Chapter 6 - Pelatih yang Karismatik

104 37 2
                                    

Di sebuah sudut lapangan olahraga yang luas di Global Ascendence School, suara tawa riang anak-anak terdengar bercampur dengan keriuhan mereka yang sedang bermain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di sebuah sudut lapangan olahraga yang luas di Global Ascendence School, suara tawa riang anak-anak terdengar bercampur dengan keriuhan mereka yang sedang bermain. Di tengah-tengah aktivitas tersebut, seorang pria muda dengan postur atletis dan wajah yang ramah tengah memberikan instruksi kepada sekelompok murid yang antusias.

Inilah Masenandika Tjondro, sosok pelatih olahraga yang mengundang perhatian seketika begitu Nevara mengamati kegiatannya.

Jodoh memang tak lari kemana. Memang pepatah itu benar adanya. Sempat takut tak bisa bertemu masen kembali, ternyata pertemuan tak sengaja beberapa hari yang lalu adalah awal kalimat pada kisah mereka. Setelah kisah mereka tergantung terlalu lama.

Pasca selesai rapat kemarin, banyak guru dan anak-anak yang membicarakan soal guru dan pelatih ekstrakulikuler baru. Reputasi karismatik Masen telah mencuat dan menarik perhatian banyak orang, termasuk dirinya.

Nevara amati perawakan pria itu sekarang. Rambut hitamnya yang rapi, sorot matanya yang tajam, dan senyumannya yang ramah memberikan kesan profesionalisme dan keterlibatan yang kuat terhadap murid-muridnya. Ketika dia memberikan instruksi, anak-anak sepertinya begitu antusias dan bersemangat untuk mengikuti setiap gerakan yang dia tunjukkan.

Nevara melihat dengan penuh kagum bagaimana Masen dapat dengan mudahnya berkomunikasi dengan anak-anak ini, mengajarkan teknik-teknik olahraga dengan penuh semangat dan kesabaran. Dia tidak hanya menjadi pelatih, tetapi juga seolah menjadi teman dan panutan bagi murid-muridnya. Kehadirannya di lapangan olahraga membawa energi yang menyenangkan dan inspiratif.

Tidak hanya itu, gaya berpakaian Masen juga mencuri perhatian. Meskipun berada di lapangan olahraga, dia selalu tampil modis dengan paduan pakaian yang stylish dan fungsional. Hal ini menunjukkan bahwa dia memiliki citra yang kuat sebagai sosok yang berdedikasi terhadap olahraga dan penampilan.

Meskipun Nevara belum memiliki kesempatan untuk berbicara langsung dengan Masen, tetapi kesan yang dia dapatkan dari jauh membuatnya perasaannya kembali berdesir. Dalam dunia yang dipenuhi oleh berbagai kepribadian dan karakter, kehadiran Masen adalah seperti angin segar yang membawa semangat baru. Nvera menginginkan interaksi lebih lanjut, mengungkap sisi pribadi yang lebih dalam dari pelatih yang begitu menarik perhatiannya ini.

Padahal di balik sosok pelatih olahraga yang karismatik dan bersemangat, Masenandika Tjondro menyimpan latar belakang yang penuh dengan perjuangan dan keberanian. Seperti banyak orang di sekolah tersebut, tidak tahu betapa kompleksnya perjalanan hidup pria ini. Beruntungnya ia bisa dengan cepat memiliki kesempatan untuk bekerja sebagai pelatih olahraga di Global Ascendence School. Setelah beberapa saat yang lalu ia melihat lowongan kerja disebuah platform media sosial. Hal ini ia manfaatkan sebagai peluang untuk mengejar gairahnya dan membebaskan diri dari bayang-bayang masa lalunya.

Awalnya mungkin hanya iseng saja dan ia sempat tidak percaya diri. Bagaimana tidak, ia tidak memiliki latar belakang pendidikan sebelumnya, ditambah ia belum pernah mengajar sama sekali. Tapi ternyata memanng rezeki tidak akan tertukar. Sebagai orang yang memiliki latar belakang seorang pemenang tentu sjaa memperbagus Curiculum Vitae dirinya.

Kadang ia merasa tidak rugi dibesarkan di keluarga yang menntutnya sempurna. Toh ia juga mendapatkan fasilitas yang tidak kaleng-kaleng. Ia sering menjuarai seni bela diri, basket, renang sampai memanah. Orang tuanya bahkan memberikannya pelatihan secara private dan dimasukan ke dalam club ternama. Jadi dulu setelah pulang sekolah ia sama sekali tidak bisa bermain. Sesesak itu memang perjalanan hidupnya, tapi setidaknya Masen masih dapat mengambil hikmah.

Namun, bagian terdalam dari Masen masih terus membawanya menghadapi ketidakamanan dan keraguan. Dia merasa bahwa dia harus membuktikan nilai dan identitasnya kepada dunia, dan terutama kepada dirinya sendiri. Meskipun dia terlihat percaya diri di depan orang lain, dalam dirinya masih ada luka-luka yang belum sembuh dan keinginan untuk menemukan arti yang lebih dalam dalam hidupnya.

*****

Suasana di Global Ascendence School terasa segar dan penuh semangat. Nevara telah menghabiskan beberapa minggu sebagai guru seni di sekolah ini, menjalani rutinitas sehari-harinya dengan antusiasme dan tekad yang tinggi. Dia berinteraksi dengan murid-murid yang penuh semangat dalam belajar seni, dan dia merasakan kepuasan ketika bisa berbagi pengetahuan dan keterampilannya kepada mereka.

Namun, ada satu sosok yang secara khusus telah menarik perhatiannya: Masenandika Tjondro, sang pelatih olahraga yang karismatik. Setiap kali Nevara melihatnya mengajar dan berinteraksi dengan para murid di lapangan olahraga, dia merasakan getaran energi yang tak tertahankan. Meskipun dia belum pernah berbicara langsung dengannya, pesona alami Masen telah mengambil tempat di benaknya.

Suatu hari, Nevara mengambil langkah maju yang berani. Dia telah mengambil inisiatif untuk menghampiri Masen di lapangan olahraga ketika sedang istirahat sesi latihan. Hatinya berdebar kencang, tapi dia memaksakan diri untuk tetap tenang dan percaya diri. Ketika dia berdiri di dekatnya, dia merasakan adrenalin memancar dalam dirinya.

"Masen?" Nevara akhirnya memulai percakapan dengan suara lembutnya.

Masen yang sedang meneguk air minum, terkejut sedikit saat mendengar suara itu, lalu memalingkan pandangannya dengan senyuman yang hangat. Jantungnya bertalu begitu kencang, sampai dirinya tidak dapat mengendalikan diri.

Nevara meneguk ludahnya dan mencoba menahan gugupnya. "Do you remember me?"

Wajah Masen menunjukkan kekaguman yang tulus. "Kamu ingin jawaban apa dariku?"

Nevara sedikit tidak percaya diri mendengar pertanyaan dari Masen. Sepertinya ia harus mengurungkan niatnya untuk bernostalgia. Sepertinya tidak baik jika mereka terlihat berdua di tempat kerja. Apa harus Nevara berbalik dan mengurungkan lagi niatnya. Ia malu, ia kira Masen akan senang bertemu dengan dirinya.

Masen melangkah mendekat ke arah Nevara. Berdiri tepat dihadapannya dan sedikit menunduk "Pertanyaan yang bagus. Tapi aku yakin, bukan itu yang ingin kau dengarr dariku,"

Nevara merasa bingung dengan kata-kata Masen dan cara dia berbicara rasanya ia terlalu berbeda dengan Masen yang dulu ia kenal. Nevara mendongkakan kepala untuk bisa melihat ekspresi wajah Masen agar ia bisa membaca pikiran Masen. Tapi ia masih belum bisa menarik kesimpulan.

Masen mengangguk. "Tentu saja aku mengingatmu. Kamu adalah Kenangan terindah bagi saya yang tidak bisa saya lupakan."

Nevara mengerutkan keningnya dan bergumam dengan lirih namun masih bisa masen dengar, "Hanya kenangan?"

Masen menunjukkan, tangan kirinya ke samping wajahnya. Terlihat sebuah cincin perak yang tersemat di jari manisnya. "Saya rasa, saya tidak bisa terlalu percaya diri. Tapi...saya tahu isi pikiranmu," lalu ia menurunkan tangannya kembali. "Maaf kisah kasih kita memang hanya sebatas saat itu."

Nevara memundurkan langkahnya. "Kamu tidak menepati janji—"

"Kamu kira saya mau bertunangan dengan wanita yang tidak saya cintai? Andai saat itu bisa memilih—"

"Kamu yang bilang bahwa saya harus percaya cinta! Tapi kamu sendiri yang membuat saya percaya bahwa mustahil untuk saya bisa merasakannya!" Nevara mulai menitikan air matanya.

Tiba-tiba suara bariton menginterupsi pembicaraan antara Masen dan Nevara, "Berani-beraninya kamu membuat seorang perempuan menangis!"

Tiba-tiba suara bariton menginterupsi pembicaraan antara Masen dan Nevara, "Berani-beraninya kamu membuat seorang perempuan menangis!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hopeless Romantic [PRE ORDER NOW]Where stories live. Discover now