Tiga (Penculikan)

305 12 1
                                    

Ketika Berlin menatap pria itu lagi, tiba-tiba Berlin dikejutkan dengan matanya yang juga menatap Berlin dengan tatapan yang tajam. Lama menatapnya hingga akhirnya Berlin melihat senyum smirknya yang menyeramkan, bibirnya bergerak seperti mengatakan... "Bersiaplah!" seketika Berlin merinding dan langsung memutuskan kontak mata dengan pria itu.
Berlin yang merasa takut, mencoba biasa saja ketika ketiga teman barunya menatapnya dengan heran.

"Siswa laki-laki yang ditunjuk Feby itu adalah Zyan Dirgantara. Harapan gua sih, lu jangan sampai deket-deket dengan Zyan dan teman-temannya, karena Zyan dan teman-temannya terkenal dengan sikap kasarnya," jelas Katrin ketika melihat raut wajah penasaran Berlin.

Mendengar itu Berlin langsung paham apa arti dari kata yang diucapkan oleh pria yang bernama Zyan itu.

"Ah, iya. Terimakasih udah memberitahuku." balas Berlin singkat, Berlin merasa tidak nyaman ketika mendengar semua penjelasan teman-temannya dan juga gerakan bibir Zyan yang membuat Ia semakin takut untuk menatap kembali pria itu.

*ZyanPoff*

Namaku adalah Zyan Dirgantara, dan aku termasuk kedalam daftar siswa nakal di SMA Garuda, memiliki wajah tampan dan orang tua yang terhormat di kota ini, membuat guru-guru takut untuk menegurku. Aku dan teman-temanku juga sangat ditakuti, sehingga banyak orang yang takut untuk berurusan dengan kami. Aku juga memegang sebuah geng yang diberi nama Xorpio, aku memiliki peran penting didalamnya, yakni aku adalah ketua dari geng Xorpio, dan keempat temanku yang bernama William, Jerome, Gading dan Delon termasuk ke dalam anggota inti yang sangat berperan penting dalam Xorpio, orang-orang biasa menyebut kami adalah anggota Gengster terkuat.

Seperti biasanya aku selalu menyendiri di belakang gudang sekolah hanya untuk menikmati sebatang rokok di tanganku. Aku terkejut ketika mendengar suara wanita yang bersuara di belakangku, tetapi aku berusaha biasa saja.

"Permisi?" seketika aku berbalik dan menatap siapa wanita yang berani mengganggu kesenanganku ini, apa Ia tidak tahu aku adalah Zyan? Biasanya tidak ada yang berani kebelakang ini jika jam segini, karena mereka sudah tahu bahwa ada aku di sini.
Aku menatapnya tajam, dan menelisik wajahnya yang menatapku takut-takut, sepertinya gadis ini adalah siswi baru di sini.

"Ah, maaf saya mengganggu." ucap wanita itu dengan wajah yang memerah, aku tahu dia takut, maka dari itu Ia bergegas meninggalkan gudang ini.
Aku menatapnya yang berjalan menjauhi gudang ini dengan langkah yang cepat, dan pada saat itu juga kesenanganku yang seharusnya aku nikmati tiba-tiba terganggu.

"Cih! Dasar, wanita gila!" aku berdecak kesal karena kesenanganku seketika menghilang hanya gara-gara wanita sialan itu. Aku berjalan keluar meninggalkan gudang ini dengan kesal dan bergegas memasuki kelasku.

"Wah-wah, ketua kita udah datang nih!" ujar salah satu siswa laki-laki yang tak lain adalah sahabatku yang bernama Delon, aku menatapnya kesal dan langsung duduk di sebelahnya.

"Lo dari mana ajah, Zyan?" tanya Gading setelah melihatku duduk di sebelah Delon.

"Tau tuh, dari tadi dicariin." ucap William dengan tingkah menyebalkannya.
Aku menarik nafas, mencoba bersabar dengan tingkah sahabatku yang membuatku semakin kesal, aku mencoba mengabaikan ocehan para sahabatku itu.

"Zyan! Kalau orang ngomong tuh dijawab dong, jangan diem ajah lu!" seketika aku menutup telingaku ketika mendengar suara Delon yang memekakan telinga.

"Kalian bisa diam, gak!" jawabku dengan kesal dan langsung berpindah ke sebelah Jerome yang hanya diam, memang diantara keempat sahabatku ini hanya Jeromelah yang paling pendiam dan hanya bicara jika ada hal penting saja.

Tidak lama setelah mendengar ocehan Delon, William dan Gading guru langsung memasuki kelas dan memulai pembelajaran yang membosankan, aku membaringkan kepalaku di atas meja dan menutup mata sembari menunggu jam istirahat tiba.

"Woy! Bangun. Lo ngak mau ke kantin apa?" lagi-lagi aku dibuat terkejut dengan suara Gading yang menepuk pundak ku dengan kencang dan hal itu membuatku terbangun dari tidurku, aku berdiri dan langsung menuju kantin untuk mengisi perutku yang lapar.
Setelah tiba di kantin, kami langsung duduk di tempat biasanya kami duduk, Delon dan William bergegas memesan makanan kami.
Setelah pesanan datang, kami langsung melahap makanan kami dengan cepat.

"Wah, bakso pak Budi memang top! Enak banget!" ujar Delon setelah menghabiskan semua makanannya, aku menatapnya dengan jengah dan mengalihkan pandanganku ke arah lain, dan seketika aku terpaku ketika melihat gadis yang bertemu dengannku di belakang gudang tadi memandangiku dari kejauhan, dan pada saat itu terbesit di kepalaku untuk menjadikannya korban pembulianku selanjutnya. Aku memamerkan senyum smirkku yang membuat siswi baru itu terkejut dan aku berucap tanpa suara, seolah membuat siswi baru itu semakin ketakutan dan berkata, "Bersiaplah!" hal itu berhasil membuat siswi baru itu ketakutan dan berpaling melihat kearah lain.

"Lu cantik, tapi sayang, lu akan jadi sasaran gua selanjutnya." aku bergumam kecil dan tersenyum sinis sembari menatap siswi baru itu dengan intens, hal itu berhasil membuat keempat sahabatku menatapku heran.

"Lu, kenapa Zyan?" aku mendengar suara Jerome yang berada di sebelahku, aku menatapnya dan menggelengkan kepalaku seolah tidak terjadi apa-apa dan langsung meninggalkan kantin tanpa memedulikan tatapan para sahabatku yang menatapku heran.

*AuthorPoff*

Setelah aksi tatap menatap Berlin dan Zyan di kantin tadi, tak terasa waktu berjalan cepat dan tiba saatnya para siswa-siswi SMA Garuda untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Berlin? Lu pulang sama, siapa?" tanya Rika yang melihat Berlin yang berdiri di depan kelas sembari mengotak-atik handphone yang ada di tangannya.

"Aku dijemput, Rika." jawab Berlin sembari memperlihatkan senyuman manisnya.
Mendengar itu Rika hanya menganggukan kepalanya mengerti.

"Yaudah, gua pulang duluan yah." balas Rika dan dibalas anggukan oleh Berlin.

Sudah satu jam Berlin berdiri di depan kelasnya, tetapi pak Anto sang supir belum juga menjemputnya, Berlin yang kebelet ingin membuang air kecil bergegas menuju toilet sekolah yang berada di belakang sekolah.

"Ih, pake kebelet juga!" gerutu Berlin kesal, Ia segera melangkahkan kakinya menuju toilet, meskipun ada sedikit ketakutan yang meliputi diri Berlin, tapi karena keadaannya yang kebelet akhirnya Berlin mau tidak mau harus pergi menuju toilet dengan cepat.

"Astaga! Bau banget ih! Ini wc gak disiram apa?" Berlin kesal ketika memasuki toilet mencium bau aring yang sangat menyengat, hingga akhirnya Berlin yang tidak tahan akhirnya membuang air kecil dengan satu tisu yang menutupi lubang hidungnya.

"Ah! Legahnya." Berlin yang sudah selesai, akhirnya bergegas keluar dari toilet dan bernafas lega setelah berdiri di depan toilet, hingga tanpa Berlin sadari tangannya ditarik oleh seseorang menuju toilet laki-laki, hal tersebut membuat Berlin terkejut bukan main, hingga kakinya bergetar dengan kencang sangking takutnya.

"Ah! Kamu siapa?" teriak Berlin yang langsung membuat orang yang menariknya itu menutup mulutnya dengan kencang.

BERSAMBUNG

Yang mau lanjut jangan lupa komen!




Mengagumi Gangster SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang