I'm really afraid of losin' u

11 6 4
                                    

Hura sudah bersiap untuk jalan dengan Alan. Dengan style sweater berwarna broken white dipadu dengan ripped jeans membuat dirinya sangat cantik.

Tak lama kemudian, Alan datang. Ia menganga ketika melihat peri kecilnya. Sungguh Hira sangat cantik di matanya. Bak bidadari yang turun dari nabastala dengan sayap. Tatapan Alan yang seoerti itu membuat Hira aneh.

"Dress aku jelek ya Al? Aku ganti aja deh," Hira masuk kembali. Namun, langkahnya dicegah oleh Alan. Alan langsung memegang tangan Hira.

"Eh jangan. You are always beautiful in my eyes, little fairy." ucap Alan dengan seyuman tulusnya.

"Thank's, Alan." Nayra ikut tersenyum. Sungguh senyuman Alan itu menular baginya.

"Oh iya, aku udah izin sama Mama dan Papamu. Kamu udah belum?"

"Udah. Yaudah yuk kita jalan," ajak Hira penuh semangat.

"Yuk." Alan juga tak kalah semangatnya. Alan memegang tangan Hira. Rasanya di genggaman itu selalu nyaman didekat Alan.

"I love you, Alan Revaro Putra." ucapnya dalam hati. Ucapannya itu hanya bisa di dengar oleh hatinya sendiri.

***

"Hira coba kamu senyum," Alan memulai pembicaraan.

"Hah kenapa emangnya?"

"Coba senyum aja dulu,"

Hira pun memberikan senyuman manisnya yang indah. Aduh, Hira senyuman mu itu sangat manis. Pasti mampu memikat semut.

"Nah gitu dong! Tapi di luar jangan banyak senyum ya. Nanti orang lain pada suka sama kamu."

"Iih Alan! Apaansih?!" Hira geleng geleng kepala dengan kelakukan Alan. Bisa-bisanya Alan mampu membuat pipi Hira bewarna merah jambu.

Sudah sekitar dua puluh menit mereka sampai di tujuan. Mobil Alan di parkirkan di bawa pohon besar yang rindang.

"Ini udah nyampe Al? Kok kita ga ke danau aja?" Hira menyapu pandangannya ke sekeliling. Terlihat ada beberapa warung kopi yang tidak terlalu ramai. Pemandangan perkampungan yang hijau dan damai.

"Udah nyampe kok. Hmm, aku mau cari suasana baru aja. Aku markir mobil disini aja deh,"

"Aman?"

"Ya aman lah, Ra. Kamu kalo sama aku pasti aman. Kan aku jagain,"

"Bukan aku, tapi mobilnya Alan!"

"Haha, aku bercanda. Aman kok, aman. Tenang aja. Yok," Alan menggandeng tangan Hira. Hira tak menolak genggaman itu. Sampai sampai membuat Hira selalu terlarut dalam kebahagiaan.

Mereka berjalan menyusuri jalan setapak, banyak tumbuhan liar di selanjang jalan. Tanah merah yang tak terlalu kering membuat perjalanan mereka berjalan lancar. Untung saja bukan musim hujan kala itu. Satu kata untuk pemadangan itu adalah hijau dan Hira menyukainha.

Sudah cukup lama, tapi Alan masih berjalan sambil memegang peri kecilnya.

"Masih lama?"

"Bentar lagi kok. Capek ya? Mau istirahat dulu?"

"Ngga usah. Nggak capek ko. Asalkan aku selalu sama kamu, Al."

"Kalau capek bilang ya," Alan tersenyum. Ya Tuhan, senyuman itu sangatlah manis dan indah.

Hira terus berjalan di belakang Alan. Setelah berjalan sekitar dua puluh menit akhirnya mereka sampai di sebuah danau besar yang di salah satu sudutnya terdapat sebuah air terjun. Meski tak terlalu tinggi, tapi suara percikannya sudah cukup membuat hati merasa tenang apalagi dalam keadaan yang tidak terlalu ramai seperti sekarang ini.

Sunyi, damai dan indah. Dengan pemandangan air terjun, dan disana hanya ada Hira dan Alan. Mereka bersama seakan dunia milik berdua.

"Keren banget Alan!" Hira merentangkan tangannya dan memejamkan matanya, menikmati kesejukkan yang sudah jarang sekali di rasakannya.

"Hati-hati ya. Jangan sampai jatuh." Alan ikut merentangkan tangannya tapi dia tidak memejamkan mata seperti yang di lakukan Hira.

Hira membuka matanya dan memandangi air terjun yang ada di depannya. Alan yang berdiri di samping Hira, lalj menggenggam erat tangan perempuan yang sedang bersamanya. Mereka membentangkan tangan sambil saling menggenggam.

"Kita akan selalu bersama. Dan aku akan menjagamu, Hira." ucapnya.

"Terimakasih Alan,"

"Sekarang gimana kalo kita main air?"

"Boleh,"

Alan turun dari bebatuan lebih dahulu. Dilanjut dengan Hira yang selalu di genggam tangannya oleh Alan.

Byurrr

Hira kaget Alan langsung menyeburkan diri. Alhasil Hira khawatir dengan Alan.

"Alan kalo mau nyebur kasih aba-aba ke Hira dong!" teriak Hira.

Air danau yang tadinya agak berombak karena Alan menyeburkan diri. Berubah menjadi air yang temag seolah tak terjadi apa-apa. Hira menjadi khawatir. Mengapa Alan tidak memunculkan dirinya? Apakah Alan tenggelam? Pikir Hira.

"Alan!" Hira memanggil nama seseorang yang ia sayangi

"Al jangan jahil deh! Alan!" Sungguh dada Hira sesak. Ia sangat takut jika terjadi yang tak dinginkan pada Alan.

"Alan jawab aku dong!" Hira berteriak. Matanya berkaca-kaca. Sepertinya hujan akan turun di pipinya yang mungil. Hira pelan-pelan menyusuri bebatuan di samping danau. Padahal bebatuan yang disururi Hira sangat licin karena dibalud dengan lumut. Namun Hira tak memeprdulukan itu. Yang ada di pikirannya hanya Alan.

"Alan kamu dimana sih? Jangan jahil deh. Nggak lucu tau," Hira terus bergerutu. Rasa takut, khawatir, dan kesal bersatu utuh.

Akibat Hira yang lalai, Hira salah menginjakkan kaki ke sebuah batu yang sangat licin. Batu itu ternuata ulung membiat Hira ikut terjatuh ke dalam danau.

"AAAAAA!!" Refleks Hira teriak sejadi-jadinya.

Dan....

Byuurrrr

Tak ada yang bisa menghalangi. Hira sudah terjatuh ke dalam danau. Seharusnya Hira berada di dalam air, tetapi rasanya ada yang janggal. Ya, Hira merasa ada seseorang yang memghalanginya agar tidak tenggelam.

"Aku tidak akan pernah lelah untuk terus menyayangimu dan terus selalu menjagamu. Kamu aman bersamaku. Aku akan selalu menjagamu dari semua yang membuatmu merasa sakit dan takut, bahkan jika itu diriku sendiri." bisikan seorang cowok yang sangat Hira kenali. Perlahan Hira membuka matanya.

Hira meendapati cowok yang kini selalu bersamanya. Bersemayam dihatinya. Menghantui pikirannya. Alan Revaro Putra.

Alan pelan-pelan melepaskan rangkulannya. Tersenyum dengan tulus dan mengelus lembut rambut Hira yang kini basah.

"Maaf. Tadi aku buat kamu khawatir, Hiira." ujar Alan. Hira terdiam, tak bisa berkata apa-apa. Alan tahu pasti Hira sangat khawatir akan dirinya. Dengan cepat Alan memeluk Hira.

"Aku tahu aku salah. Aku, minta maaf." Alan masih memeluk Hira dengan erat. Hira juga membalas pelukan yang tak kalah erat juga.

"Lain kali jangan sseperti itu lagi, Al. I'm really afraid of losing you."

Menikmati hiliran angin yang berhembus. Dinginnya air sungai. Suara alam yang tenang. Burung burung berkicauan seakan membalas pesan satu sama lain. Mereka hanyut ke dalam dunia itu. Dunia yang kini mereka ciptakan sendiri.

Rasanya ingin menghentikan waktu umhanya untuk kejadian ini. Tak ingin satu pun yang mengusik.

"Aku sayang kamu." ucap mereka di dalam hatinya masing-masing.

Dua insan yang memiliki rasa yang sama tetapi entah kapan akan mengungkapkannya. Hanya sekedar kata ataupun kode tak bisa menyatakan perasaan itu semua.

Two Love One Heart (HIATUS SEMENTARA)Where stories live. Discover now