42. Izin pergi

61.8K 3.5K 212
                                    

Hujan deras senantiasa mengguyur  ibu kota Jakarta sampai menjelang pagi hujan pun tetap abadi di tempatnya.

Walaupun di luar hujan tak sedikitpun mengganggu sepasang manusia yang terlelap dibalik selimut tebal. Akibat aktifitas semalam yang menguras banyak tenaga sehingga dua makhluk Tuhan itu tak terusik sama sekali.

Hujan-hujan begini bawaannya ingin tidur di atas kasur empuk, guling sebagai pelukan dan selimut penutup tubuh. Hawa dingin kian menambah sensasi tidur semakin bertambah lebih nyaman. Apalagi di peluk sama ayang.

Tak lama dari itu pergerakan kecil terlihat di atas kasur besar yang dimana Lisa terbangun dari tidurnya.
Perlahan mata bulatnya mengerjap kecil berusaha menyesuaikan penglihatannya. Hal pertama ia lihat pemandangan wajah tampan, rahang tegas, hidung mancung, alis tebal kehitaman dan tak lupa kumis tipis berjejer rapi di bawah hidungnya.

Ummat nabi Muhammad cuman mendapatkan serpihan udah ganteng kayak gini apalagi Baginda Rasulullah Saw. Tak terbayangkan tampan nya rasul kita. Allahumma sholli ala  Muhammad.

Lanjut.

Wajah Lisa memerah saat mengingat kejadian tadi malam dimana ia memberikan mahkota berharganya kepada sosok pria yang kini bergelar menjadi suaminya.

Tangannya terulur guna mengusap lembut wajah damai Rafan yang masih tertidur. Jari mungilnya aktif bermain dari dahi, turun kehidung, hingga mencapai bibir tebal berwarna pink muda yang sering mencium bibirnya.

Lisa terkekeh kecil disaat ia mengapit hidung mancung Rafan. Sampai membuat sang empu melenguh kecil.

"Eugmm"

Buru-buru Lisa menarik tangannya dan memilih tidur lagi. Mata Rafan terbuka sempurna. Cowok itu sebenarnya sudah bangun sedari tadi  cuman ia membiarkan gadis kecilnya bermain dengan wajahnya.

Senyum tipis diwajahnya saat melihat mata bulat itu bergerak-gerak menandakan gadis kecilnya tidak benar-benar tidur.

Terlintas di pikirannya sebuah ide untuk mengerjai istri kecilnya. Ia memajukan wajahnya di telinga Lisa.

"Mau mengulangi tadi malam?" bisik Rafan dengan suara seraknya. Suara yang membuat bulu kuduk berdiri.

Ya Allah suaranya! Batin Lisa.

Tidak ada jawaban dari sang empu. Rafan menghujani wajah Lisa dengan ciuman. Dari pipi, hidung dan bibir kecil itu tak luput dari serangan Rafan.

"Eugmm!" Lenguh Lisa. Ia merasa geli karena benda kenyal itu terus-terusan menyerang wajahnya.

Ia tarik selimut untuk menutupi wajahnya agar terhindar dari serangan Rafan. Tangan kekar Rafan membuka selimut dari wajah Lisa, "mulai nakal!"

Lisa mengintip dari kelopak matanya dan tersenyum kikuk. "Maaf."
Sembari memperlihatkan lesung pipinya.

"Tidak ada kata maaf bagi pengganggu kecil!" ucap Rafan tersenyum smirk.

Hal itu sontak membuat bulu kuduk Lisa merinding. Melihat wajah Rafan seperti singa yang siap menerkam mangsanya, "M-mas mau ngapain?"
Saat Rafan menyusup ke dalam selimut.

"Hahahaha... Mas geli." Lisa tertawa keras lantaran Rafan menggelitik perut ratanya.

Kepala Rafan menyembul dari selimut membuat jarak antara keduanya tipis sehingga nafas hangatnya menerpa wajah Lisa. Dahi keduanya menyatu saling memejamkan mata menikmati hembusan nafas saling bertukar satu sama lain.

"Kita mandi yuk, Bee," ajak Rafan.

Apa? Kita? Maksudnya mandi bareng gitu? Pikir Lisa.

"Maksud Mas, mandi berdua gitu?" tanya Lisa. Yang di anggukin Rafan.

PESONA GUS  ( SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now