Bab 23: Garis Dua

4 1 0
                                    

Tepat saat selesai shalat shubuh Zahra merasakan sesuatu yang aneg di dalam perutnya sepertu ada yang meremas-remas lambungnya sampai membuat Zahra merasa muak.

"Hooeek...Hooeek," Zahra puj langsyng berlari kearah kamar mandi. Tingkah Zahra itu membuat orang rumah panik terutama Zaki. Zaki pun langsung bergegas menyusuk Zahra ke kamar mandi.

Zaki melihat istrinya itu tengah berusaha menumpahkan isi perutnya ke wastafel kamar mandi. Berulang-ulang Zahra mencoba mengeluarkan sesuatu yang membuat dirinya sangat mual tetapi nyatanya nihil, tidak ada apa pun yang keluar dari mulutnya itu.

Zahra mencengkeram pinggiran wastafel, perlahab menengadah menoleh kearah suaminya. Zaki menatap istrinya itu khawatir takut terjadi apa-apa dengan Zahra.

"Sayang kamu kenapa?" Tanya Mas Zaki

"Gak tau nih Mas, rasanya mual sekali," jawabku.

"Mual? Gimana rasanya?"

"Perutku seperti diremas-remas mas,"

"Ya Allah, yaudah yuk kita ke ruang tengah dulu yuk, biar nanti aku balurin minyak angin. Kamu kayanya masuk angin," ucap Zaki yang dibalas anggukan oleh istrinya. Mereka pun bersamaan menuju ruang tengah, tepat di ruang tengah Umi,Abi,kak Ryan dan Maryam pun menungguku dengan wajah khawatir. Aku pun duduk dikursi sembari memegang perut karena masih terasa mual sekali. Zaki dengan sigap ia bergegas ke kamar untuk membawa kayu putih dan setelah membawa kayu putih Zaki pun menuju dapur untuk membawakan teh hangat untuk Zahra.

******

Setelah selesai sarapan kami pun berpamitan untuk berangkat ke kampus.

"Sayang, gak apa-apa kan kalau ke kampusnya naik motor?" tanya Zaki pada Zahra.

"Ya Allah, gak apa-apa ko Mas. Mau naik apa pun itu aku gak masalah yang penting sama kamu hehe," jawab Zahra sembari terkekeh.

"Tapi nanti takut kamu masuk angin lagi gimana, terus kepanasan nanti, biasanya kamu kan naik mobil,"

"Ya Allah Mas, aku gak apa-apa ko udah ayok nanti kita telat loh. Aku juga ada kelas pagi dadakan jadi gak jadi deh sepedaan sama Aisyah,"

"Sabar sayang kan nanti ada hari libur, yaudah ayok kita berangkat, jangan lupa pegangan yah,"

"Siap komandan,"

Mereka berdua pun bergegas ke kampus menaiki motor. Senyum yang terlukis di mulut Zahra terlihat indah, Zahra merasa sangat bahagia bersama Zaki, siapa sih yang tak bahagia bisa bersama selamanya sama orang yang selalu kita sebut dalam do'a, Masya Allah bukan?

Selama diperjalanan Zahra dan Zaki saling melempar candaan sampai membuat mereka tertawa. Tak terasa waktu saat diperjalanan mereka pun akhirnya sampai di parkiran kampus. Saat Zahra hendak membuka helm tiba-tiba tangamnya ditahan oleh Zaki, nampaknya Zaki ingin membukan helm istrinya itu saat Zaki membuka helm yang Zahra pakai tiba-tiba pipinya merona karena malu. Zaki pun melihat pipi istrinya itu memerah tiba saatnya jurus andalan Zaki pun keluar yaitu menggoda istrinya itu.

"Cieeee... pipinya merah tuh. Baper yah baper yah sama Mas yang ganteng ini,"

"Apaan sih Mas, mulai deh godain aku. Kualat baru tau rasa,"

"Cieeee... ada malu-malu nih yeh,"

"Udah ah Mas, aku ke kelas duluan yah, Assalamu'alaikum," ucapnya sembari menyiumi punggung tangan suaminya itu dan bergegas pergi ke kelas dengan malu-malu.

"Wa'alaikumussalam, istriku tersayang," jawab Zaki terkekeh melihat tingkah istrinya yang lucu itu. Zaki pun bergegas ke kantor untuk bersiap-siap mengajar.

Takdir From Allah (Revisi)Where stories live. Discover now