▪ 1

271 8 0
                                    

Welcome back guysss!!!

Pena writing bawa new project nihhh!!!

Kira-kira tentang apa yaaa???

Setelah beberapa bulan gak saling sapa, gimana keadaan kalian??
Semoga stay healthy yupss ❤

Selamat membaca project ketiga Pena Writing
Hope you like it guys, enjoy 😊

Happy reading

Happy reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

◾◽◾

You're proof of perfection

🍇🍇

Riuh tepuk tangan menggema, memenuhi ruang auditorium Lawrence High School menggantikan suasana tegang beberapa menit lalu. Suara dentang lonceng sebanyak tiga kali itu menjadi akhir dari Olimpiade Sains tingkat Nasional ini. Deru napas yang awalnya sempat tercekat itu kini mulai berhembus normal. Ansel menghela napas lega, senyum tipis berupa sebuah lengkungan bibir yang nyaris tak terlihat itu terbit bersamaan dengan matanya yang menatap puas skor akhir dari olimpiade hari ini.

"Kita berhasil! Ansel, kita menang" Pekik Abella, gadis manis berkulit putih yang menjadi patner Olimpiade Ansel. Abella bertepuk tangan kecil, merasa bahagia sekaligus bangga terhadap dirinya sendiri.

Ansel menolehkan kepalanya seraya mengangguk kecil, "Iya, congratulations!" Balasnya dengan nada datar, Ansel cukup pandai mengontrol ekspresi wajah serta sikapnya.

"Congratulations to you too" Sahut Abella, cewek itu tak terkejut melihat sikap Ansel yang terbilang begitu santai menanggapi kemenangan ini, semua orang juga tau bagaimana karakter seorang Ansellio Rafenzo Giavano, apalagi ini bukan kali pertama dirinya berpasangan dengan Ansel, mewakili sekolah dalam olimpiade.

Tatapan Ansel beralih pada deretan kursi yang diisi oleh para supporter. Pandangannya terfokus pada dua orang yang duduk berdampingan, Pak Fiki guru pembimbingnya dan Arvino, lelaki yang konon katanya selalu disebut hero oleh jutaan anak diluaran sana. Acungan jempol itu Ansel dapatkan dari Pak Fiki, beliau juga tersenyum lebar kearahnya, namun berbanding terbalik dengan Pak Fiki, Arvino justru duduk bersandar dengan kedua tangan yang dilipat didepan dada, wajahnya terlihat biasa saja, sebelas dua belas lah dengan ekspresi Ansel, bedanya air muka Arvino lebih mengarah pada ekspresi masam.

Ansel menghembuskan napas perlahan, mengendalikan diri serta egonnya. Tepukan pelan yang Ansel terima dibahu bagian belakang itu mengalihkan animo cowok itu.

"Kita dipanggil kedepan" Beritahu Abella, Abella melirik panggung yang sudah diisi oleh runner-up beserta beberapa orang yang membawakan piala.

DLS [ 2 ] Ansellina Where stories live. Discover now