47

546 65 4
                                    

"Bang, mending lu sama Jisoo ganti baju dulu baru kita ke kantor. Gue juga mau minta tolong Bibi buat ambilin bajunya Bunda," kata Yoongi begitu memasuki rumah.

"Apa gak terlalu malam ke kantor?" tanya Jisoo.

"Gue yakin Ayah masih di kantor jam segini. Udah gak ada waktu lagi, kasian Jimin."

Tanpa bantahan, Seokjin dan Jisoo langsung ke kamarnya masing-masing membersihkan diri.

Yoongi dengan tenangnya mencari Bibi yang membantu keluarganya menjaga Ajun kalau tidak ada orang.

"Ungiiiii!!!" Ajun dengan lincahnya berlari keluar dapur menuju Yoongi.

"Hai... Gak nakal kan sama Bibi?" tanyanya sambil menggendong Ajun.

"Ak," jawabnya singkat dengan gelengan kepala yang membuat rambut tebalnya ikut bergerak.

"Oh, iya. Bi, bisa minta tolong kemasi bajunya Bunda buat di rumah sakit ya. Gak usah banyak-banyak," kata Yoongi yang sekarang pipinya jadi sasaran tangan kecil Ajun.

"Baik."

.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
.

(Jisoo POV)

Sesampainya di kamar, gue gak langsung membersihkan diri. Sekedar ganti baju, mandi, atau apapun itu. Gue memilih mendaratkan pantat di lantai dengan sandaran tepi tempat tidur. 

Kejadian tadi masih aja berputar di otak. Gimana mobilnya datang langsung menuju ke arah Jimin. Gimana keadaan kembaraan gue yang penuh luka. Gimana raut wajah saudara gue yang khawatir.

"AAAAAARRRGGHH!!!"

Gue lampiasin semua yang nyesekin dada. Pukulan juga udah mendarat didada.

BRAAAK!

"Dek!" gue ngerasain badan gue dipeluk.

"Shhh... Abang di sini... Shhh..." langsung saja gue peluk Bang Seokjin.

"Abang! Kenapa harus Jimin lagi?! Hiks... Kenapa gak Jisoo aja?! Hiks... Salah Jimin apa, Bang?!"

"Shhh..."

Gak ada jawaban yang gue dapat, hanya sebuah usapan halus dipunggung sebagai gantinya.

Tanpa sadar, gue dituntun ke kamar mandi. Gak lama dirinya keluar dan Bibi pun masuk bantuin gue buat bersih-bersih. Pasti suruhan abang dan gue cuma bisa nurut. Karena keadaan gue pun juga gak baik.

Bibi yang bantuin pun juga ngasih semangat buat diri gue. Bukannya tenang, tapi yang ada gue tambah nangis.

Gue merasa semuanya gak adil. Kenapa harus kembaran gue? Dia dosa apa sampai harus dihukum kaya' gini? Kenapa harus dia semua yang nanggung?!

Tapi siapa yang bisa gue salahin? Tuhan?

Tok tok tok...

"Dek, udah?" suara Bang Seokjin dari depan pintu.

"Ya," kenyataannya gue masih duduk manis memandangi foto gue sama Jimin di meja belajar.

"Abang tunggu di bawah," katanya singkat dan terdengar suara sepatunya yang mulai menjauh dari pintu.

Gue langkahin kaki ke arah lemari dan mengambil barang yang ada di dalamnya. Gue sangat berharap benda ini bisa buat cara pandang Ayah ke Jimin jadi berubah.

(Jisoo POV End)

.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
.

FRATRES MEI [My Brothers]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora