▪ 21

58 4 0
                                    

Hari minggu lagi guyss!!!!

Ada yang udah nunggu part ini???

Yuk merapat buat para shipper, kali ini mau kapal mana yang berlayar???

Sebelum lanjut baca jangan lupa klik bintangnya dulu yups, ramaikan partnya

Happy reading!!

Happy reading!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◾◽◾

Mobil putih yang dikemudikan Ansel menepi di depan gerbang rumah Sellina. Di saat yang bersamaan sebuah mobil hitam juga berhenti disana. Ansel sedikit menunduk, mencoba menebak siapa pemilik mobil yang terlihat asingil itu. Berbeda dengan Ansel, Sellina terlihat biasa saja, mungkin gadis itu tau siapa orangnya. Seat belt yang masih terkancing itu Sellina lepas, bibirnya melengkung bersamaan dengan matanya yang beradu dengan manik mata tenang milik Ansel.

"Mau turun dulu? Nyapa Papa gue" Ajak Sellina seolah tau apa yang ada dipikirkan Ansel saat ini.

Ansel tanpa ragu menyetujui ajakan Sellina, ia selalu diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua, dan akan tak sopan jika Ansel langsung pergi begitu saja. Ansel menyusul Sellina keluar dari mobil. Seorang pria dewasa juga turun dari mobil hitam tadi, tersenyum hangat kearah Sellina yang saat ini berjalan menghampiri.

"Papa baru pulang? Capek ya pasti?" Tanya Sellina dengan nada tak tega, cewek itu memperhatikan wajah lelah Samuel yang berusaha ditutupi dengan senyum.

"Enggak, Papa gak capek, capeknya hilang pas lihat kamu" Samuel memberi elusan pada pucuk kepala Sellina.

Ansel tersenyum kecut saat melihat interaksi hangat antara orang tua dan anak dihadapannya saat ini. Ada rasa sesak yang seakan menghimpit dadanya, membuat Ansel sedikit kesulitan untuk bernapas. Sambutan, usapan sampai pelukan yang Ansel lihat itu belum pernah Ansel dapatkan dari sosok Arvino selama 17 tahun dirinya hidup di dunia. Ya, simpelnya Ansel iri melihat hal itu.

"Ini temen Sellin, Pa, namanya Ansel" Ucap Sellina memperkenalkan Ansel yang sendari tadi diam, suara Sellina menyadarkan Ansel, cowok itu tersenyum tipis lalu mencium punggung tangan Samuel dengan sopan.

"Mampir dulu yuk, kita makan malam bareng" Cetus Samuel sungguh-sungguh.

Ansel melirik jam dipergelangan tangannya, sebenarnya Ansel harus segera pulang atau ia akan terkena masalah dengan Arvino tapi jujur Ansel ingin mampir, bukan untuk makan tapi untuk merasakan kehangatan suatu keluarga. Ansel rindu suasana 'rumah' tapi ia belum sempat datang ke rumah Olina.

"Mau ya? Tadi katanya Mama Sellin masak rendang, kamu harus cobain, enak" Kompor Samuel sedikit memaksa.

"Mampir bentar An" Nimbrung Sellina ikut-ikutan membujuk.

DLS [ 2 ] Ansellina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang