49

558 60 13
                                    

"Be..."

"Hmmm..." jawabnya singkat karena fokus menyetir.

"Kangen Jimin," kata gue pelan.

"Iya, Bunn. Ini kan kita mau ke sana."

"Bukan itu, tapi..."

Tiba-tiba dirinya menghentikan mobilnya dipinggir jalan. Gue cuma bisa lihatin dia bingung, kenapa harus berhenti?

Apa dia bosen gue ngeluh hal yang sama berkali-kali? dan yang gue bisa lakuin sekarang cuma diem, nunduk, takut dia malah marah.

"Bunn, lihat aku," perintahnya dengan nada yang sedikit tinggi. Gue bener-bener takut sekarang.

"Bunn..."

Tangan kirinya genggam tangan gue dan diusapnya pelan. Baru gue berani natap wajahnya. Ganteng banget ternyata, anjir!!!

"Bunn, aku tahu maksud kamu apa. Percaya sama aku, Jimin bakalan cepet bangun lagi. Nyatanya kata Bang Jin, dia udah mulai membaik terus udah dipindah ke kamar biasa juga," nada suaranya sudah mulai biasa.

"Tapi kenapa cuma bangun sebentar doang? Kenapa betah banget buat tidur? Apa dia gak mau lihat kita nikah?" air mata udah ada diujung mata banget.

Ya, Jimin memang sempat sadar beberapa hari yang lalu. Sayangnya dia milih buat tidur lagi sampai sekarang.

"Kamu percaya Jimin, kan? Kamu percaya Bang Jin, kan?" tanyanya.

"Nnghh... Percaya sama Allah sih. Kalo percaya sama mereka ntar aku syirik, Be."

Helaan panjang nafas Taehyung kedengeran kuping gue. Mana mukanya berubah mau marah tapi ditahan. Jawaban gue bener, kan?

"Haaah... Maksudnya tuh... Hah... Pokoknya percaya aja sama Allah, sama mereka. Jimin membaik juga karena dia juga mau sembuh, mau bangun lihat kita nikah nanti. Bang Seokjin juga selalu rawat Jimin sampai korbanin hari liburnya sama ninggalin Teteh Irene yang baru hamidun di rumah sendirian. Okay?" jelasnya.

Dengan simple hanya gue jawab dengan anggukan aja. Soalnya otak gue gak bisa jalan, dia ngomong apa juga sebenarnya gue gak ngerti.

Gue terhipnotis kegantengannya. Maklum udah 2 minggu ini gue LDR sama dia, ditinggal ke luar kota ngurusin kerjaannya.

"Kenapa ngeliatin aku gitu banget, Bunn?"

"Ha?" gue tersadar dari lamunan.

"Kenapa? Kangen ya?" hanya gue jawab dengan anggukan.

"Kangen aku peluk, ya?" angguk-angguk.

"Kangen aku kiss, ya?" angguk-angguk lagi.

"Kangen kita ena-ena, ya?" angguk-angg...

Eh?

Plak!!!

"Kok dipukul sih jidatku?!"

"Wong edyan! Kamu kebanyakan pergi sama Bang Namjoon ya jadi gini!" bisa-bisanya nih orang ngomong seenak jidat.

"Sakit ini, Bunn."

"Gak usah monyongin bibir. Cepetan jalan lagi, aku kangen Jimin!" perkara malu sama emosi jadi satu.

CHUP~

Otak gue langsung berhenti kerja waktu Tae tiba-tiba nyium bibir gemoy gue. Tersangkanya cuma bisa cengengesan habis gue pelototin. Tanpa dosanya dia bilang katanya tadi gue kangen dicium. Ya iya sih, tapi kan.... Ih!

FRATRES MEI [My Brothers]Where stories live. Discover now