Bab 15: Keputusan

18 4 0
                                    

Saat Zaki hendak keluar rumah untuk pergi mengajar tiba-tiba mobil Merci berwarna hitam terparkir di depan rumanya. Zaki mengenali mobil itu yang tak lain mobil Sandi—sahabatnya.

Sandi keluar dari mobilnya lalu menghampiri Zaki. Lantas Zaki pun menyuruh Sandi untuk masuk kedalam namun Sandi memilih untuk berbicara di teras depan saja. Saat mereka hendak berbicara Umi Fatimah keluar untuk memberikan minuman kepada Sandi dan Zaki. Sandi pun memberikan salam kepada Umi Fatimah sembari mencium punggung tangan Umi Fatimah. Umi Fatimah pun menjawab salam Sandi sembari tersenyum. Setelah itu Umi Fatimah pun kembali ke dalam rumah.

"Zak, ada yang harus kita bicarakan penting. Ente ga sibuk kan?"tanya Sandi.

"Gak ko, kebetulan ane ngajar nanti siang. Mau bahas soal apa? "tanya Zaki.

"Mau bahs soal—"

Tiba-tiba handphone Zaki berdering, saat ia melihat handphone nya ternyata ada panggilan dari pak Burhan salah satu dosen di tempat Zaki mengajar juga.

Ucapan Sandi pun terpotong karena Zaki harus mengangkat telepon terlebih dahulu.

"Sebentar yah San, ane angkat telepon dulu," ucap Zaki.

"Hmm... baiklah,"jawab Sandi.

Zaki pun mengangkat telepon tersebut.

Usai mengangkat telepon Zaki pun kembali duduk di kursi sebelah Sandi. Suasana menjadi hening seketika, tidak ada percakapan sama sekali. Zaki menoleh ke arah Sandi. Karena sedari tadi Sandi hanya melihat langit-langit pagi yang sangat cerah serta matahari yang bersinar menyinari bumi.

"Zak, ane mau tanya seoran sahabat akan senang jika sahabatnya bahagia bukan? Tanya Sandi. Zaki pun langsung menoleh ke arah Sandi.

"Tentu San,"balas Zaki.

"Apa ente bahagia kalau ane nikah sama Zahra?"

Pertanyaan yang dilontarkan Sandi membuat Zaki terdiam. Kenapa Sandi bertanya seperti itu?"pikir Zaki.

"Aku bahagia ko San, bahagia banget. Apalagi kebahagian itu milik sahabat ane sendiri,"ucap Zaki sembari tersenyum kepada Sandi.

"Oh ya, ente kapan merencanakan acara pernikahannya?"

"Astagfirullah San, ane lupa ngasih tahu ente. Kalau ane gak jadi nikah sama Fatimah,"kata Zaki.

"Kenapa gak jadi nikah?"tanya Sandi yang membuat Zaki terdiam,"Apa karena Zahra, iyah kan?"lanjut Sandi.

Zaki haya bisa terdiam mematung, pandangannya menatap langit yang begitu cerah begitupun Sandi.

"Zak. Ane kira lo suka sama Thania ternyata dugaan ane salah. Jadi selama ini ente menyukai Zahra. Kenapa ente ga bilang? Kenapa sih Zak, kita ditakirkan untuk mencintai gadis yang sama, kenapa?"

Mendengar nama Thania. Ingatan Zaki membawanya kembali saat kuliah S1 di Eskisehir, Turki. 5 tahun yang lalu, Zaki dan Sandi kuliah di Anadolu University. Mereka satu organisasi. Zaki sangat kagum kepada Thania Queen Syahputra. Siapa yang tak kagum kepada hafidzah Qurán yang memiliki suara merdu dan indah ketika melantunkan kalam Allah. Pasti banyak sekali pria yang akan mengaguminya dan bisa saja mencintainya atau ingin memilikinya. Tapi tidak dengan Zaki, pria itu tidak memiliki perasaan bahkan tidak mencintai gadis itu. Karena ia takut perasaan yang tumbuh dalam hatinya itu bukan dari Allah melainkan dari bisikan syaitan.

Sebenarnya Zaki hanya mengaguminya saja tidak ada rasa cinta kepada Thania. Namun Sandi mengira Zaki mencintai Thania. Sandi pun mulai melakukan berbagai cara untuk mendekatkan Zaki dengan Thania. Zaki menolak cara Sandi. Namun Sandi tetap memaksa Zaki untuk mendekati Thania. Sandi ingin sahabatnya itu merasakan cinta kepada wanita, karena yang Sandi tahu, Zaki adalah seorang pria yang tidak mudah jatuh cinta bhkan Zaki itu pemalu.

Takdir From Allah (Revisi)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora