Chapter 3 - Richard

229 47 3
                                    

"Chanyasta Annarichard berhenti untuk bermain-main! Cepatlah pulang

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

"Chanyasta Annarichard berhenti untuk bermain-main! Cepatlah pulang. Dalam waktu tiga hari kamu masih belum berada di Jakarta, semua koleksi alat musikmu akan Ibu lelang di pasar malam!" begitu titah ibu ratu yang sudah mewanti-wanti anaknya untuk segera pulang dari tour keliling dunianya. Sontak saja teriakan ibunya itu membuat ia menjauhkan telepon genggam yang dia genggam dari telinganya.

Pupus sudah harapanku bisa berkeliling dunia.

Padahal ia baru saja menginjakkan kakinya di negara kesepuluh yaitu Italia. Baiklah, mari kembali ke mode anak yang berbakti. Ia tahu betul bahwa ibunya tidak main-main dengan ucapannya. Padahal anaknya ini begitu humoris tapi mengapa memiliki ibu yang begitu serius, sungguh sangat bertolak belakang.

"Oke! Aku akan segera memesan tiket pesawat untuk pulang, Bu."

Richard kemudian menutup sambungan teleponnya dengan segera. Ia kini sedang asik memakan pizza di kamar hotelnya. Di Dalam ruangan yang tidak begitu besar itu ia huni seorang diri. Richard sedang memindah-mindahkan saluran tv di hadapannya secara acak. Ternyata sama sekali tidak ada yang menarik di matanya. kemudian ia menghempaskan dirinya ke atas kasur. Pizza dalam kardus kecil yang tadi ia makan juga sudah tandas masuk ke dalam perut.

Richard memejamkan matanya, bukan karena ia mengantuk. Hanya saja perjalanan ini terasa hampa yang menjalar sampai ke sanubarinya. Perjalanan ini memang sungguh berkesan. Patut disyukuri atas nikmat yang Tuhan berikan selama ini atas hidupnya. Tapi mengapa ada beberapa hal yang membuat dirinya benar-benar dirundung pilu. Disaat semua orang mungkin akan menganggap kehidupannya yang nyaris bak negeri dongeng yang happily ever after bahkan sebelum menikah.

Berbicara soal menikah memuat smirk seorang Richard terbit. Ia benci jika dirinya mellow secara tiba-tiba. Bagaimana biasa ingatnya begitu jelas mengenai seorang wanita yang hanya sekilas ia temui tapi begitu terkesan sampai ia tidak bisa move on selama bertahun-tahun.

Please Richard jangan kepikiran dia mulu! Masih banyak wanita yang antri di luar sana buat mau jadi pacar kamu.

Sialnya, bibir Richard selalu mengumandangkan doa jika telah menunaikan ibadahnya. Bahwa ia ingin bisa bertemu lagi dengan wanita itu walau kemungkinannya kecil. Tapi bukankah Tuhan adalah sutradara kehidupan terbaik. Lantas untuk apa ia risau, yang ia tahu pasti bahwa ia masih harus bersabar dan berdoa.

Ia kembali raih handphone nya dan melihat jadwal jam penerbangan tercepat yang bisa ditumpangi untuk besok. lagipula dia tidak mungkin sekarang pergi ke bandara karena di Italia sudah menunjukan waktu jam 10 malam. setelah mendapatkan jam penerbangan yang cocok segera ia pesan tiket tersebut walau harus merogoh kocek lebih besar karena ia memesannya secara mendadak.

Richard rasa acara yang diadakan oleh keluarganya tidak begitu penting untuk ia hadiri. Lagi pula acara ulang tahun sekolah yang didirikan oleh sang Ibu tidak perlu melibatkan dirinya. Ia yakin acara yang disebutkan ibunya tersebut hanyalah sebuah alibi. Ia tahu betul bagaimana ibunya. Arianna Huffington Setiawan, wanita paruh baya yang menjadi panutannya sejak kecil memang sosok yang sangat gigih. Termasuk mengenalkan beberapa wanita yang bekerja di bawahnya untuk menjadi menantunya.

Saat Richard tanya, mengapa Ibunya begitu terobsesi ia untuk menikah dan sang ibu menjawabnya dengan jawaban yang tidak begitu ia pahami.

"Kita pernah kehilangan satu anggota keluarga. Setidaknya biarkan ibu menambahnya lagi melalui pernikahanmu."

Padahal Richard merasa hidupnya masih terbilang cukup baik-baik saja menjadi anak semata wayang. Tapi orang tuanya masih saja merasa kurang. Sering sekali ia melihat ayahnya, Richard Branson Putra menyumbang ke panti asuhan yang berbeda-beda setiap bulannya. Entahlah, Richard masih belum paham sama sekali padahal ia adalah anak yang cukup baik, berprestasi dan multi talenta. Jangan lupakan bahwa parasnya yang rupawan membuat teman-temannya sampai insecure.

Mengapa semakin dewasa semakin complicated hidup ini. Padahal orang tuanya masih rukun dan harmonis, masih hidup dalam satu atap. Harta? Jangan ditanya. Keluarganya bahkan memiliki banyak sekolah swasta yang didirikan di berbagai kota. Jadi hartanya mungkin cukup untuk tujuh turunan kalau kata orang-orang indonesia.

Apa mungkin rasa ketidak tenangan ini berasal dari dirinya yang terlalu percaya diri. Bahkan HRD tempat sebelumnya ia bekerja sebelum memutuskan resign dan keliling dunia mengatakan bahwa dia memiliki star syndrome. Hal itu membuat orang-orang dibuat risih dengan kelakuannya padahal ia tidak salah. Hanya saja seperti yang kita tahu bahwa netizen saman sekarang itu merasa maha benar.

Saat akan kembali memejamkan matanya ia dikagetkan dengan suara petir yang menyambar. Richard langsung bangun dari tidurnya dan bergegas menutup hordeng kamar hotel yang tadinya ia buka saat melihat pemandangan kota yang begitu indah.

Jantung Richard masih berdegup kencang. Sekelebat cahaya yang tadi membawanya kembali pada sebuah perpisahan antara ia dan pujaan hatinya. Dari situlah Richard membenci hujan. Ia kira tidak menemukan hujan dalam perjalanannya di musim kemarau ini.

Apakah ini sebuah pertanda bahwa tuhan akan membawamu kembali padaku?

Seumur hidupnya ia tidak pernah trauma dengan kegelapan dan kilat cahaya yang menyambar tapi hari itu masih terekam jelas di ingatannya. Ia bukanlah orang pelupa, bukan juga memiliki daya ingat fotografis. Tapi kejadian itu rasanya seperti baru kemarin. Tolonya Richard yang masih mengharapkan orang yang mungkin saja hatinya sudah berlabuh kepada pemiliknya.

Saat itu semua orang sudah membawa lampion untuk diterbangkan tapi cuaca tidak bisa ditebak. Hujan turun begitu saja. semua orang berteduh dan otomatis semua lampion padam. Karena semua orang panik otomatis Richard terpisah dari dua kawan yang baru ditemuinya. Penglihatan Richard cukup jelas walau dibawah guyuran hujan di malam hari. Awalnya ia senang bisa menemukan teman baru satu trip-nya itu, tapi saat hendak menyapa justru pemandangan yang ia lihat begitu memilukan. Wanita itu sedang bertukar salivary di bawah pohon rindang di ujung jalan. Sialnya wanita itu membalas apa yang dilakukan sang lelaki padanya. Lalu saat petir menyambar pagutan mereka terlepas. Tapi anehnya Ricard masih tetap melangkah ke arah mereka dan berpura-pura tidak melihat kejadian tersebut.

Dasar pengecut!

Richard tidak meminta kepada tuhan agar waktu bisa berputar kembali dan ia akan mencegah hal itu terjadi. Tapi justru ia meminta kesempatan sekali lagi untuk bertemu dengannya dan mencegah hal itu terjadi lagi. Ia hanya harus berjuang di garis yang telah ditentukan. Jangan terlalu gegabah dan ingat, proses tidak akan menghianati hasil.

Sesuatu yang akan menjadi milikmu tidak akan melewatkanmu apalagi tertukar dengan yang lain.

Baiklah Richard tidak ada yang bisa menandingi keistimewaanmu, saat itu mungkin saja wanita itu sedang khilaf.

Baiklah Richard tidak ada yang bisa menandingi keistimewaanmu, saat itu mungkin saja wanita itu sedang khilaf

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
Hopeless Romantic [PRE ORDER NOW]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin