Kini jadi kita

20 7 10
                                    

Hira dan Alan kini sedang duduk di sebuah batu besar pinggiran sungai. Aliran air terjun yang indah, suasana yang tenang dan damai. Apalagi bersama dengan seseorang yang sangat istimewa.

"Setiap detik, setiap menit hari ini nggak akan pernah aku lupakan. Hari ini sangat istimewa." Alan mengatakan itu dengan penuh keyakinan.

"Karena?" Hira bertanya alasan hari itu adalah hari yang sangat istimewa baginya.

"Karena denganmu, Hira. Segala sesuatu pasti menjadi indah hanya karena kamu sebabnya."

Hira pun tertawa, "Alaaan."

"Hm?"

"Kamu jago banget ya bikin orang salting,"

"Kan cuman untuk kamu."

"Ya Tuhan, rasanya aku ingin terbang setinggi langit." batin Hira bersuara.

Alan merebahkan dirinya dan meminta Hira merebahkan diri juga. Begitu indahnya saat itu. Hira menutup matanya. Menikmati setiap detik dan menit kebersamannya dengan Alan.

Alan ternyum melihat peri kecil nya itu bahagia seperti ini. Tanpa di sengaja Alan melontarkan kata dari lubuk hatinya yang paling dalam.

"I love you, Hira Aurora." ucap Alan pelan.

Sontak Hira membuka matanya. Ia kaget mendengar ucapan Alan yang tiba tiba seperti itu. Alan langsung menutup mulutnya dengan tangan. Kemudian lelaki itu bangun dari rebahannya. Disusul dengan Hira juga.

"Tadi kamu ngomong apa?"

"Apanya?"

"Yang tadi."

"Yang mana?"

"Barusan Alan." Tatapan Hira berubah menjadi serius.

Ayolah Alan katakan itu. Hira sudah menunggumu mengatakan itu sekarang juga.

"Tadi aku bilang...." Alan menghentikan ucapannya sejenak. "Bilang air sungainya jernih banget, Ra. Indah banget." Alan menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal itu.

"Oh." Hira sangat kecewa. Padahal ia mendengar jelas apa yang dikatakan Alan barusan. Namun Alan malah tak berani jujur.

Hira cemberut, "Kenapa Alan nggak ngomong yang jujur sih? Nyebelin banget!" suaranya dalam hati.

"Maaf Hira. Aku belum berani mengatakan itu secara langsung ke kamu."

Suasana diantara mereka berubah menjadi tegang. Ekspresi Hira sangat berubah drastis, bisa dibilang ia kesal. Hira memilih berdiri dan pergi dari sungai. Alan juga tau Hira kesal dengannya. Namun mau bagaimana lagi lelaki itu masih saja belum berani mengungkapkan perasaannya yang sejujurnya.

"AAAA GOBLOK BANGET SIH GUA!" teriak Alan sejadi-jadinya.

"Seharusnya gua ngomong langsung aja tadi tanpa bohong ke Hira. Aaaaa bego! Tolol! Bangsat!" Alan mengacak-acak rambutnya frustasi.

Penyesalan memang selalu datang diakhir. Begitupun dengan yang dirasakan Alan sekarang.

***

Hira berjalan sambil menghentakan kakinya. Sekarang badannya sangat basah karna bermain air. Walaupun basah ia sama sekali tidak merasa kedinginan. Emosinya bisa di bilang tidak terkontrol. Aduh, Alan kau berhasil membuat peri kecilmu kesal.

Hira duduk di warung pinggiran jalan. Seperti keadaan awal warung tersebut tidak cukup ramai. Hanya ada beberapa wanita dan lelaki paruh baya.

Hira menggesek kasar tanah. "Nyebelin banget sih!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 11, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Two Love One Heart (HIATUS SEMENTARA)Where stories live. Discover now