▪ 51

47 4 0
                                    

Haii gengss, I'm back!!

Gimana kabarnya?
Sehat dan happy selalu yaaa😊😊

Gak kerasa udah 51 part aja, thanks buat semua support nya, love kalian banyak-banyak 🤍🤍

Sebelum lanjut, minta vote nya dulu yaaa...

Happy reading!

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◾◽◾

Mobil berwarna hitam yang dikemudikan Arvino melaju dengan kecepatan stabil mengikuti mobil berwarna serupa di depannya. Setir itu ia cengkeram dengan kuat untuk menahan gejolak amarah yang sudah ia pendam sejak tadi. Rahangnya mengeras, wajah tegasnya terlihat merah dan tegang. Sampai mobil yang ia ikuti itu berhenti tepat di depan rumahnya, Arvino baru memelankan kecepatan mobil itu, sedikit bersabar, Arvino menunggu mobil yang mengantar Anya itu pergi melesat meninggalkan rumahnya lalu barulah ia mendekat ke arah gerbang dan memberi klakson sebagai perintah untuk dibukakan gerbang.

Arvino memarkirkan mobilnya di garasi dengan cepat, langkah besarnya segera ia giring memasuki rumah yang sepi. Hari terbilang masih sore, si kembar belum sampai di rumah meskipun jam sekolah sudah selesai sejak beberapa jam yang lalu. Sedikit berbeda dengan beberapa hari sebelumnya, kali ini Arvino pulang lebih awal, dan itu semua karena sang istri yang selalu saja membuat masalah.

Brakk!!

"ANYAA!" Suara keras yang bersumber dari tas yang Arvino lempar ke sembarang arah itu disusul dengan panggilan menggelegar yang mungkin terdengar sampai ke lantai atas.

Arvino terus memanggil nama sang istri saat berjalan memasuki rumah, amarahnya sudah tak dapat ia tahan lagi.

"ANYA, TURUN!!" Titah Arvino saat melihat sosok yang ia panggil berdiri di anak tangga paling atas dengan raut wajah kesal.

"Berisik tau gak! Aku capek, mau istirahat" Cerca Anya yang tetap patuh menuruni tangga.

"Apa?!" Tanya Anya dengan sarkas saat perempuan itu sudah berdiri tepat di hadapan Arvino, wajahnya ia angkat dengan angkuh seolah menantang sang suami.

"Kamu masih tanya apa, hah?!" Arvino membalas tatapan Anya dengan sorot mata tajam. "Aku mau kita cerai!" Lanjut Arvino tanpa ragu.

"Silahkan ajukan perceraian kalo itu mau kamu, tapi dengan satu syarat, anak-anak sama aku!" Balas Anya tak keberatan dengan permintaan Arvino.

Arvino menggeleng tegas, gigi-giginya menggertak di dalam sana. "Kamu gak ada hak atas mereka!"

"Aku ibu mereka! Aku yang lahirin Ansel sama Arsel!!" Keukeuh Anya dengan lantang. Ia tak keberatan berpisah dengan Arvino, tapi ia keberatan kalau harus berpisah dengan kedua putranya.

DLS [ 2 ] Ansellina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang