4

1.6K 184 33
                                    

"Di sini, Jis?"

"Hu'um."

Taehyung memberhentikan motornya di depan sebuah klinik. Tidak terlalu besar, tapi tidak terlalu kecil.

KLINIK DOKTER UMUM KIM SEOKJIN

Setiap hari, parkirannya selalu ramai. Gue sampai bingung, mereka ini beneran sakit atau bingung mau buang duit ke mana? Atau cuma mau ketemu Abang gue? Susuknya bekerja dengan baik, bro.

"Beneran gak mau ditemenin?" khawatirnya.

"Gak usah. Gue cuma mau ketemu orang aja kok."

"Tapi beneran lu gak sakit, kan?"

Punggung tangannya langsung menempel di dahi gue. Gue ngerasain pipi gue anget lagi. Jantung gue, gak baik ini.

"Gue gak papa kok. Ntar kalo ada apa-apa, gue langsung telpon deh," janji gue.

"Beneran? Janji?" dia menyodorkan jari kelingkingnya dan gue kaitkan dengan jari kelingking gue. Imut banget sih nih anak orang.

"Lu pulangnya ati-ati ya."

"Iya. Nanti gue telfon kalau udah sampe. Gue pulang dulu," pamit dia sembari merapikan jaket dan bersiap melaju.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

"Halo~ Mbak Irene~ Mbak Wendy~" sapa gue ke arah 2 perawat di resepsionis.

"Eh, Jisoo. Udah lama gak main ke sini kamu," kata Mbak Wendy.

"Hehe... Iya, Mbak. Biasa~ sibuk udah kelas 3."

"Duuuuh, yang bentar lagi mau lulus~" gantian Mbak Irene yang katanya sih lebih tepat kalau jadi kembaran gue.

"Oh, iya dong. Kalo lulus sih, Mbak," kata gue pelan.

"Ya, harus lulus dong! Adeknya Dokter Seokjin harus lulus."

"Ih, Mbak Wen, bisa aja. Oh, iya ini Jisoo beliin makan siang. Ini buat Mbak Irene, ini Mbak Wen, Mbak Seulgi masuk?" tanya gue sambil menyerahkan beberapa plastik makanan.

"Waah, makasih ya, Jis. Tau aja belum gajian. Seulgi masuk kok. Giliran yang jaga sama Dokter di dalam," jelas Mbak Wen.

"Ya, dah. Ini buat Mbak Seul. Mbak, aku masuk ke dalam dulu ya."

"Iya, sana. Mumpung baru aja masuk istirahat, tapi masih aja rame," jelas Mbak Irene.

"Ya udah, Mbak. Bye~"

Gue pun dengan pedenya melangkahkan kaki melewati ruang tunggu dan berniat langsung masuk ke dalam ruang prakteknya Abang. Tapi...

"Eh, Mbak! Antri dong!" teriak seorang cewek.

"Ha?" gue pun bingung.

"Kalau mau masuk, antri dulu dong! Jangan asal serobot aja!" dirinya masih marah-marah dan sekarang malah berjalan ke arah gue.

"Tapi kan saya..."

"Kita semua juga antri, Mbak. Jangan asal main tikung antrian lain dong!"

"Tapi biasanya saya juga gini. Gak masalah kok," bela gue.

"Oh, biasa? Kamu anak SMA gak pernah diajarin etika di sekolah sama di rumah ya? Maen serobot aja! Antri!" lengan gue langsung ditarik kencang banget.

"Aduh! Sakit, Mbak!" gue teriak kesakitan.

"Biar jadi pelajaran buat anak muda kaya' kamu ini!"

"Mbak! Lepas! Sakit! Huweeeee!" lengan gue benar-benar sakit dan gue perhatiin pasien lain hanya diam tidak berani melerai.

FRATRES MEI [My Brothers]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu