeliin apa?" tanya Zyan sembari melepaskan tangannya dari balik baju milik Berlin.

"Hm, mau coklat, sama tolong beliin pembalut yah, yang ada sayapnya." balas Berlin dengan wajah yang memelas dan sesekali mengedipkan matanya.

Mendengar permintaan Berlin, Zyan segera keluar dari mobil dan menuju kedalam supermarket.

"Pembalut yang ada sayap? Gimana sih, gua gak tau." monolog Zyan bingung, setelah membeli coklat keinginan Berlin, Zyan segera membeli pesanan Berlin yang kedua, tetapi hal itu justru membuat Zyan semakin bingung, Ia tidak paham apa maksud dari ucapan Berlin.

"Apa tanya ke kakaknya aja kali, ya?" setelah mempertimbangkannya akhirnya Zyan memberatkan diri untuk bertanya kepada salah satu pekerja supermarket itu.

"Kak, mau nanya dong. Pembalut yang ada sayapnya di mana ya, kak?" tanya Zyan setelah berada lebih dekat pada seorang pekerja wanita supermarket tersebut.

Zyan yang melihat reaksi pekerja supermarket itu merasa bingung.
"Apa gua salah ngomong, ya?" tanya Zyan dalam hati, Ia merasa bingung dengan kakak pekerja supermarket tersebut yang seolah-olah menahan tawa. Apakah ada yang salah dengan ucapannya?

BERSAMBUNG
Halo gaes! Gimana kabarnya nihh, semoga kalian baik-baik aja yah.
Maaf baru next skrang, soalnya baru dapet alurnya, tapi part yang ini memang pendek, krna msh blm siap, tapi karena banyak yang nungguin, akhirnya aku putuskan untuk post yang ini dulu.
Tetap Stay yah🤗

Jangan lupa tinggalkan jejaknya 🤗🙏😘


Mengagumi Gangster SekolahWhere stories live. Discover now