Tujuh Belas

162 6 0
                                    

"Gak! Gua gak bakal izinin itu terjadi!" balas Berlin dengan nada suara yang meninggi dan langsung mematikan telepon tersebut tanpa menunggu jawaban seseorang dari seberang sana.

Berlin yang kesal langsung mematikan telepon, Ia segera keluar dari dalam toilet dengan wajah yang memerah menahan amarah.

Ketika membuka pintu kamar mandi, Berlin dikejutkan dengan seorang pria yang tak lain adalah Zyan yang sedang berdiri dibalik pintu kamar mandi tersebut.

"Z-Zyan, kamu kenapa disitu?" tanya Berlin dengan khawatir, Ia takut jika Zyan mendengar pembicaraannya dengan seseorang di telepon tadi.

"Harusnya gua yang nanya! Ngapain lu di dalam sana? Pake segala teriak-teriak lagi." balas Zyan ketika melihat ekspresi Berlin yang ketakutan, Zyan tidak tahu apa yang membuat Berlin takut, tapi intinya Zyan merasa sedikit penasaran dengan pembicaraan Berlin dengan seseorang tadi di telepon.

"Ah. Tadi itu... Apa? Hm... Tadi aku ditelepon Bunda, iya Bunda." elak Berlin cepat.
"Argh! Bodoh! Ngapain coba ngomong patah-patah kayak gitu! Ish!" gerutu Berlin dalam hati, Ia merutuki kebodohannya yang menjawab pertanyaan Zyan dengan patah-patah.

"Yaudah, minggir lu! Gua mau masuk ke dalam." ucap Zyan cepat, Ia tidak mau memperpanjang masalah, tetapi Zyan yang sudah biasa dengan hal-hal tersebut sudah memperkirakan bahwa ucapan Berlin barusan adalah bohong.

Mendapati tingkah Berlin yang aneh, Zyan yang awalnya tidak ingin mencari tahu lebih dalam tentang Berlin tiba-tiba berubah pikiran setelah melihat tingkah laku Berlin yang menurut Zyan sedikit aneh.

"Hufh..., Semoga aja Zyan percaya." Berlin menghembuskan nafasnya lega, Ia yakin jika Zyan tidak akan pernah curiga kepadanya. Berlin melangkahkan kakinya mendekati sofa dekat ranjang Zyan dan mendudukan dirinya di sana.

Berlin yang berdiam diri di sofa tiba-tiba diserang rasa kantuk yang membuat Berlin tidak bisa membuka matanya lagi, Berlin yang kecapean langsung merebahkan dirinya diatas sofa milik Zyan.

Zyan yang telah selesai dengan panggilan alamnya segera keluar dari kamar mandi, Ia melangkahkan kakinya menuju kasur miliknya tetapi sebelum sampai pada kasur miliknya tiba-tiba Zyan  dibuat kaget dengan Berlin yang tertidur nyenyak di sofa.

Dengan berbaik hati Zyan segera menggendong Berlin menuju kasur miliknya dan membaringkan Berlin diatas kasur miliknya.

***
Waktu berjalan begitu cepat, hingga tak terasa jam sudah menunjukan pukul 7 malam, dan selama itu pula Berlin beristirahat di atas kasur milik Zyan.

"Woi! Bangun ini udah malam. Lu gak mau pulang?" ucap Zyan sembari membangun Berlin yang masih setia menutup matanya dengan nyenyak.

Berlin yang sedikit terganggu hanya mengeliatkan tubuhnya pelan, bukannya bangun Berlin malah semakin menarik selimut pada tubuhnya yang mulai kedinginan oleh Ac pada kamar tersebut.

"Lu mau pulang, atau mau tinggal di sini saja?!" Zyan mengoyangkan tubuh Berlin  dengan sedikit kencang, hingga usaha Zyan untuk membangunkan Berlin akhirnya tidak sia-sia.

Mendapatkan perlakuan tersebut, Berlin langsung terkejut dan langsung merubah posisi tubuhnya menjadi duduk.

"Iya." balas Berlin singkat.
Memiliki sifat pemalas membuat Berlin kerap sekali mendapatkan kekerasan saat dibangunkan.

Zyan yang melihat Berlin sudah tersadar langsung meninggalkan kamar hotel dan segera mengantarkan Berlin untuk pulang.

"Lah? Langsung pulang, akukan belum basuh muka." gerutu Berlin dengan suara yang kecil, Ia yang baru saja bangun tiba-tiba langsung diajak pulang tanpa membasuh muka terlebih dahulu.

Berlin segera mengikuti langkah kaki Zyan yang besar, Ia tidak mau ditinggal lagi seperti minggu-minggu kemarin.

Tidak butuh waktu yang lama, Zyan dan Berlin telah sampai pada tempat tinggal Berlin.

"Sono lu masuk! Jangan sampai ngadu-ngadu yang enggak enggak." ucap Zyan setelah berhenti tepat didepan gerbang  tempat tinggal Berlin.

"Sebentar, bisa tolongin bukain ini ga." ucap Berlin sembari menunjuk sebuah helm yang Ia kenakan.

Zyan yang mendengar permintaan bantuan Berlin segera mendekati Berlin, Ia mencoba membuka helm pada kepala Berlin dan mengambil helm tersebut dengan cepat.

Setelah melihat Zyan yang sudah memegang helm yang Ia kenakan, Berlin langsung berpamitan untuk memasuki rumah dengan cepat.

"Zyan. Aku masuk diluan yah." pamit Berlin pada Zyan dengan senyuman manisnya, Berlin sedikit berlari memasuki rumahnya dengan cepat, Ia tidak mau jika terus berlama-lama menatap Zyan, setiap bertatapan dengan Zyan degup jantung Berlin berdebar sangat kencang, maka dari itu Berlin berusaha untuk tidak menatap Zyan lama.

Mendengar itu Zyan hanya membalas dengan anggukan kepala.

Setelah memastikan Berlin memasuki rumah, Zyan merogoh saku celananya dan mengambil handphone miliknya.
Zyan mencari nomor telepon orang kepercayaan Zyan untuk mencari tahu asal usul Berliana Putri.

"Halo!" ucap Berlin setelah melihat bahwa panggilannya sudah diangkat.

"Selamat malam tuan. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya orang tersebut dengan cepat.

"Gua harap lu bisa mencari tahu asal usul seorang anak sekolah yang bernama Berliana Putri." ucap Zyan cepat, Ia memerintahkan salah satu kepercayaannya itu agar mencari tahu asal usul Berlin.

BERSAMBUNG
Jangan lupa tinggalkan jejaknya 🤗🤗🙏🙏



Mengagumi Gangster SekolahWhere stories live. Discover now