Chapter 15 - Sebuah Kejelasan

82 27 4
                                    

Nevara

Rasanya aku mulai tersingkirkan setelah kedatangan wanita yang bernama Shifia. Seingatku, aku tidak memberitahukan kepada siapapun tentang keadaan Masen. Begitu Pula dengan pria itu. Maasen bahkan belum membuka ponselnya sejak tadi malam. Hanya satu orang yang memungkinkan telah memberikan informasi kepada wanita yang tidak dikenal. Aku kini berdiri mematung dan membiarkan Shifia untuk duduk disamping Masen. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Saat ku ingat-ingat, bukankah Shifia itu adalah tunangannya Masen. Jika sudah seperti ini sebaiknya aku pergi. Toh sudah ada yang mau menunggu Masen menggantikan posisiku.
Baru saja aku membalikan badan untuk membuka tirai, terdengar suara menginterupsi pergerakanku. "Mau kemana? kayaknya ada yang bakalan kita omongin. Jadi, please stay here..." suara masen yang masih serak membuatku jadi tak tega meninggalkannya. dasar orang ga enakan kaya aku memang bakal susah untuk konsisten. tapi tunggu sebentar, tadi masen bilang apa, Kita? Maksudnya siapa sih.

Aku mulai menatap dua sejoli itu dengan bergantian. Namun aku mulai memusatkan pandanganku terhadap kedua tangan mereka. ternyata cincinnya sudah hilang. Mereka putus? Sejak kapan?

Nampaknya Shifia menangkap arah pandangku dan mengerti isi hati dan pikiranku saat ini. "Saya sama Masen sudah memutuskan buat membatalkan pernikahan kami. Jadi kalau kamu mau sama Masen sungguh dipersilahkan."

Oh god! Kenapa Masen seperti piala bergilir. "Kamu salah paham. Saya sama Masen ga ada apa-apa." aku mulai mendudukan diri di tepi kasur dekat kaki Masen.

"Tapi Masen cintanya sama kamu," Shifia mengulas senyum tulus padaku. Rasanya hal itu tidak perlu diragukan lagi. Aku kira saat ini akan ada adegan dimana aku dilabrak dan dijambak karena rumor kemarin. Tapi Masen yang sedang dibicarakan masih terdiam membisu.

"Kalian putus bukan gara-gara saya kan?"

"Bukan. Jadi kamu tenang aja. Saya titip Masen. Dia kelihatannya kuat, tapi you can see. he isn't." dia menggenggam tanganku dan mengusapnya secara perlahan.

"Pernikahan kita hampir 70 persen rampung. Kalau kamu mau, saya belum batalin ke WO-nya. Masih ada waktu kalau kamu mau ubah sesuai dengan—"

"Bentar, kamu ngomong apa sih. Aku ga cinta sama Masen. Bukan karena saya membenci dia. Tapi, saya memang udah ga percaya cinta."

"Memangnya kamu pikir saya sama Masen memutuskan menikah karena cinta?" Shifia menggelengkan kepala. "Saya tahu bahwa cinta itu ada masanya. Tapi kita dulu sempet berkomitmen. Jadi coba buka dulu hati dan pikiran kamu. Gitu-gitu dia setia tau!" wanita itu terlihat menahan tawa karena kata-katanya sendiri. "Sorry ya Sen, aku jadi berasa SPG yang harus promosiin kamu biar laku."

"Jangan dipaksa Shif. Nanti dia malah jadi kabur. Pelan-pelan aja," Masen tersenyum kepadaku. Lantas aku menundukkan pandanganku. Kenapa harus kaya gini sih?

"Wow! I hear a nice or bad topic here?"

"Richard!" Shifia memanggilnya. Berarti benar dugaanku bahwa mereka saling kenal.

Jadilah kita semua harus berdesak-desakan di sini. Yang benar saja! Apalagi ini di rumah sakit. Ini tidak boleh dibiarkan. Apa perlu aku mengusir mereka semua? Tapi sepertinya harus Masen sendiri yang melakukan ini. Akan terasa aneh jika aku yang melakukannya.

"Kenapa bukan masuk dari tadi malah menguping?" tanya Shifia pada Richard.

"Kalian sepertinya sedang membicarakan hal yang serius tapi nampaknya aku tidak suka idemu itu!" Richard memandang Shifia tak suka.

"Tunggu sebentar! Kalian saling kenal?" tanyaku dengan penuh selidik.

"Dia sepupuku," jawab Richard dengan enteng,

Hopeless Romantic [PRE ORDER NOW]Where stories live. Discover now