Chapter 17 - Ada yang lain

63 25 5
                                    

Masen

Aku kira bisa menemukan jalan terbaik untuk menggapai Nevara setelah memutuskan Shifia. Nyatanya jalan masih saja tertutup untukku. Andai Nevara juga sama-sama berjuang mungkin beban di dalam diriku akan semakin ringan. Jika saja saat Nevara menagih janjiku yang dulu dan aku menyanggupinya kemarin-kemarin dan sedikit bumbu berbohong mungkin tidak akan sesulit ini. Ya, meskipun belum tentu juga perjalanan kami tetap mulus. Bisa saja Nevara merasa lebih kecewa atas kebohonganku. Tapi satu hal yang pasti bahwa tidak semua orang siap mendengar sebuah kejujuran.

Hadirnya Richard ditengah-tengah kami adalah sebuah batu sandungan. Ia sedikit banyak menghalangi jalanku untuk Bersatu dengan Nevara. Tapi coba pikir lagi, semua yang kita inginkan tanpa adanya hambatan rasanya mustahil. Kita hanya harus lebih kuat dan sabar lagi dari biasanya. Apalagi ini masalah perjuangan untuk mendapatkan teman seumur hidup. Meski begitu aku berterima kasih kepada Richard telah menyelamatkan Nevara dari tuduhan Ayah dan Ibuku.

Ngomong-ngomong tentang Ayah dan Ibuku yang memintaku untuk membujuk Shifia tampaknya tidak akan berhasil. Belakangan aku mencoba menghubungi wanita itu namun mulai sering diabaikan. Jangan salah paham dulu, jangan kira aku akan menuruti kemauan kedua orang tuaku untuk kembali bersama Shifia. Tapi aku bermaksud membicarakan pembatalan pernikahan kami. Karena ini sudah jauh-jauh hari direncanakan dan akan dibatalkan secara mendadak artinya kami harus membayar penalti atas Kerjasama kami yang batal terhadap pihak Wedding Organizer. Rasanya tidak enak jika aku mengatakan pembatalan itu secara sepihak karena sedikit banyaknya adalah uang jerih payah kedua orang tua dan juga kami yang telah dikeluarkan untuk membangun pernikahan impian walau tak jadi diselenggarakan.

Beberapa hari yang lalu aku sudah bisa keluar dari rumah sakit. Jadi saat ini aku mulai mengintai wanita itu. Terdengar seperti aku yang tidak ada kerjaan. Tapi aku benar-benar butuh kejelasan. Karena kemungkinan besarnya adalah, aku akan tetap melangsungkan pesta namun hanya untuk orang-orang yang tidak mampu agar tetap mendapat hiburan dan makanan enak. Ya setidaknya hal itu lebih baik, walau tetap saja orang tuaku akan tetap malu karena anak bohongannya ini batal menikah. Baik lupakan saja hal itu.

Hal yang paling menyebalkan lainnya adalah secara mendadak Shifia menghindariku. Padahal kemarin aku sudah bilang bahwa setelah putus kita bisa menjadi teman. Ternyata hal itu tidak bisa terealisasi. Karena saat aku ingin menemuinya di kantor beberapa kali selalu saja ditolak resepsionis. Ia bilang Shifia sedang berada proyek di luar kota.

Dan kini aku melihatnya bersama seorang pria. Hal itu tak membuatku cemburu sama sekali. Justru aku senang dan lega melihatnya tersenyum lagi dengan tulus dan tanpa terasa terbebani. Pria itu bahkan merangkulnya dan Shifia tidak risih sama sekali. Artinya wanita itu sudah ada di titik nyaman. Walaupun kemungkinan terburuknya wanita itu sudah berselingkuh sejak lama saat kami bersama dulu, aku tidak merasa dikhianati. Malah aku merasa bersyukur. Setidaknya satu bebanku berkurang. Walaupun rasanya harga diriku merasa diinjak-injak.

Aku yang sejak tadi berdiam diri di dalam mobill mengawasi Shifia setidaknya membuahkan hasil. Ku potret kemesraan wanita itu yang sedang berjalan menuju sebuah kafe yang tak jauh dari kantornya. Ku kirim foto tersebut kepada kedua orang tuaku bahwa sebaiknya mereka tidak perlu lagi berharap Shifia menjadi menantunya. Cukup sudah, tidak perlu mengemis-ngemis lagi. Memangnya Wanita baik-baik itu hanya Shifia, tentu saja banyak. Jadi aku memutuskan pergi daripada harus berhadapan dengan orang yang sudah tidak menganggap dirimu ada.

*****

"Nev sini dulu. Enaknya kita makan malam apa hari ini? Sup iga sapi atau Sup Bayam saja?" pertanyaan Richard membuat Nevara sedikit meringis. Mengapa bisa pria itu membuat pilihan yang layaknya bumi dan langit. Oke ralat, mungkin dia bingung antara menjadi karnivora atau herbivora.

Nevara dan Richard kini berada di sebuah mall di dekat apartemen mereka. Sebagai seorang tetangga yang merangkap menjadi seorang teman kerja membuat mereka semakin dekat saja. Semua orang yang melihatnya berbisik-bisik. Dan dengan bodohnya mereka berkata dengan suara yang cukup keras entah disengaja atau tidak. Yang jelas Nevara dan Richard punya telinga untuk mendengar.

'Woah mereka siblings goals!'

'Mereka suami istri yang serasi'

'Ya ampun...pengen deh kompak gitu sama pacar bisa belanja bareng!'

Tentu saja Richard maupun Nevara hanya geleng-geleng kepala sambil tertawa kecil. Masalahnya tebakan orang-orang asing itu sungguh meleset dengan kenyataan. Tapi dalam hati kecil seorang Richard mengamini jika suatu saat mereka mampu dan bisa ke jenjang yang lebih serius. Rasanya ia juga jadi ikut menghayal bisa menjalani rutinitas belanja bersama Nevara setiap bulannya.

Setelah Richard menenangkan Nevara pasca kejadian tuduhan orang tua Masen. Hal tersebut membuat sudut pandang Nevara berubah pada Richard. Kini di mata Nevara Richard itu orang yang menyebalkan tapi ia baik. Lagipula dia juga tak melihat pergerakan Masen yang mendekatinya lagi. Nevara cukup tahu bahwa pria seperti Masen itu adalah tipikal yang tidak tegas jika ia kembali bersama Shifia.

'Oh come on guys...seorang Perempuan yang memutuskan duluan tapi si pria yang memintanya kembali. Rasanya terlalu bucin! Ewh!' begitulah penuturan kata hati dari Nevara.

"Gimana kalau kita masak sop iga," jawab Nevara atas pertanyaan Richard sebelumnya. . Karena kini mereka memutuskan untuk sharing makanan. Jadi, katanya agar makanan tidak mubazir mereka memutuskan untuk menjadikan urusan perut Richard dan Nevara menjadi satu dapur. Toh tempat tinggal mereka ternyata hanya berbeda unit saja. Jadi mudah untuk mereka memutuskan akan makan apa dan dimana. Meskipun sudah dipastikan bahwa memasak di apartemen Perempuan akan lebih baik. Tapi jangan salah justru yang memiliki kitchen set adalah Richard.

Lalu saat mereka berada di bagian olahan daging tanpa sengaja mereka akan mengambil daging yang sama dengan pasangan lainnya. Tentu saja mereka sedikit terkejut.

"Shifia!?" panggil Richard dan Nevara secara bersama-sama. Namun orang yang dipanggil tidak menyadarinya sama sekali. Nevara dan Richard saling berpandangan. Tanda bahwa mereka memikirkan hal yang sama.

Dari sini Nevara merasa kesal. Jika keadaan yang sebenarnya seperti ini, mengapa ia yang harus menjadi korban. Maksudnya, nama baiknya sudah tercoreng karena tuduhan orang tua Masen bahwa dialah penyebab kandasnya hubungan antara Shifia dan Nevara, Padahal Shifia sendirilah yang main belakang. Ia kira perempuan itu baik, karena sudah mau merelakan tunangannya sendiri pada orang lain. Padahal itu semua hanya alibi.

Richard yang melihat hal yang sama dengan Nevara juga merasa kecewa. Ia tidak tahu menahu bahwa secepat kilat sepupunya sudah dengan cepat milik pria lain setelah Masen. Jika tahu begini, akan ia bela Nevara kemarin saat mendapat tuduhan seperti itu.

"Lalu bagaimana dengan Masen sekarang?"

Demi seluruh gunung dan lautan yang ada di bumi ini. Mengapa Nevara masih sempat-sempatnya untuk memikirkan nasib si pria lemah yang tak berdaya itu, disaat dirinya juga menjadi seorang korban.



Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hopeless Romantic [PRE ORDER NOW]Where stories live. Discover now