52. Misi penyelamatan

44K 3.4K 222
                                    

Semua peralatan yang dibutuhkan telah siap mereka bawa. Dari pistol HS-9, senapan MAS FR-F2, GOL-Sniper Magnum yang digunakan oleh para ahli sniper, peluru kaliber dan tak lupa pisau lipat berukuran kecil dengan berbagai jenisnya.
Kini semua anggota Grexda telah bersiap dengan senjata mereka masing-masing. Memakai seragam kebanggaan mereka dengan berlambangkan sayap putih terbentang gagah di bagian punggung.
"Gubos" panggil Panji yang ingin memberitahu sesuatu pada Rafan.
Lantas Rafan berjalan ke arah Panji dan berdiri disampingnya. "Gue udah ketemu letak penyekapan Bubos. Di perkirakan sangat jauh dari perkotaan memakan waktu dua jam perjalanan dari sini," tutur Panji seraya menunjuk layar monitor yang terdapat titik merah.
Rafan mendengarkan penjelasan Panji sembari menatap lurus pada layar monitor di mana titik GPS yang terdapat dalam kalung Lisa.
"Walau jauh kita harus selamatkan Bubos dan adek gue. Gue nggak peduli yang jelas mereka berdua harus kita selamatkan secepat mungkin," sahut Anza tidak sabar.
"Pertempuran kali ini gue yakin paling bahaya dari biasanya, karena yang kita hadapi adalah pemimpin baru dari jiros. Kita tidak tahu seberapa hebatnya dia, yang hanya kita lakukan adalah fokus pada penyelamatan." Sambung Irul menatap pada semua anggotanya.
"Gue yakin pada kalian semua bahwa kalian pasti bisa," Mengakhiri ucapannya.
"Apapun yang terjadi jangan ada yang menyerah sebelum kita membawa bendera kemenangan." tambah Azam dengan nada tegas. Terlihat jelas sirat kekejaman terpancar di wajahnya. Tidak ada Azam yang selalu dengan sikap leluconnya tapi yang ada adalah Azam dengan wajah keseriusannya.
Jika seperti itu maka bersiaplah kalian untuk melihat kekejaman para anggota Grexda terutama anggota inti.
Semua anggota Grexda mengangguk mengerti. Tak ada rasa takut yang terpancar dari mereka melainkan kemarahan yang begitu nyata terpampang jelas di wajah mereka saat ini.
Pikiran mereka hanya satu, menyelamatkan Bubos mereka. Walau resiko dalam misi kali ini berbahaya tak membuat mereka gentar sedikitpun.
"Jaga diri kalian masing-masing. Jangan sampai ada satu tetes darah yang keluar dari tubuh kalian!" seru Rafan menatap tegas ke arah anggotanya.
"SIAP GUBOS!" jawab mereka bersamaan.
Sorakan keras memenuhi ruangan dalam yang menambah gejolak semangat dalam diri mereka. Sebelum mereka bergerak untuk menuju ke lokasi tersebut. Terlebih dahulu mereka berdoa.
"Jangan lupa kita berdoa terlebih dahulu sebelum melanjutkan misi kita," ujar Rafan memimpin jalannya doa, "Doa menurut kepercayaan agama masing-masing, dimulai."
Semua anggota mulai berdoa dengan kepercayaan agama mereka yang dianut. Ada tangan menengadah dan ada pula mengepalkan tangannya di dada.
"Doa selesai," ucap Rafan mengakhiri doa.
"Kita berangkat sekarang." titah Rafan bergerak terlebih dahulu. Lalu mereka mengekor dari belakang seperti membetuk barisan ala paskibra.
Rafan beserta anggota Grexda menatap ke arah segerombolan motor dan mobil yang mulai memasuki halaman markas. Tatapan penasaran saat seorang pria gagah membuka helm full face-nya.
"Butuh bantuan?" tanya pria tersebut setelah membuka helm full face-nya.
Rafan masih tak menjawab ucapan Aslan. Ia menatap Aslan dengan wajah datarnya. "Tidak perlu," jawabnya singkat.
"Ck. Tanpa lo jawab gue tetep mau nyelamati adek, gue!"
Aslan turun dari atas motornya, berjalan ke arah Rafan. "Malam ini kita bekerja sama. Ini bukan ajakan tapi perintah." Aslan menatap tajam ke arah Rafan yang juga menatapnya.
Rafan berfikir sejenak memikirkan ajakan dari Abang iparnya. "Ok." Jawab Rafan.
Aslan tersenyum tipis. "Gitu dong."
Tanpa berlama-lama lagi. Satu persatu mereka menaiki kuda besinya masing-masing yang sudah berjejer rapi di depan markas sembari memasang helm full face-nya di kepala. Kemudian satu persatu motor sport mulai meninggalkan halaman markas yang dipimpin oleh Rafan sang ketua. Aslan dan juga anak buahnya menyusul dari arah belakang.
Malam hari ini Adik Ipar dan Abang Ipar lagi akur hanya untuk menyelamatkan satu wanita yang mereka sayangi.

******

Setelah kepergian Mely beberapa menit yang lalu. Menyisakan rasa tak percaya yang belum Lisa terima. Pasalnya ia benar-benar syok atas apa yang terjadi saat ini. Dimana sosok Mely adalah dalang penculik terhadapnya dan Kila. Sebegitu cintanya dia terhadap Gus Rafan sampai ia melakukan perbuatan keji kepada dirinya.
"Lis!" ucap Kila membuyarkan lamunan Lisa. "Iya Kila. Kenapa?" tanyanya.
"Kita harus kabur dari sini," ujar Kila mengajak Lisa.
"Tapi caranya gimana? Talinya aja susah di buka." Lisa menunjuk ke arah ikatannya.
"Lo liat ke samping," titah kila yang langsung diturutin oleh Lisa.
"Lo bisa gapai pecahan beling itu gak?"
"Lisa coba dulu."
Kemudian Lisa menggunakan kakinya untuk mengambil serpihan kaca yang tergeletak di bawah tak jauh dari ia duduk. Perlahan kakinya ia julurkan ke samping dimana kaca itu berada.
Percobaan pertama tak berhasil. Namun ia belum menyerah. Ia yakin pasti bisa mengambil serpihan kaca itu.
"Ayo Lisa kamu bisa!" gumam Lisa menyemangati dirinya sendiri.
Dan percobaan kedua akhirnya ia berhasil. "Alhamdulillah!" serunya seraya bernafas lega.
Setelah berhasil mendapatkan pecahan itu. Lisa menggeser pada Kila menggunakan kakinya.
"Lo berhasil, Lisa. Nggak sia-sia Gus Rafan punya bini kayak lo," ucap Kila memuji keberhasilan Lisa.
"Ayo cepat Kila jangan becanda mulu." Protes Lisa.
"Iya-iya Ning Lisa." Kila terkekeh kecil seraya memulai menggesekkan kaca pada talinya. Tak butuh lama ikatan pun terbuka.
"Yes! Alhamdulillah. Makasih ya Allah," ucap Kila setelah berhasil membuka ikatannya.
Lalu Kila berjalan ke arah Lisa untuk membantu melepaskan ikatan pada Lisa. Seketika ikatan pun terlepas.
Lisa langsung memeluk tubuh Kila dengan erat. "Kila kamu nggak papa, 'kan?" Setelah melepaskan pelukannya dan menelisir tubuh Kila.
"Gue nggak papa tenang aja, pukulan dari Mak lampir nggak ada apa-apanya bagi gue. Gue kan wonder woman," jawab Kila enteng seraya mengedipkan matanya.
"Syukur deh Alhamdulillah."
"Ayo cepat kita keluar!" seru Kila menarik tangan Lisa. Perlahan mereka memutar kenop pintu dan ternyata pintu tidak terkunci dari luar yang membuat mereka tidak menaruh curiga.
Kepala Kila menyembul keluar guna memastikan keadaan luar apakah aman atau tidaknya agar mereka tidak ketahuan nantinya.
"Aman Lis. Yuk keluar," ujar Kila masih memegang tangan Lisa berjalan mengendap-endap. Mata kelincinya menatap sekitar waspada siaga dua. Seperti layaknya film action yang sering Kila liat di drakor- drakor.
"Kok aneh sih. Kenapa gak ada penjaganya?" batin Kila curiga.
Tapi ia tak peduli yang ia pikirkan sekarang hanyalah keluar dari tempat yang menjijikan ini.
Di sisi lain. Seorang Pria duduk di kursi kebesarannya seraya meneguk segelas wine di tangannya. Senyum menyeringai menghiasi wajah tampannya saat menatap lurus ke arah layar monitor terdapat dua wanita berhijab keluar diam-diam dari kamar.
"Kita liat sejauh mana kalian akan berlari. Let's play a game!" desisnya dengan seringai lebar.
Kemudian pria tersebut menekan tombol hp-nya dan menghubungi seseorang disana. "Keluarkan Fletcher dari kandangnya! Kita akan menangkap kelinci kecil yang terlepas." Titahnya mutlak, menyeringai senang.
Fletcher adalah serigala berjenis Northwestren wolf. Merupakan spesies serigala tangguh dan memiliki pergerakan yang sangat agresif di alam liar. Terlihat dari ukuran tubuhnya yang besar serta ketahanan fisiknya yang luar biasa. Hal ini dapat dibuktikan ketika northwestern wolf berburu mangsa.
"Ah! Sudah lama aku tidak bermain dengan hewan kesayanganku."

*****

Rafan dan Aslan telah tiba di lokasi yang dituju. Segera mereka turun dari atas motor. "Kepung tempat ini jangan sampai satupun dari musuh bisa keluar dari tempat ini!" titah Aslan menyuruh anak buahnya. Mereka mengangguk patuh dan segera berpencar ke titik yang telah di tentukan.
Setelah anak buah Aslan sudah bergerak terlebih dahulu. Rafan memerintahkan pada anggotanya juga mengepung di bagian barat dan timur. Earphone yang terpasang di telinga masing-masing dengan pistol berlaras-kan panjang. Satu persatu dari mereka menyebar ke sisi barat dan sebagian di sisi timur.
Sebelum beraksi. Adik ipar dan Abang ipar itu memberi kode dengan menganggukkan kepala tanda siap melaksanakan misi
Aslan berjalan terlebih dahulu bersama beberapa anak buahnya menuju pintu belakang.
"Yang lain ikuti saya," ucap Rafan melangkah maju yang di ikuti oleh anggota yang tersisa. Azam sang panglima ikut dengan Rafan. Sedangkan Anza dan Irul sang sniper sudah berada di posisinya.
"Dari arah barat, 15 orang," ucap Panji di balik earphone.
Rafan bergerak perlahan menuju ke arah barat. Tak luput mata elangnya menatap lurus ke arah sang target yang berjumlah 15 orang. Rafan memberi kode agar semua berhenti dan saat pula mereka membidik kearah 15 orang tersebut dan...
Dor!
Beberapa peluru bersamaan yang berupa obat bius tertancap sempurna pada leher sang target sehingga terjatuh ke tanah. Tidak sulit bagi anggota Grexda untuk melumpuhkan lawannya.
Kemudian Rafan mulai masuk ke dalam bangunan tersebut diikuti beberapa anggota lainnya di belakang. Setelah berhasil masuk, Rafan menyuruh yang lain untuk berpencar mencari kamar di mana istrinya disekap.
"Gue belum bisa menemukan kamar dimana Bubos di sekap," tutur Panji.
"Terus cari!" Rafan berucap sembari melangkahkan kakinya.
"Arah jam dua belas, dua musuh mendekat."
Selang beberapa menit. "Hai! Siapa kalian?!" teriak seorang dari mereka. Lalu menodongkan pistol kearah Azam dan Rafan.
Azam dan Rafan berbalik bersamaan.
"UPS! Ketahuan deh," ucapnya memelas.
Tak berlama-lama, dengan gerakan cepat ...
Dor!
Dor!
Sebelum mereka menarik pelatuk. Azam terlebih dahulu melepaskan pelurunya. "Gitu aja mati." ejek Azam seraya meniup ujung pistol. Lalu ia melanjutkan kembali untuk mencari kamar tempat Lisa dan kila disekap.
Kini Rafan telah berada di ruangan gelap yang berukuran cukup luas tapi tak ada satupun orang didalamnya. Mata elangnya menelisir setiap sudut. Ia kembali melangkah masuk dan saat itu juga lampu-lampu menyala sehingga awalnya gelap kini menjadi terang. Hal yang ia liat seorang wanita terikat di kursi dengan wajah tertutup sehelai kain hitam.
"Bee" Rafan langsung berlari menghampirinya dan membuka kain penutup pada wajahnya.
"Hai! Gus Rafan!" sapa Mely tersenyum lebar pada Rafan. Ternyata bukan Lisa yang berada dibalik wanita itu ternyata sih Mely.
Sret...
"Mana istri saya?" tanya Rafan mencengkram kuat leher Mely.
Mely menyeringai. "Cepat katakan istri saya di mana!!" Tak kunjung menjawab. Rafan kian mencekik lebih kuat sehingga Mely sulit bernafas.
Suara tepuk tangan menggema di ruangan yang berasal dari lantai atas. Rafan yang mendengar suara itu pun langsung berbalik dan mendapati seorang pria dengan stelan hitam, namun ia tidak sendiri melainkan bersama seorang wanita yang selama ini Rafan rindukan.
Rafan menghempaskan tubuh Mely kelantai begitu keras tanpa rasa iba sedikitpun.
Sungguh kasian nasib mu Mely. Nggak dapat cintanya Rafan malah terhempas tak berdaya.
"Hello my friend!" sapanya sembari turun ke bawah dengan Lisa disampingnya. Lisa melihat Rafan ingin berteriak namun ia tak bisa lantara mulutnya tersumpal kain. Ia berharap Rafan bisa membebaskannya.
Detik itu juga tatapan Rafan tertuju pada luka di wajah Lisa. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal hingga buku- buku jarinya memutih. Namun, Rafan tidak boleh gegabah sampai ia bisa menghabiskannya.
"Gue kira Lo nggak datang?" sembari menarik tangan Lisa. Lisa mencoba melepaskan diri tapi itu sia-sia karena tenaganya tak sebanding dengan tenaga pria tersebut.
"Shut up, honey. Aku tidak segan-segan menghabiskan dia di depan kamu!" ancam Pria tersebut. Akhirnya Lisa menurut. "Good job."
Kini ia menatap ke arah Rafan. Lalu ia menyuruh kepada Mely untuk memegang Lisa.
"Lepaskan istri saya!" titah Rafan dengan nada rendah namun tegas.
"Tidak! Sebelum lo membalas perbuatan lo dimasa lalu," ujarnya dengan seringai mengembang.
"Saya tidak pernah melakukan kesalahan apapun dimasa lalu." sargas Rafan tenang.
Mendengar ucapan Rafan yang terlihat santai, membuatnya marah. "KESALAHAN LO SANGATLAH FATAL, RAFAN! KARENA LO! LARAS PERGI JAUH DARI GUE." Murka Pria tersebut- Keyxana Alvaro ketua Jiros.
"Lo udah membuat dia pergi jauh dari dunia ini!" ujarnya menahan amarah.
Mendengar penuturan barusan membuat Lisa kaget atas apa ia dengar. Masa lalu suaminya dengan pria yang telah menculiknya dan satu wanita yang bernama Laras. Entah apa di masa lalu sampai kedua pria itu menyimpan rasa dendam begitu besar.
"Itu semua kesalahan kamu yang membuat dia harus pergi jauh dari dunia ini," terang Rafan menatap manik sebiru laut itu.
"Jadi saya tidak merasa terlibat sedikitpun dalam permasalahan di masa lalu," pungkas Rafan mutlak.
Seketika tangan key mengepal kuat dan terlihat dari urat-urat di lehernya keluar. "Tidak terlibat kata lo?" Dan tanpa aba-aba...
Sret!
Bugh!
Pukulan secara tiba-tiba Key berikan namun detik itu juga Rafan dengan cepat menghindar begitu mudahnya.
"Shiit!"
Key menggeram lantaran pukulannya melesat tanpa mengenai sang lawan.
Rafan juga membalas Key dengan memberikan pukulan tepat di rahangnya sehingga Key tersungkur ke bawah. "Shiit! Lo bakalan mati di tangan gue, Rafan!!" Sembari menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya. Key kembali bangkit. Ia semakin marah sangat terlihat dari wajahnya yang memerah padam.
Dan perkelahian pun tak terhindarkan lagi. Suasana ruangan tersebut di penuhi suara pukulan dan benda tajam. Anggota Grexda yang turut ikut serta melawan semua pengawal yang berjumlah duapuluh orang di sana.
"Sini Lo, om. Lawan gue!" tantang Azam yang bersiap menghajar seorang Pria berbadan gempal di hadapannya.
"Bocah bau ingusan udah belaguk banget, lo," ucap orang itu meremehkan.
Sontak Azam menggeram. "Jangan panggil aku bocil, paman! Namaku Azam. Panggil aku Azam." Jawab Azam lalu menendang kuat perutnya sehingga terjungkal kebelakang.
"Hahaha. Baru juga di tendang udah K'O!" ucap Azam, mengejek.
"Apa gue ketinggalan?" tanya Aslan yang datang tepat waktu setelah ia menendang salah satu musuh yang mau memukuli Azam dari arah belakang.
Azam menoleh. "Thanks."
"Terimakasihnya nanti aja belum waktunya," ujar Aslan kembali menghajar para musuh.
Baku hantam antara dua kubu semakin panas. Ruangan itu kini penuh dengan suara pukulan dan benda tajam.
"Sial!" maki Mely melihat banyaknya orang-orangnya tergeletak di lantai.
Kemudian ia hendak membawa Lisa keluar tapi sebelum itu sebuah tendangan maut ia dapatkan.
"Argh!" jerit Mely di kala seseorang menendangnya kuat.
"Mau kemana lo, Mak Lampir? Jangan harap Lo kabur dari sini!" Pelaku penendangan terhadap Mak lampir eh, Mely maksudnya adalah Kila.
Lalu Kila menghampiri Lisa. "Lo gak papa, 'kan?" tanya Kila memeluk tubuh Lisa.
Lisa mengangguk. "Kila juga gak papa, kan?" tanya balik Lisa.
"Gue gak papa, untungnya gue ketemu sama Abang-Abang baju item," ujar Kila.
Mungkin maksudnya anggota Grexda.
"Awws!" ringis Mely berusaha bangkit.
Kila berbalik kebelakang. "Alah lebay banget, lo. Baru juga gue tendang bukan di smackdown. Ngomong aja sok kuat sekali gue tendang, nangess." ejek Kila dengan gelak tawanya.
"Sial lo! Awas lo yah." Murka Mely dan berniat membalas perbuatan Kila terhadapnya. Belum tangannya menyentuh wajah Kila...
"Arghhh!"
Lisa melihat itu bergedik ngeri. Nafasnya tercekat di kala Kila dengan entengnya mematahkan tangan Mely.
"Itu hadiah dari gue kerena tangan lo udah berani nampar Lisa."
"Dan ini hadiah kedua dari gue kerena tangan kotor lo udah berani nyentuh wajah imut gue!" ucap Kila setelah menampar wajah Mely dua kali.
Kila kemudian berjongkok dengan kaki sebagai tumpuannya. "S-saki-t... aku...mohon... am-phhun," rintih Mely mengadu kesakitan. Sekujur tubuhnya kini mulai terasa sakit.
"Sakit ya, hm?" tanya Kila kemudian menjambak rambut Mely. "Itu yang dirasakan sahabat gue sih Lisa, jadi lo harus merasakannya juga!" desisnya menatap tajam.
"Gue gk bakalan kayak gini sama orang. Sebelum orang itu gangguin gue duluan," ucap Kila menatap tajam pada Mely. "Mangkanya kalau ngelakuin sesuatu dipikirin dulu, baru bertindak. Sekali gue pukul langsung nangess..."
Lisa menghampiri Kila. "Udah kila, cukup. Jangan di teruskan lagi." ujar Lisa menarik Kila dari hadapan Mely yang sudah tak berdaya.
Kila belum puas memberikan pelajaran pada Mely. Dan detik itu juga ...
Bugh!
Satu tendangan berhasil mengenai rahang Mely, hingga Mely tak sadarkan lagi alias pingsan.
"Itu bonus dari gue. Beli dua gratis satu," kata Kila tersenyum puas.
Di sisi lain. Semua pengawal Key tergeletak tak berdaya atau sudah pindah alam. Sedangkan Key sudah babak belur akibat Rafan yang memukulinya dengan membabi buta. Wajah tampannya kini berlumuran darah yang keluar dari hidung, pelipis, seraya mulutnya. Sedangkan Rafan hanya terluka pada bagian sudut bibir dan wajahnya.
"Kamu salah memilih lawan, Key." desis Rafan sembari mencengkram kerah bajunya.
"Kamu telah mengusik milik saya! Maka saya tidak akan membiarkan kamu untuk hidup lebih tenang setelah ini!" tekan Rafan di wajah Key yang berlumuran darah.
Key yang merasa kesakitan pun masih bisa tersenyum sambil menatap Rafan tanpa rasa takut.
"Hahaha ... Gue gk peduli kalau Lo mau bunuh gue sekarang karena Gue udah mendapatkan apa yang gue inginkan..." Key tersenyum lebar, "Oh iya, ternyata bibir istri Lo manis juga, rasa strawberry bikin gue candu." Key dengan gelak tawanya.
Shitt! Rafan mendengar itu, semakin marah lantas ia kembali memukul Key bertubi-tubi. "Saya akan membunuhmu sekarang juga!"
Bugh!
Bugh!
"Gubos!" Cepat-cepat Azam menghampiri Rafan yang sudah tersulut emosi. Sirat kemarahannya semakin besar ketika mendengar pengakuan dari pria dicengkramannya itu.
Bayangan di mana ia telah melecehkan istrinya membuat ia ingin menghabiskannya detik ini juga.
"Gubos! Cukup Gubos!" Dengan sekuat tenaga Azam berhasil menarik tubuh Rafan menjauh dari tubuh Key yang sudah tak bergerak lagi. Entah pria itu pingsan atau sudah berpindah alam baka. Tapi Rafan tak peduli sedikitpun.
Nafas Rafan memburu hebat. Sorot yang lembut kini berganti tatapan membunuh.
"Mas Rafan."
Suara lembut dari Lisa berhasil membuat amarah Rafan meredam. Rafan berbalik dilihatnya wajah ketakutan dari istri kecilnya. Dengan cepat Rafan merengkuh tubuh mungil itu. "Bee." Rafan mengeratkan pelukannya dengan penuh kerinduan. Pecah sudah tangisan Lisa di pelukannya. Ia begitu sangat takut sekali.
Lalu Rafan melonggarkan pelukannya dan mencium seluruh inci wajah Lisa tanpa terlewatkan.
Semua anggota Grexda yang masih ada disana langsung serentak berbalik memunggungi sepasang manusia itu. Mereka memilih melindungi mata suci dari adegan 17+ tersebut. Lain dengan Kila yang tetap menatapnya dengan pandangan iri.
"Ya Allah pengen dicium dan dipeluk," gumam Kila berharap ada yang mau memeluk dirinya.
"Maaf, maafkan Mas, Bee. Maaf karena Mas tidak bisa menjaga kamu." Rafan berucap dan kembali memeluk tubuh Lisa. Ia menghirup aroma yang sangat ia rindukan.
"Ini juga salah Lisa, kalau saja Lisa tidak keluar pasti tidak akan kejadian kayak gini," ucap Lisa yang masih sesenggukan.
Rafan mengusap air mata di wajah istrinya. "Tidak akan lagi ada yang bisa melukai kamu selagi Mas berada di samping kamu, Bee." ucapnya seraya memeluk tubuh Lisa lagi.
Azam tak sengaja melihat ke arah Key yang masih bergerak dan mengambil sesuatu dari sakunya. Sontak mata Azam melotot sempurna.
"GUBOS, AWAS!"
Detik itu juga ...
Dor!
Melihat itu, Key tersenyum puas. Kemudian ia mengarahkan pistol kepada kepalanya, lalu ia menarik pelatuk untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
"Tunggu aku Laras, aku segera bertemu denganmu."
Dor!

PESONA GUS  ( SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang