50. Gadis sabuk putih

Start from the beginning
                                    

Merasa tidak panas. Rafan langsung memakannya dengan penuh bahagia.

Lisa melihat itu sedikit gugup takut rasanya tidak sesuai ekspektasinya. Cukup lama Lisa menunggu reaksi dari Rafan seakan-akan Lisa menunggu keputusan dari juri di master chef. "Gimana rasanya mas?"

Rafan menganggukkan kepalanya
"Enak." Jawabnya.

Lisa tersenyum lebar. "Makasih mas."

Hanya kata 'enak' sukses membuat hati seorang istri senang. Karena Pujia suami itu jujur walaupun makanan kita gak enak tapi karena tidak mau melukai hati sang istri, suami akan berpura-pura mengatakan bahwa makanan kita enak.

Mereka sarapan bersama dengan tenang dan nikmat tentunya. Hanya mereka berdua yang disana tanpa siapa pun yang menganggu pasangan yang dilanda kebucinan itu.

.

.

.

Sehabis sarapan pagi. Lisa bergegas menyiapkan diri untuk berangkat sekolah. Sedangkan Rafan ia tengah bersiap-siap pergi ke markas karena ada sesuatu hal untuk ia selesaikan.

"Bee" panggil Rafan berjalan ke arah Lisa yang berdiri di meja rias.

"Hm?"

"Mas mau pergi ke markas. Nanti kalau ada apa-apa terlfon mas pakek handphone yang ada di atas nakas," ucap Rafan.

"Lisa pengen ikut tahu, mau liat markas geng motor kayak apa," pinta Lisa mendongak ke atas dengan tatapan memohon.

"Lain kali mas ajakin kamu ke markas. Tapi sekarang belum waktunya kamu kesana, apalagi situasi diluar bahaya buat kamu." Terang Rafan mengapit pipi chubby Lisa.

Lisa mengangguk patuh. "Janji ya, kalau mas ke markas lagi Lisa boleh ikut?" Sembari mengacungkan jari kelingkingnya.

"Insyaallah, bee." Rafan mengaitkan jari kelingkingnya pada jari Lisa.

Lisa kembali menghadap ke arah cermin lagi dan saat hendak memakai lip balm pada bibirnya. Sebelum benda tersebut menyentuh bibir semerah Cherry itu. Tangan kekar milik Rafan telah mengambil alih lip balm tersebut.

"Mas!" Kaget Lisa saat tiba-tiba Rafan merampas lip balm-nya. "Kok diambil sih? Sini balikin..." Kesel Lisa yang mencoba mengambil lip balm-nya dari tangan Rafan. Alih-alih memberikannya pada Lisa namun ia menjauhkan tangannya lebih tinggi agar Lisa tidak bisa menjangkaunya.

"Mas Rafan...Sini balikin! Iihh.... Ngeselin banget sih." Lisa mencebik kesel, seraya berjinjit ke atas. Perbedaan tinggi badannya yang lebih pendek membuatnya harus berjinjit. Dibandingkan tinggi badan Rafan yang menjulang tinggi ke atas.

Tapi Rafan kian mengangkat tinggi-tinggi tangannya yang membuat Lisa makin sulit meraihnya.
Sampai tubuh mungilnya sedikit terhuyung kedepan dan...

Grep

Dengan sigap Rafan meraih pinggang Lisa agar tidak terjatuh.

"Buat apa pakek ini, bee? Mas nggak mau kalau bibir kamu bersentuhan dengan benda ini. Yang boleh itu hanya bibir mas yang boleh nyentuh bibir kamu!" ucapnya penuh penekanan.

Mata Lisa melotot sempurna.
"Itu sih kemauan mas aja. Kalau Lisa gak pakek itu, bibir Lisa bakalan kering, mas." Ujar Lisa menjelaskan.

"Mas juga punya pelembab bibir. Dijamin awet sampai seharian," ucap Rafan penuh keseriusan.

"Emang ada yang bisa tahan sampai seharian?" tanya Lisa polos.

"Ada. Yakin mau?"

Lisa mengangguk mantap.

PESONA GUS  ( SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now