Chapter 2 - Masen

244 61 7
                                    

"Besok-besok ga perlu lagi kamu bantu-bantu di Puskesmas! Malu-maluin Bapak aja! Kita itu keturunan ningrat masa kerjaan kamu ya cuma gitu-gitu aja Sen!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Besok-besok ga perlu lagi kamu bantu-bantu di Puskesmas! Malu-maluin Bapak aja! Kita itu keturunan ningrat masa kerjaan kamu ya cuma gitu-gitu aja Sen!"

Perkataan sang Ayah begitu menusuk hingga menghunus jantungnya. Pria bernama Masenandika Tjondro yang dibesarkan di dalam sangkar emas itu tidak merasakan kebahagiaan sama sekali. Mungkin orang-orang akan bertanya, Ayah mana yang begitu kejam mengatakan hal itu kepada anaknya sendiri. Tentu saja ada, karena Masen hanyalah anak yang angkat dari pasangan Raden Mas Tjondrolukito dan Ayu Ratu Indra Dewi. Tapi tentu saja semua orang tidak ada yang tahu fakta tersebut.

Masen kini berada di sebuah tepi danau seorang diri. Sambil menikmati detik-detik menjelang sang surya tenggelam di ufuk barat. Suasana hatinya sedang tidak menentu akhir-akhir ini. Seringnya Masen ingin sekali kabur dan melarikan diri dari kehidupan yang penuh kepalsuan ini. Mengapa harus dia yang menjalani peran sebagai anak yang begitu dituntut untuk sempurna, disaat anak kandung Ayah dan Ibunya memiliki keistimewaan tersendiri dan tidak dipublikasikan kepada dunia.

Masen lampiaskan amarahnya kepada sebuah batu yang dilempar ke dalam danau. Ia sudah tidak sanggup lagi untuk mendebat apa kata ayahnya. Beliau sudah memberikan fasilitas dan dukungan terbaik untuk karirnya, tapi itu adalah pemikiran awalnya. Sampai ia menemukan sebuah jawaban bahwa Masen tidak boleh lebih baik dari kedua saudara sambungnya Mahendra dan Syailendra.
Mahendra itu adalah seorang tunarungu. Ia berbeda empat tahun lebih muda dari Masen. Sebagai kakak tiri ia memang selalu diejek oleh kedua adik tirinya sebagai 'anak pancingan'. Padahal siapapun tidak mau memiliki julukan tersebut. Jika saja Masen tahu siapa orang tua kandungnya, ia tidak akan semenderita ini. Walaupun orang tua kandungnya adalah orang miskin sekalipun, maka akan ia terima. Asalkan Masen bisa memiliki orang tua yang lengkap dan tinggal bersama dengan penuh kasih dan sayang.

Masen masih dalam posisi duduknya, ia masih tertunduk lemah. Matanya bahkan kosong dan pikirannya entah kemana. Orang tuanya memang sudah membuat dirinya sebagai penjaga kedua adiknya. Satu lagi saudara tirinya yang bernama Syailendra itu adalah seorang tunanetra. Masen tidak pernah malu terhadap keadaan kedua adiknya tersebut. Justru yang merasa malu adalah orang tua kandung mereka. Masen tidak habis pikir dengan hal itu. Sehingga yang orang lain tahu bahwa pasangan Tjondrolukito dan Ayu Ratu adalah Masendika.

Sebagai keturunan darah biru, tidak ada sama sekali yang membuat peraturan bahwa keluarga keturunan ningrat tidak boleh ada yang cacat. Hanya saja kebanyakan dari mereka merasa hal tersebut adalah aib keluarga. Diadopsinya Masen saat bayi juga sebelumnya bukan tanpa alasan. Sebagai pasangan suami istri yang telah menikah dan belum dikaruniai anak selama kurang lebih tujuh tahun menunggu membuat mereka resah. Kemungkinan jika lebih dari sepuluh tahun tidak memiliki keturunan maka tahta mereka harus dilengserkan karena tidak bisa melahirkan generasi selanjutnya. Hadirlah Masen sebagai solusinya, anak yang cukup mendekati sempurna. Ia memiliki proporsi badan yang tinggi tegap, kulit berwarna putih pucat dan hidung yang sungguh mancung. Wanita manapun akan bertekuk lutut di hadapannya. Namun sayang ia belum memikirkan lagi seorang wanita. Hidupnya saja sudah terasa tercekik, ia tidak mau membawa anak orang lain semakin sengsara.

Hopeless Romantic [PRE ORDER NOW]Where stories live. Discover now