45

518 53 1
                                    

"Adek!"

"Adek tahan bentar ya!" raut wajah Seokjin bisa mengartikan semua kekhawatirannya.

Seokjin dengan cepat menahan tangan Jimin yang berusaha meraihnya. Gumaman tidak jelas darinya juga menghiasi ruang IGD malam ini.

Beberapa dokter dan perawat pun sibuk menangani Jimin yang berusaha tetap sadar walaupun sedang terluka parah.

Darah sudah menutupi hampir sebagian wajah Jimin karena terluka cukup parah dibagian kepalanya. Wajahnya juga tidak luput dari luka goresan. Tentu saja masih ada banyak luka di beberapa bagian tubuhnya yang lain.

"Hiks... Adek, abang mohon diam sebentar," mohon Seokjin yang sudah tidak bisa menahan tangisnya.

"Ha... Bang... K-k-kado..."

"Iya, kadonya Ayah sudah dibawa Jisoo. Hiks... Tenang dulu ya, Jim. Hiks... Abang mohon!" secara tidak sadar Seokjin meninggikan suaranya.

"A-a-ayah..."

"Hiks! Tenang, Jim! Abang mohon!" sekali lagi Seokjin tidak dapat mengontrol dirinya.

Irene yang juga bertugas sebagai perawat di sana pun langsung menarik suaminya menjauh dari ranjang Jimin. Berusaha keras menenangkan Seokjin yang masih meneriaki Jimin untuk tenang. Padahal dirinya sendiri juga tidak bisa tenang.

Pekerjaan dan keluarga, perdebatan yang sekarang terjadi di dalam diri Seokjin saat ini.

"Sayang, kamu keluar aja dulu, ya. Biar aku dan yang lain urus Jimin. Ok?"

"T-t-tapi..."

"Kamu tenangin pikiranmu dulu, ya. Temenin Jisoo di luar, biar Jimin kita yang urus. Dia pasti kuat kok."

Perlahan Irene mendorong tubuh suaminya ke luar dari ruangan. Walaupun sedikit susah karena Seokjin ingin berada di samping sang adik. Sedikit pelukan dari Irene, akhirnya Seokjin mau mengerti dan memilih untuk berada di luar.

.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
.

(Jisoo POV)

Gak lama setelah Jimin masuk IGD, gue lihat Bang Seokjin malah berjalan gontai ke luar dari ruangan. Jas putihnya sudah dihiasi warna merah, seperti baju gue sekarang. Wajahnya lesu dengan bekas air mata yang belum mengering.

Kenapa abang malah keluar?
Jimin gimana?
Kenapa malah ninggalin Jimin?

"Abang... Hiks... Abang..." gue langsung Bang Seokjin dan dirinya juga membalasnya.

"Hiks.. Bang... Jimin gimana? Bang, kenapa malah keluar? Jimin gimana? ABANG!" teriak gue tepat di depannya karena dirinya gak jawab pertanyaan gue.

"Maaf ya... Maafin abang..."

Maaf? Ha?

"Kenapa!" tolong jangan ngomong macam-macam!

"Hiks... Maafin Abang... Abang belum bisa nemenin Jimin di dalam.... A-a-abang..."

Gue kembali memeluk tubuhnya yang sedikit bergetar. Abang paling tua gue saja gak kuat, apalagi gue yang lihat kejadiannya langsung.

Dan...

.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
.

(Flashback)

"Eh, kalian masuk mobil dulu aja. Kado Ayah ketinggalan di dalam. Gue ambil dulu."

Jimin langsung lari masuk ke dalam kafe lagi. Bisa-bisanya dia lupa, padahal barangnya cukup gede. Emang faktor umur gak bisa bohong.

FRATRES MEI [My Brothers]Where stories live. Discover now