Empat Belas

141 6 0
                                    

Tring! Tring! Tring!
Bunyi handphone milik Zyan membuat Zyan tersadar dari lamunannya dan melihat nama yang tertera di layar handphone tersebut.

*ZyanPoff*
Aku mengambil handphoneku yang berada pada saku celanaku, suara deringan ponselku itu membuat aku menggerutu kesal.
Ketika membaca nama yang tertera aku sedikit terkejut ketika melihat siapa yang meneleponku itu.

"Papi?" ya papiku meneleponku, aku berpikir sejenak apakah ada hal yang aku lupakan hingga membuat papi meneleponku dijam pelajaran seperti ini?

Aku bergegas mengangkat telepon dari papi dan membuang putung rokok yang terselip di tanganku.

"Halo papi? Ada apa menelepon Zyan? Apa ada hal penting yang ingin papi ucapkan?" aku bertanya langsung tanpa berbasa basi, sifat itu memang terkesan tidak sopan, tapi apa boleh buat sifat tersebut turunan dari papi sendiri.

"Zyan, papi dengar kamu semalam pergi balap? Apa itu benar?" tanya papi diseberang sana, seketika aku langsung menegakan tubuhku untuk mengelak dari apa yang papi ucapkan.

"Tidak pih, Zyan gak balapan kok. Siapa bilang Zyan balapan?" aku berusaha setenang mungkin agar papiku tidak curiga.

"Kamu tidak perlu berbohong, Zyan. Papi sudah tahu semuanya," ucap Papi lagi.

Seketika aku terdiam dan mulai merangkai kata-kata agar Papi tidak memarahiku karena balapan itu.

"Tapi, Pih—" ucapanku terpotong ketika Papi menyela ucapanku.

"Jangan bohong Zyan! Papi gak suka anak pembohong!" aku mendengar suara papi yang mulai terdengar kesal, hal itu membuat aku mau tak mau harus berkata jujur.

"Yaudah. Iya-iya Zyan memang balapan kemarin, tapi baru kali itu kok pih." aku mengakuinya, tetapi tidak dengan yang kemarin-kemarin.

"Papi gak mau tahu ya Zyan! Pokoknya kamu gak boleh ikutan balapan itu lagi! Itu gak baik, tahu!" papi meninggikan suaranya sehingga membuat aku langsung terdiam tanpa menjawab perkataan-perkataan papi yang akan membuat aku semakin takut dengan amarahnya.

"Iyah pih. Zyan janji tidak akan mengulang lagi." ujarku cepat.

"Baiklah. Besok papi akan balik ke Jakarta jadi papi harap kamu yang jemput papi, ok." ujar papih yang membuat aku mengangga tak percaya, bisa-bisa aku tidak bebas jika ada papi di rumah.

"Baik pih." jawabku singkat, setelah itu teleponku dan papi terputus.
Aku menghela nafas gusar, memikirkan papi yang akan balik ke Indonesia membuat aku mengerutu kesal, bagaimana tidak papi akan melarangku untuk berpegian jika malam hari dan hal itu membuat aku tidak bisa menikmati masa-masa berkumpul bersama teman-temanku.

*AuthorPoff*
Zyan segera meninggalkan gudang sekolah dan bergegas menuju parkiran di mana motornya berada.
Zyan menghidupkan mesin motornya dan langsung meninggalkan pekarangan sekolah dengan cepat.

***
Di perjalanan Zyan dihadang oleh beberapa orang yang memakai pakaian hitam serta masker yang menutupi wajah mereka.

"Maaf, ada apa ya?" ujar Zyan sembari memberhentikan motornya tepat dihadapan para lelaki pakaian hitam itu.

"Gak ada apa-apa. Lu turun aja dulu!" ujar salah satu lelaki itu.

Dengan santainya Zyan turun dari motor miliknya dan berdiri dihadapan lelaki berbadan tinggi itu dengan tangan yang terlipat didadanya.

"Jadi gini, kami itu... Bugh!" Zyan yang lengah tiba-tiba mendapatkan serangan dari orang yang berbicara kepadanya itu.
Hal itu membuat hidung Zyan mengeluarkan darah.

"Ck! Anjing lu yah! Bugh!" emosi Zyan terpancing dan langsung membalas perlakuan tidak baik itu kepada lelaki berbadan besar itu.

"Gua gak ada masalah sama kalian-kalian, tapi beraninya kalian gangguin gua! Cih! Anjing lu pada!" Zyan meludah tepat di wajah salah satu lelaki berbaju hitam itu.
Perlakuan Zyan itu membuat sekelompok lelaki itu marah dan mengeroyok Zyan membabi buta.

Mengagumi Gangster SekolahWhere stories live. Discover now